***
HENTAKAN hak tinggi itu menggema sampai seluruh rumah sakit. Bunyi itu terasa cepat dan terus melangkah sampai ke tujuannya.
Kali ini Erni susah payah berniat menjenguk Farhan yang sedang dirawat di rumah sakit angkatan darat di wilayah Sulawesi Selatan. Erni tahu tentang kabar Farhan dan tembakan bertubi-tubi itu. Erni merasa bersalah karena ia sama sekali belum mendapatkan ganjaran terhadapnya. Malah, semua ganjaran yang seharusnya didapatnya justru tertukar ke Farhan dan membuat pria itu nyaris meninggal.
Erni sampai di lantai 4 dan dirinya berada di area VIP. Ia tahu di bangsal mana Farhan dirawat. Dan di situlah saat matanya bertemu dengan lorong area VIP dan melihat kamar yang sudah ia ketahui, ia sekali lagi berlari kencang dan dirinya mendapati dua orang tentara sedang menjaga pintu.
Dua orang tentara itu bernama Serka Irman dan Serda Chandra. Mereka memang ditugaskan menjaga pintu karena ingin situasi di sekitar harus netral dan memastikan Farhan tetap baik-baik saja. Mereka takut jika ada orang asing yang masuk ke kamar tempat Farhan dirawat dan diduga adalah teroris Poso yang masih hidup. Farhan masih harus dipindahkan ke Jakarta dan mendapat perawatan menyeluruh di sana.
Tiba-tiba saat Erni berada di hadapan Irman dan Chandra, Erni canggung dan mendorong dirinya untuk masuk.
Namun yang ada, ia malah dihadang oleh dua pria berbadan kekar itu.
"Lo kenapa, sih? Menghalangi gue masuk," ketus Erni tidak menerima.
"Maaf. Untuk saat ini, kamu tidak boleh masuk sampai waktu yang sudah ditentukan," kata Irman menjelaskan.
"Cuman menjenguk saja lalu gue dilarang masuk gitu? Wah, lo emang berlebihan ya. Kita ini temenan dan gue punya banyak kenalan prajurit seperti kalian, lalu kenapa gue gak diperbolehkan masuk?"
Mereka bergeming tak menanggapi pertanyaan Erni.
"Ah, jangan-jangan karena Farhan melarang gue masuk, gitu? Hei, dia itu lagi koma, lalu apa salahnya cuma melihat?"
"Tetap tidak boleh," sahut Chandra lalu menarik lengan Erni untuk menjauh.
"Kalau gue memaksa, lo-lo berdua mau hukum gue? Gue gak peduli. Pokoknya gue mau masuk."
Erni dengan santainya tetap meraih gagang pintu meski terus dihadang mereka berdua. Pintu itu terus diraih Erni bahkan harus menghadapi Irman dan Chandra. Erni terus memaksa bahkan dengan berani memukuli lengan kekar Irman dan mencoba untuk masuk.
Usaha itu terus dilakukannya sampai Erni benar-benar masuk.
Tetapi ada satu orang yang bisa melerai keributan yang ditimbulkan mereka. Ya, Letda Surya yang kini sedang memakai kruk untuk membantunya berjalan melangkah menghampiri mereka dan mengeluarkan teriakan khas tentara.
"Hei!!"
Sontak mereka berhenti dan menoleh ke pria tinggi itu. Pria yang juga memiliki rambut cepak namun sudah agak panjang itu mendekati perempuan bersetelan seksi itu.
Tentu saja Erni tidak mengenal pria berkruk itu. Memang Erni banyak mengenal tentara-tentara termasuk Farhan, namun ia belum lihat pria yang dibalut perban di tangan kirinya juga di kepalanya.
"Jika kamu diberitahu untuk tidak boleh masuk, sebaiknya jangan memaksa. Kenapa kamu keras kepala?"
Surya menunjukkan ekspresi muaknya terhadap Erni. Surya juga tahu bagaimana Erni itu, karena dirinya juga mendengar cerita tentang Erni dari Farhan sendiri.
"Terus, apa urusannya sama lo? Terus lo siapa, sih?"
"Dia Letnan Dua Surya Umar Winanto. Teman akrab Farhan. Mohon jangan bicara informal padanya," kata Chandra mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Truth Love (Cinta Sejati)
Romantik[Publish Ulang] * * * "Awalnya aku menganggapmu sebagai pria yang pengkhianat dan juga suka memanfaatkan orang. Tapi nyatanya ..." - Amelia Riyanti "Aku bodoh mengungkapkan sesuatu yang membuat kamu marah. Wajar saja karena kita belum saling kenal...