***
(Satu pekan lalu)
SAAT Amelia mendesak Rio ke restoran ayam penyet yang pernah mereka datangi untuk membicarakan sesuatu. Saat itu Amelia masih ingat dengan tindakan nekatnya kepada Rio.
Jam 5.45 petang, Rio dan Amelia duduk berhadapan di kursi yang persis sama dengan yang mereka tempati dulu sebelum Rio berangkat ke Singapore. Amelia masih ragu-ragu, bahkan sampai memegang kedua tangannya dan memainkan kuku ibu jarinya bersamaan.
"Amel. Kenapa wajahmu masam gitu? Ada yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Rio penasaran.
"Rio," panggil Amelia mulai serius. "Saat kita memulai hubungan ini, aku pernah janji suatu hal sama kamu, 'kan?"
"Enggak tuh," jawab Rio cepat.
"Aku pernah ucapkan janji. Jika ... aku sudah mulai serius ingin fokus ujian, kita akan putus. Tapi putusnya hanya sementara."
Rio mengerutkan dahinya, memberikan kesempatan dirinya untuk berpikir. "Ah, iya. Aku ingat. Sesaat sebelum aku mengatakan cinta sama kamu. Iya, aku ingat."
"Tapi, aku kasih tahu kalau ..." Ucapan Amelia terhenti dan mulutnya terkunci seolah tidak rela ingin membocorkan semuanya. "Lebih baik kita pisah aja."
Rio menaikkan alis. "Apa maksud kamu? Pisah?" tanya Rio meninggikan suaranya.
"Pisah. Tidak ada hubungan apa-apa lagi," ucap Amelia pelan.
"Hei, hei. Apa maksudmu sih? Katamu ujian sebentar lagi, tapi kamu minta putus?"
"Mungkin sebentar lagi aku akan hadapi ujian koas, tapi aku enggak bisa sia-siakan waktu untuk sekadar keluar pacaran sama kamu. Sebab, aku harus belajar. Pun kamu punya waktu untuk latihan pertandingan bulu tangkis, 'kan? Mustahil kita saling ketemu."
Rio tercengang saat mendengar Amelia mengatakan ingin putus secara permanen. Bahkan Rio telah menyatakan perasaannya pada Amelia dengan syarat itu. Tapi kenapa harus sampai mendadak begini?
"Iya, aku tahu kamu bakal fokus ujian. Tapi kamu sendiri yang bilang, kalau kita putusnya cuma sementara doang. Setelah kita tidak ada kegiatan lagi, kita boleh pacaran. Lalu apa ini? Wah, pasti ada yang kamu sembunyikan ternyata."
Rio menatap lekat Amelia, meminta klarifikasi yang sejujurnya. Tatapannya seolah serius dan tidak ingin adanya kebohongan.
"Jadi ... benar rumor itu?"
Amelia tak tahu apa yang harus diucapkan.
"Aku tak mau kamu kecewa," lanjut Amelia.
"Kecewa kenapa, sih? Kecewa kenapa memangnya?"
"Aku sudah menikah!" jawab Amelia dengan cepat. "Rumor itu memang benar, aku menikah dengan laki-laki lain."
Rio mulai tidak karuan, seolah merasakan hatinya diguncang bom yang amat dahsyat. Amelia benar-benar menikah?
"Nikah? Nikah sama siapa?" tanya Rio ingin meluapkan emosinya.
"Nanti aku kasih tahu lagi."
"Katakan saja sekarang. Siapa?"
Amelia menggenggam tangan Rio untuk menenangkannya. "Akan aku kasih tahu kalau sudah saatnya."
Rio tertawa kecil menunjukkan deretan giginya. "Jadi kamu sengaja permainkanku, ya?"
"Bukan bermaksud mempermainkan," kata Amelia bersikeras. "Iya! Kita berteman sudah lama sekali, dan kita baru saja memulai hubungan, tapi karena suamiku ... suamiku yang menyebabkan semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romance[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...