***
(Dalam mimpi Amelia)
KEGELAPAN makin mencekam. Terdengar suara burung terbang lalu lalang menuju suatu tempat. Terdengar pula suara jangkrik yang tak henti-hentinya membunyikan suara khasnya.
Ada sesosok gadis muda yang tangannya terikat di belakang beserta kedua orang tuanya juga tangan mereka terikat di belakang sambil mulutnya disekap oleh kain. Begitu pun gadis muda itu.
Gadis muda yang masih kelihatan aura remajanya adalah Amelia Riyanti. Seperti diketahui, Amelia bersama kedua orang tuanya sedang berlibu menggunakan kapal pesiar. Namun nahas bagi mereka, tiba-tiba sekelompok teroris menyergap dan menyekap seluruh penumpang dan awak kapal bahkan ada yang diculik dan dibawa ke pulau terpencil. Salah satu dari penumpang kapal yang diculik itu adalah Amelia sendiri. Juga beserta dengan kedua orang tuanya.
Amelia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya bisa merintih kesakitan di bagian belakang tangannya. Karena sejak dibawa ke tempat gelap di pulau terpencil, ia dipukuli memakai benda tumpul. Sehingga di bagian lengannya terluka.
Tolong...
Tolongin saya...
Saya terluka...
"Mau kita apain nih, gadis muda cantik ini?" ujar salah satu teroris sambil memegang wajah Amelia dengan memasang ekspresi jahatnya.
"Entah. Kita gebukin mereka satu-satu. Lalu setelah itu ..."
"Habisi aja." Seorang teroris yang diduga adalah bosnya menyahut sambil tertawa keras.
"Bagaimana, cantik?"
Amelia bersuara tanpa bicara karena mulutnya disumpeli dengan kain.
"Bilang apa tuh anak?"
"Entah. Dia cuma 'emmmm, emmmm' aja."
Lalu Amelia membringas melototi para teroris itu seolah akan mengancam mereka.
"Wah, kelihatannya nih anak berani betul, ya."
Lalu bos teroris itu menyiapkan pistol untuk menembak Amelia.
"Siapkan peluru. Buruan!"
"Baik, Tuan."
Setelah semua peluru sudah siap, pistolnya pun sudah terisi dengan peluru yang diduga membahayakan bila ditembak dari jarak dekat.
"Sekali lagi kamu macam-macam, tangan ini langsung berekasi. Ingat itu," ancam bos berbadan kekar itu sambil mengacungkan pistol ke Amelia.
"Langsung tembak aja udah. Kelihatannya ni anak melototi kita terus," saran anak buahnya itu.
"Baiklah kalau begitu."
Jari telunjuknya mulai bergerak, ingin langsung menembak Amelia. Namun ekspresi Amelia menunjukkan rasa tidak takutnya kepada mereka. Amelia tetap melototi mereka.
"Siap. Kutembak ini."
Jari telunjuknya hampir bereaksi. Rasanya ingin mendorong jarinya itu untuk langsung menembakinya.
Hingga saat pistol itu mulai berbunyi, tiba-tiba sesosok pria berbaju loreng langsung memeluk Amelia dan peluru yang keluar dari moncong pistol itu tertancap di bagian punggung bawah kirinya.
Lalu kejadian yang tak mereka duga, para tentara yang bersiap memegang senjata laras panjangnya ini langsung menyerbu para teroris itu dan menembaki mereka.
Sementara tentara yang memeluk Amelia itu hanya refleks saja tidak melakukan apa pun. Amelia yang berada dalam pelukannya langsung menangis tersedu-sedu dan menyandarkan kepalanya ke dada tentara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romance[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...