Episode 23

1.9K 70 3
                                    

*** 

JIKA hujan yang sangat deras membuat orang-orang kedinginan, namun lain halnya dengan Farhan dan Amelia. Sejak jam 8 malam sampai jam 1 malam sekarang ini, hujan masih terus mengguyur sekitar asrama. Ketika kedua sejoli ini lebih memilih untuk bergelut lagi, mereka kembali merasakan kehangatan saat tubuh mereka berdua menempel. Di ranjang besar putih inilah tempat mereka bercinta selama 2-3 jam lamanya.

Tak ada satupun pakaian atau sehelai baju menempeli tubuh mereka berdua. Mereka hanya menikmati momen ini dan keromantisan mereka berlanjut hingga membuat mereka bergairah. Farhan seolah-seolah mendedikasikan hidupnya hanya demi Amelia seorang. Farhan senang memiliki istri yang setia. Begitu pula Amelia. Senangnya berlipat-lipat ketika memiliki suami tampan dan juga baik hati.

"Mas Farhan, aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu." Amelia berucap pelan.

"Apa itu?"

"Jujur, aku mulai suka sama kamu dari saat kamu menaruh ATM Merah Putih di apartemen. Lalu disitulah aku berpikir, bahwa ternyata ada juga yang peduli sama aku. Yang ternyata selama ini aku kira dia adalah orang jahat. Maaf ... jika aku berprasangka buruk sama kamu, Wan," kata Amel lalu mendongkakkan kepalanya ke atas dan melihat pria tampan itu sekilas.

Farhan menepuk pundak wanita itu beberapa kali. "Tidak apa-apa. Toh, kita belum saling kenal semenjak itu. Tak apa. Jangan merasa bersalah."

"Ngomong-ngomong, aku baru pertama merasakan pundakku ditepuk seperti itu. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan ini. Bahkan sejak kecil. Memang, ortuku dulu sibuk sampai tidak memerhatikan putrinya sendiri."

Farhan hanya tersenyum ketika perlakuan hangatnya membuat Amelia nyaman. Ia terus menepuk pundak istrinya sambil mempererat pelukannya supaya wanita itu tetap hangat.

"Oh iya, ngomong-ngomong ... tentang Erni ... tahu 'kan?" Amelia kembali berucap menanyakan sesuatu.

"Apanya?"

"Tentang ... kejahatan yang dia buat atau ..."

"Aku tahu," jawab Farhan cepat. "Aku tahu tentang semua itu. Mengenai dirinya menyuruh Serda Ihsan untuk mengirim satu paket kopi padaku. Aku tahu itu."

"Jadi, Erni menyewa orang untuk mengirim kopi matcha yang dikira pemberian Serda Ihsan? Jahat sekali dia. Beraninya memanfaatkan orang supaya meracuni kamu?" decak Amelia kesal.

"Aku pernah kasih tahu lewat SMS, kan? Aku juga ngiranya itu pemberian Ihsan, dan aku sedikit curiga. Tentang tulisan yang ada di dalam kotak itu. Aku menelisik kalau itu bukan tulisan Ihsan, aku hafal betul bentuk tulisannya. Tulisan serapi itu mana mungkin ditulis Ihsan, pasti tulisan Erni," ungkap Farhan yang membuat Amelia menjadi makin emosi.

"Ish, jahat bener deh, Erni. Demi kamu, dia melakukan semua itu? Itu mukanya mau ditaruh di mana coba? Gak tahu malu bener." 

"Tapi, akan ada waktunya bagi dia untuk menyadari kesalahannya. Jadi, kita hempaskan masalah itu semua, dan kita luangkan waktu untuk saling mencintai. Oke?"

Amelia mengangguk sembari wajahnya terus mendongkak ke atas demi melihat wajah suaminya. Ia memang merasa pengap ketika wajahnya terus ditelungkupkan di dada bidang Farhan, namun entah kenapa rasa pengap itu mulai perlahan saat Farhan mulai memeluknya lebih erat lagi.

"Kamu merasa enakan?"

"Iya, Wan. Aku suka aroma tubuhmu. Aku ingin terus menciumnya," tutur Amelia lalu menghirup dada bidang suaminya yang mulai berkeringat. Namun keringat itu malah menyeruak oleh wanginya aroma lavender dari sabun yang selalu dipakainya setiap mandi pagi. Itulah yang membuat Amelia tidak ingin melepas pelukannya.

My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang