***
GEMERCIK air yang keluar dari shower kamar mandi terdengar jelas, saat seorang pria tinggi besar sedang membersihkan diri dengan guyuran yang deras.
Tak lupa pria itu membasuh rambutnya sesekali sebelum menaruh shampoo di kepalanya. Busa mengembang saat dirinya sedang menggosok kepala. Sesekali pula memampangkan ototnya yang kekar.
Farhan tentu mendapat otot-otot di tubuhnya ini dari hasil kerja kerasnya sebagai tentara. Awalnya dia kutu buku, namun dia mencetuskan dirinya menjadi prajurit dan mendapat pangkat Letda sangat cepat.
Ototnya mungkin tidak terlalu besar, namun Farhan memiliki badan ideal yang diimbangi dengan tingginya mencapai 181 cm.
Di balik gagahnya Farhan, sebenarnya turunan dari kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi lemah lembut. Meskipun, dia masih tahan terhadap penindasan yang dilakukan Amelia padanya.
Beberes mandi, seperti biasa dirinya menyiapkan seragam dinasnya yang selalu digantung di pintu kamar.
Proposi wajahnya yang berisi serta badannya yang tinggi membuatnya semakin sempurna di depan cermin. Dia sudah siap dengan seragam dinas hariannya.
Setelah berbenah dan siap untuk ke kantor, Farhan menyempatkan diri untuk berolahraga ringan seperti push up dan sit up. Guna menjaga tubuhnya tetap atletis.
***
Garjas merupakan salah satu kegiatan rutin tempat dinasnya, dan akan dilaksanakan beberapa hari ke depan. Tentu saja ini harus dipersiapkan para prajurit untuk kenaikan pangkat.
Setelah melaksanakan apel pagi, Farhan berniat membasuh wajahnya agar terlihat segar kembali Beberapa tisu di samping wastafel sudah diambilnya untuk menyeka keringat di kening.
Tiba-tiba ingatannya terlintas tentang pekan lalu. Pertemuannya dengan Amelia di jalan. Yang dirinya tanyakan selama ini adalah ... apakah dia gagal membujuk Amelia untuk melupakan semuanya? Apa Amelia masih menganggap dirinya adalah orang bodoh? Sehingga ia dibenci?
Setelah pernikahan, Amelia selalu menghindarinya. Bahkan saat Amelia diminta oleh ayah ibunya untuk pindah ke asrama militer yang nanti akan ditempati Farhan. Istrinya justru menolaknya mentah-mentah. Alih-alih risih, Amelia merasa pendekatannya dengan sang suami masih belum dapat dikatakan baik.
Farhan mendengar desas-desus bahwa istrinya mendekati seorang atlit bulu tangkis bernama Rio. Dia tak marah sekalipun. Lagipula, Farhan masih memikirkan Erni, kekasihnya yang sempat menjalin hubungan sebelum perjodohan.
[Tapi ... tekadku menjaga Amel adalah janji yang perlu aku pegang. Tak mungkin aku melakukan hal sama dengan Amel.]
Saat kekasihnya yang baru diputuskannya tahu dirinya telah menikah, masih saja wanita itu nekat menelepon Farhan terus menerus. Meminta untuk balik lagi pada dia.
Usut punya usut, wanita itu diam-diam tahu kalau Amelia tidak suka pada Farhan juga perjodohannya. Makanya dia masih nekat menelepon Farhan terus-menerus agar bisa bujuk kembali.
Ponselnya bergetar. Lagi-lagi mantannya menelepon. Diketahui sang mantan berprofesi sebagai desainer fesyen, itu pun merupakan hasil mak comblang dari rekan lettingnya.
Dengan berat hati, Farhan mengangkat teleponnya.
"Maaf, mbak. Kenapa menelepon lagi?" tanya Farhan membuka obrolan, seolah berbicara dengan orang asing.
"Cih. Apa salahnya aku menelepon? Aku 'kan cuma... memastikan kamu masih hidup atau enggak. Makanya aku nelepon," ucap mantannya santai di telepon.
"Berani kamu mengatakan itu? Memastikan bahwa aku masih hidup?" ketus Farhan hingga membuat mantannya kaget di telepon.
"Hei, hei, hei. Santai, dong. Cuma tanya kabar doang malah emosi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romansa[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...