Episode 22

1.7K 70 0
                                    

*** 

ERNI mencoba memberontak ketika cengkraman Amelia semakin kuat. Erni meronta-ronta meminta untuk dilepaskan, namun Amelia sudah seperti banteng di mana emosinya tidak dapat dikendalikan lagi.

"Jika lo mendekati suami gue lagi dan menyakitinya, awas lo. Lo gak akan bisa selamat dari gue."

Ketika banyak orang yang melihat di restoran itu, Erni berusaha mengendalikan wajahnya dan bersikap seolah-olah dia adalah korban.

"Tolong!! Tolong!" Erni berteriak kepada semua orang yang melihatnya.

"Mau apa lo sekarang?" tanya Amelia heran.

"Lo akan terjebak ... umpan gue. Lo yang akan diadili nanti," ucap Erni berusaha untuk berbicara meski lehernya dipenggal oleh tangan Amel.

Seolah pertengkaran ini tidak akan habis, manajer restoran pun datang dan menegedahi mereka berdua.

"Hei, hei, hei. Apa-apaan kalian ini?" Manajer pria berusaha melepas tangan Amelia yang masih mencekik leher Erni.

"Pak, tolong bawa dia ke polisi. Saya tidak apa-apain dia, dan dia malah mencekik saya seperti ini." Erni berakting seolah dia korban dari penganiayaan ini. Memang Amel salah tempat untum bertarung, dan dia malah kena jebakan mematikan Erni. Apa boleh buat ketika banyak yang menuduhnya dia duluan yang mencekik leher Erni?

Pak manajer berbadan tambun itu berhasil melepas mereka berdua.

"Eh, mbak ini apa-apaan? Mencoba menyakiti gadis malang ini? Mbak ... tidak ada rasa kasihannya apa? Harusnya mbak selesaikan dengan mulut, bukan dicekik begitu," ucap manajer itu menegur Amelia sementara Erni memasang wajah sedih dan sekali-kali menangis tersedu-sedu supaya mereka yang melihat bersimpati.

Amelia hanya bergeming mendengar teguran juga ledekan dari banyak orang. Menurutnya dia tak apa harus masuk sandiwara bodoh Erni, namun ia sungguh emosi melihat Erni berkata seperti itu. Malah dirinya diancam menjauhi Farhan dan dirinya akan disakiti kalau tidak memenuhi permintaan Erni.

"Oke, saya minta maaf. Saya minta maaf atas semua ini. Saya memang naik emosi. Oke? Saya minta maaf." Amelia beberapa kali mengucapkan maaf pada semua orang juga Erni, yang harus bersandiwara supaya masalah ini tidak berlanjut.

Daripada terus memperpanjang masalah, ia pun memilih pergi dari tempat itu karena memang dirinya telat untuk pergi bimbingan.

Sementara Erni, masih bertingkah sebagai korban, ditanyai oleh semua orang tentang keadaannya.

"Anda tidak apa-apa, kan?" tanya manajer itu peduli.

"Saya tidak apa-apa, pak. Terima kasih atas kepeduliannya. Jika tidak, saya pasti ..." Erni tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lalu kembali menangis.

"Yang sabar ya. Teman seperti itu memang sifatnya jahat-jahat. Jangan berteman dengan wanita seperti dia," saran manajer itu sambil menepuk pundak Erni kemudian melangkah masuk ke ruang khusus pegawai dan semua pengunjung juga banyak yang bubar.

Sementara Erni kembali memasang wajah liciknya dan menatap pintu kaca luar.

Ia tersenyum miring lalu melangkah keluar dari tempat ini untuk menuju ke suatu tempat.

*** 

Tolong...

Mas Farhan! Tolong!!

Tolong jangan tembak saya!

Jangan!!

Saya mau hidup lagi!!

My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang