About Neji.

236 28 7
                                    


"Aku alergi bulu anjing, aku mendapat hadiah teleskop beberapa hari yang lalu saat aku juara dikelas," ucap laki-laki bermata perak berwajah sangat pucat itu, tapi kondisinya sudah sangat membaik dibanding hari-hari yang lalu.

"Siapa namamu?" tanya orang itu lagi dengan nada yang lembut dan menenangkan.

"Hyuga Neji,"

"Berapa umurmu sekarang?"

"Tiga belas."

***

Ruangan itu senyap lagi, beberapa orang yang tadi sempat mengajaknya berbicara sudah hilang tapi itu lebih baik, Neji lebih suka ketenangan seperti ini, tidak ada siapapun dan dia bebas untuk memikirkan apa saja karena entah mengapa kepalanya terasa aneh, seperti ada sesuatu yang mengganjal dan terkadang ia merasa bahwa kepala itu seperti dipaksa untuk  diam ditempat yang salah.

Tapi ketenangannya terpaksa harus diakhiri saat orang tinggi berbadan sedikit gumpal dan memakai baju berwarna putih datang lagi, dia tersenyum lagi, dan lagi lagi memeriksa keadaannya.

"Neji..."

"Hm?"

"Apa kepalamu sakit lagi?" Neji menggeleng lemah sambil membenarkan selang infus yang sedikit mengganggu gerakan tangannya.

"Syukurlah, kurasa kau semakin membaik,"

"Membaik apanya? Aku ini kenapa?"

"Kepalamu sedikit bermasalah," senyum sinis tergambar diwajahnya yang tampan, jawaban bodoh jenis apa itu? Jelas bukan itu yang Neji harapkan.

"Sedikit? Aku bangun dengan badan sebesar ini, dan kau anggap kepalaku hanya sedikit bermasalah?" dokter laki-laki perkiraan berusia limapuluh tahun itu pun tersenyum penuh makna, pasien ini berbeda dengan yang biasa ia temui jika sedang berada dalam masa kehilangan memori, apa karena dia jenius?

"Akan ku beritahu kau tentang sesuatu,"
Neji tampak tak tertarik tapi memilih untuk mengangguk.

"Kau sekarang sudah berumur duapuluh empat tahun,"

"Sudah kuduga," jawab laki-laki itu pelan, pantas saja ada yang terasa ganjal saat ia memperhatikan organ tubuhnya.

"Sebagian ingatanmu menghilang,"

"Apa ingatanku akan kembali?" pandangannya lurus, sang dokter hanya menghela nafas, tidak diduga Neji sudah bisa mengontrol emosi sejauh ini, dan bisa berpikir seperti layaknya manusia sehat, apa dia tidak merasa panik? Atau takut? Entahlah.

"Banyak kasus amnesia sepertimu yang pernah aku temui, semuanya tergantung seberapa parah otakmu terluka, ada amnesia yang bersifat permanen atau bisa sembuh dalam jangka pendek,"

"Jadi?"

"Kita lihat saja kedepannya, tapi aku mohon padamu, tolong jangan memaksakan diri, kondisimu sekarang masih sangatlah parah, lakukan secara perlahan saja."

"Baiklah,"

"Hari ini kau sudah bisa memakan nasi, jangan mencoba mengingat apapun."

"Kau menyuruhku untuk pasrah dengan takdir?" masih dengan wajah yang dingin Neji menatap dokter itu lurus-lurus.

"Tidak, kau akan mengingatnya sendiri tanpa harus melukai ingatanmu lebih jauh lagi."

"Dan jika ini permanen? Aku tidak ingin menghilangkan sebagian hidup yang sudah aku lakukan dan perjuangkan,"

"Itu tidak ada artinya jika kau melukainya lagi, setidaknya kita lihat dulu perkembangannya, aku pun tidak ingin menghilangkan sebagian hidupmu apalagi sampai semuanya,"

Dear InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang