***
JAM 1 dini hari. Waktu yang seharusnya dipakai untuk beristirahat, justru dipakai untuk menjaga kondisi pasien.
Amelia telah menjalankan tugasnya dengan baik. Dia patut mengapresiasi dirinya sebab tak ada kata eluhan yang terucap.
Kini dirinya sedang rebahan di kasur tempat tidur ruangan co-ass. Bayangkan, betapa capeknya ia menjadi asisten residen Dokter Fandi, untuk operasi abdomen terhadap pasien pria berusia 46 tahun yang terdiagnosa ada gumpalan di perut hingga menciptakan nyeri yang hebat.
Amelia telah berusaha dengan baik selama 4-5 jam untuk mengangkat gumpalan dari perut pasiennya. Dan kini ia harus mengistirahatkan dirinya, demi mengumpulkan tenaga untuk jaga pasien.
"Kenapa aku menjadi dokter, jika jaga malam aja sudah capek?" gumam Amelia mulai mengeluh. "Harusnya aku ambil jurusan Hubungan Internasional saja, seperti Kakak. Eh, tapi kan yang namanya pekerjaan ya pasti bikin tenaga kuras. Ngapain mengeluh? Amel, semangat. Semangatlah," ucap Amelia menepuk pipinya memberikan sedikit tenaga di tubuhnya. Tetap saja dirinya tidak bangkit melainkan masih menatap langit-langit.
Tanpa sadar Amelia tertidur. Hingga menjelang pagi, tiba-tiba dokter Fandi membangunkan wanita tersebut.
Dokter Fandi memasuki ruang koas dengan membawa dua kopi yang ia beli di kafetaria rumah sakit.
"Mel. Kopi buatmu."
Perlahan Amel bangkit dan memposisikan dirinya untuk duduk di samping Dokter Fandi.
"Kamu keringatan." Mata Dokter Ika malah tertuju pada wajah Amelia yang lembab.
"Capek ya? Semalam operasi pasien?" tanya Dokter Fandi peduli.
"I--iya, Dok. Capek bukan main, sih," ucapnya dengan berani.
Dokter Fandi hanya terkekeh dan langsung menepuk-nepuk pundak Amelia sembari memberikan hiburan.
"Namanya juga kamu menjalani co-ass, pasti capek akan selalu kita terima. Jadi, kamu harus bersabar dalam menjalaninya. Bentar lagi, kamu juga akan ujian stase bedah. Setelah itu rehat untuk belajar UKMPPD, lalu sumpah dokter, intership, bisa cari klinik. Selesai. Yah, pokoknya jalani saja dengan mudah. Jangan membuat dirimu kendor begitu saja. Mengerti?"
Amelia tersenyum dan mengangguk. "Mengerti, Dok."
"Nah, gitu dong. Kamu harus semangat terus," kata Dokter Fandi semakin menepuk pundak Amelia. "Oh iya, hari ini kamu pulang, kan?"
"Ah, bukan, Dok. Sekitaran dua hari ke depan."
"Terus, kapan jaga malam lagi?"
"Eumm ... sekitaran beberapa hari ke depan. Ini aku masih nunggu jadwal koas resmi."
"Begitu. Oke, baiklah. Tiduran saja dahulu. Kamu pasti sangat capek."
Dokter Fandi pun pergi meninggalkan ruang koas setelah memberikan sedikit nasihat kepada Amelia. Dan seperti biasa, Amelia kembali tiduran di ruang koas. Hanya sendirian. Dia bertekad tak akan terlelap. Meluruskan badan adalah lebih baik. 4 setengah jam bergantung pada operasi membuatnya capek, makanya wajar saja dia ingin istirahat terlebih dulu.
***
(Dua hari kemudian)
Setelah melaporkan semua keasaan pasien pada konsulen, Amelia pun memutuskan pulang ke rumahnya.
Dugaannya benar. Rio pergi ke Singapura untuk menjalani pertandingan. Tapi, Rio justru tak menghubunginya. Dua hari tanpa kabar.
[Haruskah ... aku menonton pertandingannya saja? Aku yakin dia sedang bertanding sekarang.]
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romansa[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...