I Remember You

251 21 8
                                    



'Neji-san bagaimana pekerjaanmu? Aku tidak membuat makanan, saat pulang belikan aku ikan kering ya hehe,'

.

.

'Aku tidak mau main lagi, kau selalu menang, aku kesal kalah terus,'

.

.

'Neji-san,'

.

.

'Bangun, Neji-san,'

.

.

"Neji," kali ini suaranya berbeda, ternyata yang tadi itu hanya mimpi, lagi-lagi bermimpi tentang perempuan itu, mengapa rasanya ini terlalu ganjil, mengapa Neji sulit sekali untuk percaya.

"Ayo cepat, kita harus bergegas," saat laki-laki itu akan membuka mata tiba-tina kepalanya terasa sakit lagi, tapi yang ini berbeda, ada beberapa kilasan bagian dari ingatannya yang bermunculan, terus begitu seperti mereka ulang.

"Kau...apa kepalamu sakit lagi?" kali ini dia tak mau berakhir dengan kenyamanan yang palsu, tak mau lagi melewatkan setiap detail yang sudah seharusnya dia ingat.

"Tidak, aku akan bangun, bisa kau pergi dulu?"

"Aah tentu, aku menunggumu dibawah," setelah memastikan sosok Hotaru pergi dan menutup pintu Neji langsung memegang kepalanya yang terasa sakit, ini lebih sakit daripada biasanya, kali ini Neji bahkan sampai mendengar suara giginya yang bergelatuk, dia sulit bernapas, kakinya keram, pandangannya tak fokus, makin lama makin gelap, sampai dia merasa bahwa sakit kepalanya itu tak terasa lagi.

Di sana dia melihat gadis yang saat itu menyebut namanya sebagai Yamanaka, dia tersenyum lalu membawa Neji ketempat yang jauh, dia tak ingat pernah ke sana sebelumnya, sebuah rumah kecil, bahkan asap dapur tercium di tempat tidur, mereka tertawa entah untuk alasan apa, yang jelas Neji yakin bahwa Ino bukan hanya sekedar kisah masa lalu yang pahit.

"Ini dimana?"

"Rumah kita," jawabnya masih dengan senyum yang merekah.

"Tunggu, tolong jelaskan," dan kali ini lagi-lagi Neji kembali ke jalanan yang sunyi itu, dia melihat seorang wanita berambut pirang sedang menunduk, dan laki-laki itu tau apa yang akan terjadi selanjutnya, akan ada mobil yang mencoba menghantamnya, dan sekarang Neji tau wanita itu adalah.

Yamanaka..... Ino.

Dia ingat tentang wanita itu, perempuan yang berada dalam bahaya itu ternyata dia, perlahan-lahan bak menonton slow motion, Neji mengingat kejadian itu, dan tentu saja hatinya sangat sakit sekarang.

"Neji... Kau tidur lagi?"

"Bangun, ayo pergi," setelah berhasil menguasai diri dan bangun dari tidurnya, Neji menatap wanita itu.

"Ada apa? Kita harus cepat," ucapnya lagi dengan senyum, tak sadar bahwa laki-laki didepannya hanya terdiam dengan wajah yang sulit diartikan, barangkali mimpinya barusan terlalu berdampak besar untuk psikisnya.

"Kau siapa?" tanya Neji akhirnya, walaupun belum sepenuhnya yakin dan ingat Neji tau ada yang salah dengan hubungannya dan Hotaru, dan dia merasa lebih percaya pada hatinya dibanding apapun, ditambah dengan mimpi tadi, semuanya terasa jelas sekarang.

"Eh? Apa?" Hotaru yang tadinya sedang berdiri di pintu perlahan-lahan mendekati Neji yang masih tergulai lemah di kasurnya.

"Apa kau akan jujur padaku? Aku perlahan-lahan mengingat semuanya,"

"Aku tak mengerti," jawabnya dengan nada suara sumbang, jantungnya berdetak tak wajar, jangan bilang.....

"Mau jujur padaku sekarang atau tidak? Aku akan memaafkanmu jika kau mengakui semuanya," kamar itu menjadi sunyi, setelah Neji berbicara seperti itu Hotaru berperang dengan dirinya sendiri, sebagian besar dia ketakutan, tapi sebagiannya lagi tiba-tiba saja ingin berterus terang, apa harus seperti ini akhirnya.

"Baiklah biar kucari tau sendiri," ucap Neji sambil beranjak, entah apa yang akan dia lakukan yang jelas dia akan meminta penjelasan lebih lanjut pada wanita bersurai pirang itu, wanita yang baru saja ia temui dalam mimpinya atau mungkin sebagian ingatan dimasa lalu?

"Neji," kali ini Hotaru menarik lengan laki-laki itu agar dia tetap tinggal, dia menyesal entah untuk alasan apa, yang jelas kali ini biarkan dia melakukan sesuatu dengan benar.

"Kau dan aku memang akan bertunangan," kali ini Neji kembali menghela nafas, dia memang belum mengingat apapun selain mimpi buruk itu, dan wanita yang ada di sana, tapi ucapan Hotaru barusan tak membuat Neji ingin diam lebih lama lagi.

"Sebentar," laki-laki itu akan beranjak lagi tapi Hotaru berhasil menahannya.

"Aku akan jujur padamu, tapi boleh kan aku meminta satu hal padamu juga?" tak ada reaksi penolakan, atau sesuatu yang Hotaru bayangkan, Neji diam seperti menyanggupi apapun yang dia pinta.

"Cium aku,"

"Aku tak bisa," jawab Neji dengan cepat, dia tak bisa melakukan hal semacam itu, laki-laki itu hanya akan mencium seseorang yang memang layak, seseorang yang dia cintai.

"Sudah kuduga, tapi kalau peluk boleh 'kan? Setelah itu aku akan menceritakan semuanya padamu, semua hal yang aku tau," Neji hanya diam Hotaru mengartikan bahwa laki-laki itu setuju dan dia langsung merengkuh tubuh Neji, air mata langsung tumpah begitu saja, menyadari begitu jahatnya dia melakukan hal ini terhadap orang yang paling dia cintai.

"Kau membatalkan pertunangan kita, kau memilih untuk menikah dengan wanita lain," Neji mengangguk lalu wanita itu melepas pelukannya menatap mata laki-laki itu lama sekali, ini adalah kesempatan terakhirnya, bisa sedekat ini dengan Neji.

"Wanita itu.....dia yang kemarin--"

"Ino," ucap Neji yang hanya dibalas dengan senyuman tipis.

"Ya.... Ino,"

"Aku harus pergi," Hotaru mengangguk, kali ini tak ada lagi yang bisa ia tahan lagi. "Kau boleh pergi duluan ke Konoha,"

"Kau yakin tidak ingin mendengar semua ceritanya?" biarkanlah kali ini dia berusaha untuk memperlambat waktu, dia masih ingin bersama dengan Neji, tapi laki-laki itu tampaknya tidak menginginkan hal yang sama, dia mungkin ingin menemui perempuan itu, setidaknya perasaan mereka sedikit sama sekarang, yang berbeda cinta Neji terbalas dan cinta dia tidak.

"Tak perlu, semuanya sudah cukup jelas untukku," sosok itu perlahan menjauh dan menghilang, meninggalkan Hotaru yang menangis berteriak-teriak, dua kali dalam periode hidupnya dia ditinggalkan begini oleh orang yang amat sangat dia sayangi.

Neji, aku tak akan mendoakan yang terbaik untukmu, Neji kau akan menyesal nanti meninggalkan sosokku yang bahkan lebih cantik dan pintar, Neji aku kalah, aku tak akan membiarkan hatiku begini lagi, aku tak akan membuat luka untuk ke tiga kalinya, ini yang terakhir ya. Sayang? Goodbye.

***

Dear InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang