Episode 24

1.6K 69 0
                                    

***

SELAMA tidak memilii hubungan apa-apa lagi dengan Amelia, Rio tetap fokus menjadi seorang pemain bulu tangkis. Sekali lagi ia dapat membuktikan kehandalannya dalam bermain dan menorehkan prestasinya sebagai atlit bulu tangkis terbaik. Di pertandingan yang berlangsung di Dubai, Rio berhasil mendapat bonus sekitar 300 dolar lebih dan langsung diberikan saat itu juga. Meskipun, targetnya untuk mendapat rangking satu belum tercapai, namun dengan uang sebanyak itu, ia bisa menyimpannya untuk kebutuhannya nanti.

Untuk merayakan kesuksesannya, Rio memang sengaja menelepon Farhan sejak kemarin malam untuk mengajaknya makan roti John yang di mana pertemuan sebelumnya ia menunda untum makan karena harus latihan. Tentu mereka akan bertemu lagi di Kopi Tiam.

Rio sedang menunggu di depan Kopi Tiam sambil terus menelepon Farhan.

"Aduh, kak Farhan mana, ya? Teleponnya juga tidak diangkat."

Rio terus menoleh kiri kanan sambil tetap menelepon pria atletis itu.

Tak berselang lama, muncul pria tinggi tegap dengan memakai seragam loreng melintas di seberang jalan depan Kopi Tiam.

"Itu kak Farhan, ya? Kak Farhan! Di sini!" Rio melihat Farhan dengan tas punggung besarnya, memanggilnya dari seberang jalan.

Farhan menyunggingkan senyum ketika melihat orang yang dianggapnya sebagai adik itu ada di seberang.

Tanpa perlu waktu lama, ia menyebrang ke tempat di mana Rio sudah menunggu lama. 

"Rio. Pantas semalam kamu nelepon beberapa kali, ternyata mau ketemuan. Ada apa ini?"

"Saya mau makan roti John yang sempat kakak tawarkan waktu itu tapi kutolak. Makanya saya mau sekarang."

"Mengajakku makan roti John? Untuk apa?"

"Itu ... aku menang pertandingan bulu tangkis di Dubai kemarin. Makanya aku mau roti John sama kakak sebagai perayaan kemenanganku."

"Woah, finally, adik aku sudah berusaha keras." Farhan seperti biasa bertingkah seperti seorang kakak dan mengacak-acak rambut Rio untuk menghiburnya.

"Tapi sayang sekali, Rio. Hari ini aku harus pergi untuk melakukan pra-tugas."

"Pra-tugas? Maksudnya?"

"Itu ... untuk mendapat pembekalan karena aku dapat tugas operasi ke Poso, Sulawesi Tengah."

"Ke Poso, berarti ... itu bukannya berbahaya, ya? Saya dengar banyak prajurit yang gugur saat memberantas teroris di sana. Kenapa kakak ditugaskan ke sana?"

"Aku 'kan pernah bilang kalau aku ini tentara. Aku bisa ditugaskan di mana saja, sesuai kualifikasi."

"Jadi, kakak tidak mau gabung makan roti John bersama saya?" ucap Rio murung.

"Maaf sekali lagi, ya, Rio," ucapnya lalu menepuk bahu Rio. "Sebenarnya aku juga pengen makan roti John bersamamu, tapi untuk sekarang aku tidak bisa. Karena nih, lihat. Aku bawa segambreng barang bawaan di tas hijauku. Aku akan melakukan persiapan untuk keberangkatanku beberapa hari ke depan."

"Baiklah, kak. Siap, hormat!"

Rio seperti seorang tentara meniru gaya hormat untuk menghibur Farhan yang akan bertugas. Farhan hanya tertawa melihat tingkah lucu Rio. Mereka berdua kelihatan sangat akrab, sejak Farhan menolong Rio saat sedang drop. Justru Rio berterima kasih pada Farhan karena telah menolongnya, makanya mereka memutuskan untuk menganggap mereka sebagai kakak-adik.

"Baiklah. Oh iya, satu lagi. Nih, uang 200 ribu buat kamu. Ambillah." Farhan dengan sukarela memberikan uang lembar merah dua buah.

"Untuk apa, kak?"

My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang