Help.

245 35 5
                                    


***

"Neji-kun?"

"Ini siapa?"

"Ini bibi, yang menjaga unit mu."

"Oh iya ada apa bibi?"

"Tadi ku lihat istrimu pergi."

"Apa? Bibi yakin?"

"Iya aku yakin sekali,"

Tut, tanpa mengucap apapun lagi Neji mematikan sambungan telpon itu, bilang terimakasihnya nanti saja yang terpenting sekarang adalah Ino, dulu Neji memang pernah berpesan untuk memberitahunya jika Ino sampai pergi keluar walaupun kemungkinannya sangat kecil tapi lihat hal itu betul-betul terjadi kan? Dengan cepat ia menelusuri letak gps kalung yang sempat ia berikan pada Ino dan sialnya kalung itu berada dititik unitnya begitu pula ponsel wanita itu, sial.

Ino pergi tanpa membawa apapun.

***

Dilain tempat Ino sudah menemukan satu tempat kue yang menarik perhatiannya, disana banyak sekali jenis-jenis kue, bentuk-bentuk yang lucu, juga berbagai rasa yang cukup menarik minatnya, dan pilihannya jatuh pada red velvet yang dihias sedemikian rupa, setelah membayar  Ino meninggalkan toko itu dengan perasaan yang bahagia, sambil bersenandung riang ia akan segera pulang untuk menyelesaikan semua misinya, Ino yakin Neji pasti akan senang melihat kejutannya nanti dan Ino tidak sabar untuk melihat itu.

Berbanding terbalik dengan harapan Ino sang suami malah sedang ketakutan setengah mati, entahlah perkiraannya benar atau salah yang jelas Neji betul-betul tahu bagaimana cara ayahnya menjatuhkan siapapun, dia bukan orang sembarangan, dengan langkah tergesa Neji memaksa kakinya untuk terus berlari, ini bukan waktunya untuk memikirkan hal yang belum pasti, walaupun sedang waspada ia harus tetap tenang.

Ino sedang menunggu lampu hijau berganti, disini hanya ada dia yang akan menyebrang, tanpa rasa takut sedikitpun Ino malah mengecek isi kantong belanjanya memastikan lilinnya tidak ketinggalan setelah melihat lilin itu ada ditempat yang seharusnya Ino kembali fokus pada lampu lalu lintas yang sekarang sudah berganti warna, tanpa berpikir panjang Ino melangkah saja dan ia tiba-tiba kaget saat ada seseorang yang mendorongnya hingga terjatuh, Ino meringis merasa lututnya sakit, ia belum tahu apa yang terjadi sebenarnya hingga pada saat ia melihat ada mobil yang melaju cepat sekali dan beberapa orang terdekat berlari menjauh, kejadian tadi begitu cepat dan karena banyak orang yang menutupi jalanan Ino jadi tidak tahu apa yang terjadi.

"Ada apa?" gumam Ino, lalu sesaat wanita itu merasa sedih kuenya jatuh dan rusak, ia akan mengambil kue itu tapi tidak bisa, kakinya sakit sekali.

"Maaf, apa ada yang terasa sakit?" ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba sudah berada didekat Ino, ia pun ikut duduk sambil memegang kaki Ino memberi sedikit obat antiseptik.

"Hanya luka ringan," jawab Ino sambil tersenyum

"Syukurlah ada pemuda itu, jika bukan karena dia mungkin kau yang harus tertabrak oleh mobil itu."

"Hah? Pemuda yang mana? Mobil yang tadi melesat itu?" Ino langsung berdiri tidak peduli pada lukanya yang tidak seberapa itu.

"Iya betul dia terpental jauh, barusan beberapa orang berusaha mencarinya."

"Oh tuhan, bibi...aku kesana dulu ya."

"Tapi kakimu bagaimana?"

"Aku baik-baik saja," sesaat setelah meyakinkan wanita paruh baya itu Ino langsung berusaha berlari walaupun rasanya sakit sekali, setidaknya dia harus ikut bertanggung jawab karena pemuda itu, entahlah siapapun dia, sudah sangat berbaik hati padanya Ino harus membalas jasanya, perempuan itu terus berlari sampai pada ia menemukan tempat itu, banyak orang sudah berkumpul mengelilingi orang yang sudah menolongnya.

Dear InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang