***
"AMEL? Sedang apa kamu di sini?" tanya Rio sontak ketika bertemu dengan orang yang sangat dikenalnya.
Rio kebetulan bertemu Amelia di kafe tempat Farhan sering melipir, tempatnya yang kini menjadi tempat ngopi favoritnya. Ia terkejut saat melihat Amelia sedang menghafal beberapa materi dari bukunya. Sambil menikmati roti toast dan es kopi susu.
"Eh, Rio? Kenapa kamu juga ada di sini?"
"Harusnya aku yang nanya. Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Rio ikut duduk di hadapan Amelia.
"Aku ... lagi belajar, sempat enggak bisa ikut ujian setahun lalu. Nih, lihat aku pegang apa? Terus kamu ngapain di sini?"
"Cuma mau istirahat dan minum es teh manis," ujarnya singkat. "Wah, kelihatannya ... kamu udah banyak persiapan ya untuk belajar."
"Hehe. Iya, dong. Beberapa hari lagi ujian, nih. Oh ya, selamat ya dapat uang bonus di pertandingan di Dubai," kata Amelia dengan perasaan bangganya.
Amelia mencoba mempererat kembali persahabatannya dengan Rio, meski tidak dalam status lebih dari teman. Lalu ia mengajaknya berjabat tangan seraya mengucapkan selamat untuk kemenangan Rio di Dubai.
"Terima kasih, Mel," ucap Rio menyunggingkan senyum, begitupun Amelia, lalu mereka saling berjabat tangan
"Tumben kamu senyum. Mentang-mentang kita sudah lama putus, kamu malah senyum sama cowok lain. Ingat suamimu di rumah," ujar Rio meledek.
"Yeeh, ge-er. Gue begini karena gue mau kembali kita bersahabat. Dan juga ... gue selama ini sadar. Menjadi istri tentara itu ada suka dukanya. Kalau gue kasih persen nih, sukanya itu 40% dan dukanya cuma 60%. Kenapa persen dukanya tinggi? Karena, suami selalu jarang ada di asrama. Bahkan satu hari dia tidak pernah pulang. Dan sekarang, gue akan ditinggalkan dia bertugas ke Poso. Besok gue harus mengucapkan selama tinggal ke dia. Ingin rasanya kening ini dikecup suami, meninggalkan kenangan yang membekas."
Rio menatap lekat sahabatnya itu dan ia tersentuh ketika mendengar cerita wanita itu.
"Entah dalam berapa bulan, atau ... berapa tahun lagi aku akan ditinggalkan oleh dia. Selama ini aku menyesal telah menyia-nyiakan rentang waktu pernikahanku dengan dia. Aku, yang tidak tahu menahu tentang dia, akhirnya tersadar. Kalau ternyata, aku memang terjebak dalam garis takdirnya dia. Aku pantes berbagi nasib sama dia. Entah kenapa. Tapi cinta sejati itu berlaku."
Rio merasa lega ternyata perseteruan rumah tangga Amelia dan Farhan telah selesai dengan baik. Dan memantapkan diri untuk kembali bersahabat dengan Amelia. Melihat cerita Amelia yang membuatnya sedih dan tersentuh, begitu pun Amelia.
"Maaf ya kalau aku ada salah sama kamu. Mengatakan hal yang membuatmu ganggu. Sekali lagi, maaf, ya," ucap Rio menyesal.
Amelia tersenyum ketika Rio mengajaknya kembali jabat tangan.
"Iya deh." Amelia membalas uluran jabat tangan Rio. "Aku maafin kok. Setidaknya kita kembali bersahabat seperti dulu, kan?"
"Benar, Mel."
"Oh iya, karena kamu menang pertandingan di Dubai, aku bakal traktir lo roti John. Yang super besar. Mau gak?" tawar Amelia.
"Emm ... mau! Tapi ... kita makannya berdua, ya. Kalau bisa, roti John yang super besar. Tambahan daging, keju, telur. Telurnya dikasih banyak juga." Rio jadi girang ketika request berbagai macam topping yang ia mau. Amelia hanya tertawa gelak.
* * *
Keesokan harinya, tepat jam 6.30 pagi, semua prajurit Yonif tempat Farhan bertugas berkumpul di Bandara Halim Perdana Kusuma untuk mengikuti upacara pemberangkatan dalam rangka tugas operasi menuju Poso, Sulawesi Tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romansa[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...