* * *
SIRINE ambulans berbunyi dari satu jalan ke jalan lain.
Farhan mulai dibawa ke RS Sukabaru tempat adik sahabat Amelia bertugas. Tentu saja setelah ia terkapar di jalanan sepi kemudian banyak orang yang panik melihat Farhan ingsan di jalan, para tenaga medis pun bersiaga.
Sementara itu Amelia dan Yuna yang baru saja selesai ngopi di Kafe Dua Lima, tampak keluar dengan perasaan riang gembira karena kopi yang dijual di kafe itu enak. Yuna pun demikian.
Tepat setelah mereka keluar dari kafe, mereka terkejut saat ambulans lalu lalang di depan mereka. Yuna berpikir kalau ada pasien gawat di RS Sukabaru.
Ah, pasti adiknya sedang kewalahan menangani pasien baru datang itu. Dan niat bertemu adiknya ditunda lagi karena ia sudah tahu kalau adiknya akan sibuk lagi dengan pasien gawat. Bayangkan saja betapa kencangnya laju mobil ambulans tersebut. Pasti ada pasien yang harus cepat-cepat ditangani.
"Yun. Enggak jadi deh kamu ketemu adik. Sayang ya," ujar Amelia saat mengetahui raut wajah Yuna yang muram.
"Hooh. Bener juga. Adikku satu-satunya akan merawat pasien itu. So, what else can we do? Toh, itu tugasnya."
"Ayo, masuk ke kafe lagi. Hibur hatimu yang pendam." Amelia membujuk Yuna sebagai penenang buat sahabatnya. Meski harus masuk kafe untuk kedua kali, namun sepertinya mereka tidak keberatan.
"Pesan apalagi?" tanya Amelia menawarkan.
"Emm ... yang tadi deh."
"Oke."
Amelia memanggil pelayan, dan kagetnya mereka ketika yang datang pelayan yang tadi. Yah, sepertinya ia tahu mereka pesan apa lagi.
Belum 30 menit ketika pesanan mereka belum datang, tiba-tiba Amelia mendapatkan telepon.
Ia kaget ketika layar di ponselnya tertuliskan "Farhan" dan mungkin ia pasti membuatnya menunggu karena tadi ia membalas bahwa ia akan dijemput olehnya.
Tentu saja tanpa basa-basi ia mengangkatnya.
Ia angkat telepon itu dan sempat menyapa. Namun, yang ia dengar bukanlah suara Farhan, melainkan suara orang lain, yang entah siapa itu.
"Maaf, ini istrinya?"
Amelia memutar bola matanya, tidak paham apa yang diucapkan pria itu.
"Maaf ya, Pak. Anda siapa? Dan kenapa tanya?"
"Eh ... kami hanya ingin menginformasikan bahwa ada seorang pria tidak sadarkan diri. Barusan tenaga medis kami menemukannya dalam keadaan mulut berbusa."
Tunggu. Apa?
Sontak Amelia berdiri. Mendengar kabar yang tidak dia duga-duga sebelumnya. Panik di dalam hatinya.
"Jadi ... dia dirawat di mana sekarang?"
"Di Rumah Sakit Sukabaru."
Berarti di dekat Kafe Dua Lima. Amelia mendengarnya masih tidak percaya. Kenapa bisa Farhan diracun?
Amelia menutup teleponnya lalu duduk kembali. Mengundang rasa penasaran Yuna.
"Kenapa kamu kaget barusan?
"Mas Farhan."
"Kenapa Kak Farhan? Dia menunggumu?"
"Dia ..."
Seolah tidak bisa menjawab, Amelia memegang kepalanya pusing sambil mengeluh.
"Dia ... masuk rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romance[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...