Episode 20

2.1K 72 0
                                    

***

JAM istirahat Amelia melebihi jam yang disarankan oleh Dokter Reza. Ia tertidur sambil infusnya sudah habis tiga kali. Rara selalu mengecek keadaan Amelia setiap saat. Ketika infus habis, ia langsung mengambil cairan infus baru dan menggantinya lagi.

Malam pun menyelimuti, sementara Amelia masih tertidur. Dan ini sudah jam 6.55 petang. Dokter Reza kembali ke kamar lima bangsal Harmoni. Untuk mengecek keadaan wanita itu.

"Bagaimana keadaan Amel sekarang ini?" tanya Dokter Reza pada Rara. Sontak Rara berdiri dari kursinya.

"Sejauh ini sudah baik-baik saja, Dok. Perban di kepalanya sudah saya lepas tadi sore."

"Hmm." Dokter Reza bermanggut mengerti. "Oh ya, seharian ini dia tidak makan, ya? Ini sudah dua kali buburnya datang ke sini, tapi tak disentuh juga?"

"Mungkin efek dari infusnya, Dok," ucap Rara menebak.

"Baiklah. Kalau begitu beri tahu aku ya jika dia sudah bangun. Suruh dia cepat makan buburnya. Takut dingin nanti karena AC."

"Baik, Dok."

Rara kembali duduk di samping Amelia yang masih terlelap selama beberapa jam. Sementara Dokter Reza kembali untuk mengecek pasien lain.

Waktu menunjukkan tepat pukul 7 malam. Amelia pun membuka matanya perlahan. Untuk kedua kalinya, Rara melihat Amelia terbangun.

"Oh, Kak Amel? Kak Amel sudah bangun?"

Amelia berusaha untuk bangkit dari ranjang brankarnya dibantu oleh Rara.

"Makan dulu buburnya. Tadi buburnya udah dateng dua kali, tapi kak Amel gak makan-makan juga itu bubur."

"Dokter Reza mana, ya?" tanya Amelia lalu mengeluhkan kepalanya pusing.

"Mau kupanggilkan Dokter Reza? Tunggu sebentar, ya."

Rara berbalik dan keluar untuk memanggil Dokter Reza. Sementara Amelia masih memegang kepalanya pusing karena efek tidurnya yang lama.

Kemudian, dokter tampan dengan brewok khas di wajahnya dan berkacamata itu pun datang kembali ke kamar lima bangsal Harmoni.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang, Amel?" tanya Dokter Reza.

"Baik-baik saja kok, Dok. Bahkan cairan infus sudah masuk semua dalam tubuhku."

"Baguslah. Oh iya, kamu itu dari tadi belum isi perut, loh. Malam ini, aku memperbolehkan kamu pulang. Asal, kamu makan dulu bubur dan lauk pauk lainnya. Supaya kamu ada asupan makan sedikit."

Dokter Reza lalu memberikan kantong kresek bening berisikan obat sirup, kaplet, dan tablet yang sudah dikemas kecil kepada Amel sebagai resep obatnya.

"Ini obat kamu. Setelah ini kamu tidak perlu ke apotik lagi untuk dapetin resepku. Kamu boleh ambil langsung dariku."

Amelia meraih kantong kresek bening kecil itu. "Makasih, Dok."

"Sama-sama. Kamu sudah tahu 'kan anjuran minum obat ini?"

"Sudah, dok. Obat sirup diminum dua kali setelah makan. Kaplet dan tablet tiga kali setelah makan juga."

"Bagus. Tak sia-sia aku ajarin kamu sejak kamu masih di stase tingkat pertama."

"Iya, Dok."

"Oh iya, plastik ini mau aku bukakan?" tawar Dokter Reza ingin membuka nampan berisi makanan yang terbungkus plastik.

"Boleh, Dok."

"Tapi, jangan suruh aku menyuapimu, ya. Kamu itu 'kan sudah punya suami," ucap Dokter Reza sedikit terkekeh sambil membuka plastik itu dan memberikan piring oval berisi bubur pada Amelia.

My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang