***
H-2 menuju ujian akhir stase. Susan dan Amelia sedang berada di sebuah kafe untuk me-refresh kembali pelajaran, materi, kasus, yang telah mereka pelajari.
Ada satu hal yang membuat Susan harus berhenti melakukan penyerapan materinya lewat buku.
Lagi-lagi Amelia menceritakan hal yang membuat Susan penasaran sekaligus tercengang. Tentang mimpi.
"Tunggu. Beneran kamu mimpi seorang tentara menyelamatkanmu?" tanya Susan masih tidak percaya.
"Iya, beneran. Aku mimpi semalam yang membuatku keringat dingin. Menurutmu, siapa ya kira-kira? Aku lihatnya dia berpakaian loreng."
"Pasti si Rio," tebak Susan asal.
"Rio? Memangnya tahu darimana? Dia atlit. Bukan tentara."
"Kamu itu bucin sama Rio. Ciri-ciri fisik yang kamu sebutkan tadi, sama dengan apa yang kamu mimpikan."
"Hmm, benar juga. Aku pun merasa kalau memang Rio yang selamatkan aku. Tapi, lihat logisnya dulu dong. Rio seorang atlit."
"Jelasin lagi padaku. Baju tentaranya itu warnanya apa? Hijau, hijau ungu, atau biru?" Susan belum mendapat pencerahan.
"Ya pokoknya seragamnya itu hijau lumut. Wajahnya belum terlihat jelas. Tapi dia pakai baju loreng, tinggi menjulang, putih, tapi wajahnya tidak kelihatan."
Amelia menopang dagunya pusing, memikirkan mimpinya yang akhirnya telah berkembang pesat. Tinggal wajahnya saja siapa.
"Mimpi yang jelas banget. Memang kamu pernah diculik ya dulu?" tanya Susan penasaran.
"Iya. Seingatku sih. Ortu pernah bilang kalau dulu aku diculik. Dan karena ini sudah terlupakan, tiba-tiba saja kejadian yang membuatku trauma datang kembali melalui sebuah mimpi. Mimpi pertama, melalui suara. Mimpi kedua yang barusan, aku bisa lihat bajunya. Wajahnya, entahlah. Masih samar-samar. Siapa tahu dapat tercerahkan di mimpi ketiga."
"Memang biasanya kapan memimpikan ini?"
"Hmm, setiap sebulan sekali, sih," ucap Amelia menerka-nerka.
"Ooh, berarti nanti bakal jelas di bulan berikutnya."
Lanjut Susan bertanya kembali. "Lalu spesifik apa lagi yang menandakan datangnya mimpi itu?"
"Datangnya sebulan sekali. Awalnya aku mengira di mimpi pertama itu aku dapat musibah, terus di mimpi kedua sudah jelas ternyata aku diculik. Ih, pusing." Amelia mengumpat lalu memegang kepalanya mengeluh.
"Dasar! Maksudku itu, cowok tentara yang menyelamatkanmu itu. Siapa?" Susan penasaran sejadi-jadinya sambil memukul meja.
"Oh iya, Rio pernah bilang kalau dulu dia teringin menjadi tentara sebelum jadi atlit?" tanya Susan lagi.
"Tidak, katanya dia tidak ingin jadi tentara. Malah, dia tak pernah bilang."
"Aish, siapa sih sebenarnya?" Susan frustasi sendiri, padahal yang harusnya frustasi adalah Amelia, bukan Susan.
"Kenapa kamu segitu penasarannya? Yang mimpi siapa coba?"
"Kamu."
"Nah makanya. Dari tadi kamu heboh-heboh sendiri."
"Apa salahnya bantu temen sendiri bantuin siapa cowok itu? Tau aja kamu bisa kasih imbalan," ujarnya memancing.
"Memangnya aku punya duit apa?"
Susan hanya menggeleng lalu terkekeh.
Alih-alih melanjutkan obrolan yang omong kosong, lebih baik Amelia lanjut membaca materi yang sudah dicetak melalui buku fotocopy-an.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
عاطفية[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...