1

4.9K 234 7
                                    

Seorang gadis cantik berjalan santai di lapangan SMA Arsanaya. Tanpa rasa takut dia berjalan dengan langkah angkuh padahal dia terlambat masuk sekolah.

"REALYN JOVANKA!" teriak seorang guru yang bisa dibilang masih cukup muda. Desi, dia baru saja menjabat sebagai guru BK di sini.

Realyn menghentikan langkahnya dan hanya menjawab teriakan guru itu dengan menautkan kedua alis-nya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Bu Desi. Realyn hanya menyodorkan tangan kiri nya dimana jam tangan hitam melingkar manis dipergelangan tangannya.

"Dasar gak sopan kamu!" ujar guru cantik itu lagi.

"Lah? Salah saya apa bu? Kan tadi ibu tanya jam berapa? Saya kira ibu gak buta dan masih bisa melihat angka yang ada di jam tangan saya." jawab Realyn enteng.

"Cukup! Karena kamu terlambat lagi, ibu mau sekarang kamu ikut ibu ke ruangan ibu," titah Bu Desi.

"Hm" Realyn hanya berdehem sebagai jawaban.

Sekarang Realyn sudah berada didalam ruangan yang ditempati bu Desi selama menjadi guru di sini. Sebagian siswa menyebut tempat ini seperti neraka, bagi mereka yang tidak menyukai peraturan.

"Realyn, kamu boleh duduk,"

"Enggak usah bu, makasih."

"Eum oke, saya rasa memberi hukuman tidak akan membuat kamu jera. Jadi, saya ingin lusa ... orang tua kamu bisa menemui saya."

"Bisa gak bu kalo nggak usah bawa bawa orang tua? Ribet bu." ujar Realyn, yang saat ini masih berdiri didepan meja kebesaran bu Desi.

"Ribet kamu bilang? Kalo kamu tidak mau orang tua kamu di panggil oleh pihak sekolah, seharunya kamu bisa merubah sikap kamu."

"Apalagi yang perlu dirubah bu? Lagian ulah saya juga nggak ngerugiin sekolah ini," sanggah Realyn.

"Di sekolah ini ada peraturan yang harus kamu taat-in. Kamu kira, kamu bisa datang ke sekolah ini seenak jidat?! Kamu kira ini sekolah punya nenek moyang kamu?!" kali ini suara bu Desi lebih meninggi, hampir terdengar seperti bentakan dan tidak ada lagi kelembutan.

Realyn hanya tersenyum miring seraya menganggukkan kepalanya, "Lalu? Untuk apa adanya guru BK kalo nggak ada murid yang ngelanggar aturan itu?"

"Tugas guru BK bukan hanya mengurusi siswa badung macam kamu, masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Tapi, karena ulah kalian ... saya harus menunda pekerjaan saya!"

"Udah selesai aksi curhat nya bu? Saya ke sekolah bukan untuk denger curhatan anda atau pun omelan anda, bu Desi yang terhormat."

Dan seperti itulah Realyn. Angkuh, keras kepala dan pemberontak, dia tidak suka ada nya aturan.

Bu Desi hanya menghembuskan nafas, tidak akan ada habisnya berdebat dengan Realyn.

"Silahkan, kamu boleh keluar dari ruangan saya," ucap bu Desi.

Setelah keluar dari neraka itu Realyn melanjutkan langkahnya, langkah angkuh nya membuat setiap pasang mata yang ada di koridor memperhatikannya. Banyak tatapan yang menatapnya penuh kekaguman, ada juga tatapan meremehkan, dan tatapan penuh kedengkian.

Tapi Realyn tidak menghiraukan tatapan-tatapan itu, karena bagi nya tatapan-tatapan itu hanya lah sampah.

"REEEE!!" teriakan yang memekakan menyambutnya, saat dia tiba di kelas 11 IPA 1.

"Biasa aja kali, ra." ujar nya seraya meletakan tas diatas meja dan mendaratkan pantat nya disamping tasnya.

Queenra Ardania, dia pemilik suara yang menyambut kedatangan Realyn.

"Yeee ... lagian lo demen banget telat sih," ucap Queenra, yang kerap di sapa Enra.

"Lo kayak nggak tau gue aja."

"Yayayaya ... terserah lo aja deh, Re." Enra sudah cukup mengenal sikap Realyn, dan hanya Enra yang tahan berteman dengan Realyn.

Walaupun hampir setiap hari ucapan kasar dan makian yang dia dengar dari mulut manis Realyn, enggak ngebuat Enra berniat meninggalkan Realyn. Begitupun sebaliknya, walaupun hanya ucapan kasar dan berbagai macam cacian yang keluar dari mulutnya untuk Enra, Realyn sangat menyayangi Enra.

Enra yang selama ini berdiri disampingnya, membantu nya berdiri dari keterpurukan dan kehancuran.

Mereka sudah berteman sejak mereka masih dalam gendongan orang tua mereka.

"Re, kantin kuy? Gue laper." ajak Enra.

"Mager gue."

"Re..kuy lahh temenin gue," Enra menggoyang-goyangkan lengan Realyn, membujuk Realyn agar mau menemaninya. Re merupakan panggilan dari Enra untuk Realyn sejak kecil.

"Aish ... enggak usah nampakin muka memelas lo itu, bikin gue mual tau gak," biarpun ucapan Realyn agak sarkas, dia bangun dari duduknya dan melangkah keluar kelas.

"Katanya mual, tapi luluh juga kan lo kalo udah ngeliat muka memelas gue?" ucap Enra seraya berusaha mesejajarkan langkahnya dengan Realyn.

TBC

Gimana??? Entah kenapa aku jadi mood nulis lagi hehe

Setelah sekian lama nenangin pikiran dengan main Rp sekarang aku mulai kembali ke aktivitas awal aku, yaitu menulis:)


Arrogant Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang