***
SESULIT apa pun situasinya, dan segugup apa pun kondisinya, Farhan tetap melanjutkan tugas operasi dengan lancar.
Jauh dari pedalaman, ia dan beberapa anggota serta tim yang ikut bersamanya hampir menemukan markas rahasia para teroris di sana. Memang, selama ini para teroris itu selalu memunculkan moncongnya kepada aparat negara yang mencoba macam-macam padanya. Dan wajar saja banyak yang pulang dalam keadaan sudah menjadi mayat. Karena mereka tidak bisa ditaklukkan dalam cara apa pun.
Maka, sebagai seorang Komandan Tim yang mengarahkan para anggotanya, Farhan harus konsisten dan tidak boleh salah arah.
Mereka pun menemukan markas itu dan para anggota Farhan juga tim lainnya mengepung tempat yang diduga adalah markasnya radikal yang membuat warga sekitar Poso resah.
Seperti yang mereka ketahui, senjata milik para teroris tergolong membahayakan. Mereka
"Apa yang harus kita lakukan, Kapten?" tanya Prada Adit, yang penuh dengan kekhawatiran di wajahnya.
"Begini. Dengar semua. Jangan ada yang menampakkan diri. Kita semua sudah berkamuflase. Dan jangan ada sedikit suara pun muncul di mulut kalian. Telinga mereka sensitif bila mendengarnya," ujar Farhan berbisik, mengarahkan kedua anggotanya.
"Prada Adit, tolong bergerak sedikit ke depan. Praka Hasan, cari gerak gerik sasaran dan ikuti perintah yang ditujukan. Mengerti?"
"Siap, mengerti, Kapten."
Mereka masing-masing memegang peta penyerangan yang sudah dibuat. Menganalisanya sekali lagi agar tidak salah sasaran.
Farhan harus fokus terhadap sasarannya ini. Dalam harapannya, ia ingin mereka tertangkap dalam keadaan baik-baik. Tanpa harus melakukan perlawanan. Jika ada plot twist di dalam misinya kali ini, maka lain lagi dan habis sudah.
"Semoga tidak terjadi apa-apa padaku. Berikan aku kemudahan untuk menjalankan misi ini." Farhan mengucapkan doanya berharap agar semuanya baik-baik saja. Bahkan sejak tadi masuk ke pedalaman, ia terus berdoa berharap akan keadaannya
Para anggota masih menunggu gerak gerik mereka. Mereka masih menahan serangan. Farhan harus menfokuskan pandangannya ke markas itu. Dengan cat camouflage di wajahnya, rerumputan yang menjalar di tubuhnya, membuat ia semakin yakin agar fokus menangkap dan memusnahkan radikal ini berjalan dengan lancar.
"Semoga tidak terjadi korban jiwa lagi." Prada Adit memohon, didengar oleh Farhan dari belakang. Suara pelan dari Prada Adit itu membuat hati Farhan terketuk.
Jika saja ada lagi korban jiwa, terlebih jika itu dirinya, maka ia ikhlas dirinya bakal ditembak dan disiksa lagi oleh para teroris itu. Secara, ia sudah ditakdirkan dengan mendapat tugas berat dari Pak Danyon.
Farhan masih tidak mau melepaskan pandangannya. Ia tetap berkutat pada markas itu. Jika melihat gerak gerik yang jelas, maka sesuai dengan peta penyerangan, mereka harus langsung menyergapnya.
Matanya memicing mendengar suara semak-semak dari sisi kirinya. Di sisi kanannya juga. Suara semak-semak itu sepertinya mencurigakan.
Mungkinkah ... mereka?
"Semuanya ... buat pertahanan. Sepertinya ada yang menargetkan kita," pinta Farhan pada orang-orang di dekatnya.
"Siapa, siapa yang menargetkan?"
"Jangan sampai kita ketahuan. Pokoknya buat pertahanan supaya kita bisa blok mereka."
"Siap, Kapten."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romance[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...