***
[AKU sangat menyukai penampilanku dengan riasan serta gaun pernikahan yang pas. Namun ... dalam hati ini sangat menentang jalinan cinta dengan pria yang sama sekali tak kukenal. Aku tak sanggup menjalani kehidupan rumah tangga dengannya.]
Amelia merasa tenaganya dikuras sampai habis. Bayangkan saja, menikah dengan tentara, apalagi seorang Perwira, Amelia harus menjalani serangkaian pengurusan dokumen-dokumen dan tes-tes menyatakan kesiapannya sebagai calon istri prajurit. Lebih berat baginya.
Beginilah jika kehendak orang tua tidak bisa dipaksa. Ia harus dituntut melakukan apa yang seharusnya, alih-alih melawan.
Dia bisa saja berakting di depan Farhan, pura-pura mencintainya dan bersikap baik pada dia agar bisa memperlihatkan kebahagiaannya saat menjalani rangkaian proses pernikahan. Setidaknya satu pekan.
Mulai dari foto prewed memakai baju persit berwarna hijau muda, foto gandeng sebagai persyaratan pengajuan, dan harus menemani Farhan mengajukan semua persyaratan itu pada Danyon di Bataliyon tempat Farhan dinas. Bahkan dia perlu diuji kepintarannya menjalani tes pengetahuan umum dan militer. Beruntung saja tes seperti ini dilewatinya dengan mulus. Karena dirinya memang dikenal pintar saat sekolah.
Namun, yang paling tidak enaknya adalah, ia harus mengikuti tes keperawanan sebagai bagian dari tes kesehatan. Tujuannya adalah apakah benar Amelia tidak melakukan hubungan semacam itu sebelumnya bersama pasangan yang akan ia nikahinya. Itu pengalaman paling tidak mengenakkan baginya.
Syukur, Amelia telah selesai melakukan serangkaian proses pencalonannya sebagai istri seorang tentara. Kini dihadapannya adalah bayangan dirinya yang cantik dengan balutan riasan foundation, blush on merah muda, lipgloss matte di bibirnya, eyeshadow merah muda pucat, eyeliner, eyebrow di alisnya, serta bedak sebagai sentuhan akhir di seluruh wajahnya sehingga nampak mulus. Ia terlihat cantik merona di depan cermin. Dengan balutan kebaya yang terpakai di tubuhnya.
Farhan pun sedemikian gagahnya. Seragam PDU-nya yang selaras, menempel lekat di tubuhnya. Lengkap dengan beberapa pangkat yang tertaut di hem hijau tuanya itu, serta celana hijau lumut yang memperlihatkan rentang panjang kakinya.
Suasana pernikahan antara mereka begitu khidmat. Terlebih saat prosesi pedang pora dimulai. Semua rekan prajurit letting Farhan menghunuskan pedang dan membentuk seperti payung untuk 'memayungi' kedua mempelai.
Wanita itu tetap konsisten dengan aktingnya, terus memasang senyumnya kepada banyak orang. Begitu pun di hadapan Farhan yang siap memasang cincin pernikahan di jari manis Amelia.
Suasana langsung pecah saat Farhan mencium kening Amelia dengan romantis. Setelah pemasangan cincin pernikahan dan memberikan ciuman kening, mereka berdua pun menjalani prosesi pernikahan selanjutnya hingga selesai.
***
Tiba di malam pertama. Mereka berdua menempati hotel yang dijadikan sebagai tempat resepsi. Setelah mereka berdua melayani tamu undangan hingga malam hari, mereka sedang beberes untuk merapikan kembali seragam pernikahan yang mereka pakai.
Kini Amelia sedang menjalani pembersihan make up di wajahnya secara perlahan. Kemudian ada seseorang membuka pintu tanpa mengetuk. Farhan yang sedang memakai kaos oblong putih biasa dan celana tidur bermotif biru garis menghampiri Amelia yang sedang duduk di meja rias.
"Mel. Sedang apa?" tanya Farhan menurunkan suara sebagai pembuka obrolan.
"Tidak lihat? Aku lagi bersihin make up," jawab Amelia enteng sambil melepaskan bulu mata palsunya pelan-pelan.
"Aku ... ingin bicara sesuatu sama kamu." Farhan berucap dengan posisi yang gugup, berdiri di belakang Amelia yang masih membersihkan make up.
"Tunggu, setelah wajah ini bersih dari make up."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romance[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...