***
"APA berat ... jika aku harus terus menerus ditindas oleh istri sendiri?"
Surya tampak kaget mendengar pengakuan Farhan yang ternyata tak bahagia dengan pernikahannya.
"Bro. Aku enggak salah tangkap nih? Kenapa kamu menyebut si Amel suka menindas? Dia tak suka sama kamu?"
Farhan tak dapat berkata-kata. "Setidaknya, aku masih bisa bertahan dengan Amelia, walau dia membenciku."
"Kamu dikenal keras sebagai prajurit, tapi kamu memiliki sikap yang lembut."
"I know, bro. Aku tinggal melunakkan Amel."
"Bagaimana caranya?"
"Entahlah. Tapi aku bisa mengubah sikap Amel. Karena aku suaminya."
Surya menatap iba. "Jika Amelia enggak berubah juga gimana? Aku kasihan sama kehidupanmu yang menyedihkan. Kupikir setelah kalian menikah, kalian akan bahagia. Nyatanya sebaliknya. Amel lebih mengurus dirinya sendiri dibanding kamu. Bahkan, dia masih belum terbiasa bagaimana menjadi istri seorang tentara."
"Tidak apa. Alangkah baiknya kalau menunggu waktu saja? Aku yakin Amel pasti akan memaklumi."
Tentu, harapan itu sia-sia saja. Air yang seharusnya diharap bersih justru menjadi keruh sebab perlakuan benci Amel jelas di depan Farhan.
Mereka saling berpapasan di jalan. Farhan menatap penuh tekad. "Sampai kapan kamu tetap akan membenciku, Mel? Apa yang kurang dariku, sehingga memilih berpaling?"
Amelia menatap lekat Farhan dengan penuh kesal.
"Karena ... kamu tidak pantas berada dalam hidupku."
Alasan yang diucapkannya tentu logis. Seharusnya Farhan tak perlu buru-buru menikah dengan Amelia. Keinginannya hanyalah sukses menjadi dokter, dan tak terlupakan menikahi Rio.
Hatinya bergejolak. Dirinya merasa bahwa Farhan tak layak jadi suaminya. Keputusan tersebut tak bisa ditentang. Farhan juga menjadi penghalang cintanya bersama Rio. Penampilan buruk bukanlah alasan Amelia tak menyukai Farhan. Pria itu sangat gagah, di samping pekerjaan sebagai prajurit.
Hanya saja. Mereka tak dapat memaklumi perasaan masing-masing.
Kilas balik. Tiga pekan lalu, saat Amelia terbebas dari tugas-tugas co-ass. Memang kala itu ujian koas stase obgyn telah selesai juga Amelia kembali menunggu jadwal dan pembagian kelompok untuk koas stase selanjutnya.
Alih-alih istirahat, Amelia justru dipanggil kedua orang tuanya. Entah dengan niat apa.
(Ada pertemuan keluarga yang harus kamu ikuti. Jangan membantah, ini penting.)
Wanita itu berpikir hanya keluarga besar yang ikut. Tetapi semua berubah saat melihat dua paruh baya asing yang tak dia kenali.
Sesampainya di restoran tempat janji temu orang tuanya, Amelia sangat bingung. Siapa lagi kedua orang tua yang berada di depan ayah ibunya?
"Amel. Sini."
Yusran, ayah Amelia mengajak putrinya untuk duduk di sampingnya. Amelia sedikit canggung ketika melihat dua orang yang tua bergabung dalam acara makan siangnya.
Ketika Amelia duduk, ia bertanya, "Siapa mereka?"
"Biar ayah perkenalkan. Yang pakai setelan jas abu-abu berdasi hijau corak namanya Pak Musa. Dan istrinya namanya Bu Yatmi."
"Mereka teman ayah?"
"Iya."
Yusran pun mengutarakan niatnya memanggil sang putri dalam acara makan siang yang formal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Lãng mạn[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...