27

865 51 15
                                    

Happy reading :)
Komen sama vote nya jangan lupa-!

*****

Putra membawa Realyn ke kamar dan menyuruhnya mandi, setelahnya ia kembali menemui Ezar.

"Ini bukan jadwalnya lo kesini, ada apa?" tanya Ezar yang tengah mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"Sampai kapan lo mau jauhin dia dari Reyvan?"

"Gue gak jauhin dia dari siapapun, dia yang milih hidup sama gue."

"Bokap nyokapnya nyariin."

"Oh ... udah mulai peduli mereka sama anaknya?"

"Dari sejak Reyvan hampir mati,"

Ezar menganggukkan kepalanya.

"Reyvan udah sangat menderita, seperti tujuan awal lo," tambah Putra.

"Gue tau, tapi semua terserah Realyn, dia mau ke Indonesia apa engga,"

Realyn keluar dari kamar dengan Lizzie di gendongannya.

"Serius banget ngobrolnya," kata Realyn.

"Gue mandi dulu,"

Setelah Ezar meninggalkan mereka, Putra mulai membicarakan soal Reyvan. Biar gimanapun ia tidak tega terus memisahkan anak kembar Jovanka itu.

Empat tahun udah cukup, pikir Putra.

"Reyvan sekarang udah sukses, Re," Putra membuka obrolan.

Realyn menoleh, sedikit kaget namun mencoba biasa saja.

Toh wajar jika Reyvan sukses, dia kan cerdas, dan sudah seharusnya seperti itu.

"Bukan urusan gue,"

"Tapi dia kembaran lo, abang lo."

"Ya gue tau,"

"Apa lo gak pengen, kalian sukses bareng-bareng?"

Realyn tertegun, "lo udah sarjana tapi mau aja disuruh diem di rumah sama bajingan tengik itu," lanjut Putra.

"Yang penting mah gue bahagia, Bang."

"Dia udah jadi millionaire sekarang, dan yang seharusnya lo panggil abang itu dia," Putra menjeda ucapannya, "dia pengen banget ketemu lo, terus sukses bareng lo. Pas lo nggak ada dia hancur banget, Re. Hancur dan menderita, bahkan ninggalin Syakilla."

"Ninggalin Syakilla?"

"Iya, sorry gue baru cerita ini semua ke lo,"

Mengalihkan cerita Putra tentang keadaan Reyvan pasca kehilangan Realyn dan bagaimana Reyvan bisa bangkit dari keterpurukan itu, tentunya dengan bantuan orangtua dan sahabatnya.

"Mama sama papa nemenin Reyvan?"

"Iya, bahkan mereka juga menghabiskan banyak uang buat nyari lo, tapi si brengsek itu gak ngasih akses buat siapa pun tau keberadaan lo."

Realyn terkekeh mendengar julukan dari Putra untuk Ezar.

"Kayak gak tau Zar aja lo, gue aja gak di kasih ponsel sama dia, main ponsel harus dalam pengawasan dia."

"Ck. Cinta emang bikin gila," Putra berdecak.

Putra menunjukan foto Reyvan diponselnya kepada Realyn, "lihat, gagah kan abang lo."

Melihat itu Realyn berdecak kagum, namun tersirat satu pertanyaan di benaknya dan mampu di baca Putra, "dia bukan bos besar pengedar narkoba lagi."

Arrogant Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang