7

2.3K 136 0
                                    

Kedua gadis cantik buronan siswa Arsanaya itu sedang duduk santai di kursi kantin yang menghadap ke arah lapangan basket.

Kedua gadis itu nampak memperbincangkan kejadian yang baru saja terjadi, dan derap langkah yang terdengar ke telinga kedua nya membuat keduanya menolehkan kepala menatap arah asal derap langkah itu.

Dari arah berlawanan siswa tampan berjalan mendekati kedua gadis itu, "pagi Realyn sayang," sapaan Brarez berhasil membuat Real memelototkan matanya.

"Sayang pala lu melayang!" Ucap Real sarkas.

"Kuyang dong gue?"

"Bacot lo daleman!" Kata Enra yang ikut geram dengan kelakuan Brarez.

"Weizzz...gue gak ngomong sama lo, tarsius." Kata Brarez balik meledek Enra.

"Bangsat!" Umpat Enra.

"Lyn ... kok lo pagi pagi udah ke kantin?" Tanya Brarez seraya duduk disamping Real.

"Bukan urusan lo!"

"Jutek banget mbak nya."

"Emang! Kenapa? Gak suka?!" Kata Real dengan nada suara yang meninggi.

"Enggak sayang, galak banget Ya Allah."

"Sekali lagi lo ngomong sayang, pala lo beneran gue buat melayang!" Bentak Real.

Dan Brarez hanya menyengir mendengar ucapan Real sedangkan Enra tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahhaa ... mampus lo babi!"

"Diem lu tapir!" Ucap Brarez menjawab ucapan Enra.

"Minggir lu sono, gue mau ngomong berdua sama Alyn." Tambah Brarez lagi.

"Dih! Sapa lo nyuruh nyuruh gue?!" Jawab Enra.

"Ra ... bentar ya." Ucap Real seraya menatap kedua manik mata Enra seakan memberi isyarat lewat tatap matanya agar Enra menuruti kata Brarez.

"Oke deh, gue ke kelas dulu." Kata Enra.

"Awas lu ngapa-ngapain sahabat gue!" Tambahnya.

"Tumben mau ngomong berdua sama gue Lyn."

"Kenapa? Gak boleh? Yaudah gak jadi." Ucao Real seraya beranjak dari duduknya dan akan melangkahkan kaki nya sebelum ada sebuah tangan yang menahan pergelangan tangannya.

"Enggak gitu cantik, sini sini duduk."

Real pun menuruti kata Brarez dan mendudukan kembali pantatnya diatas kursi.

"Mau ngomong apa lo?" Tanya Real mulai membuka pembicaraan.

"Enggak mau ngomong apa-apa sih, cuma mau berduaan sama lo." Jawab Brarez dengan muka polos.

"Ck! Kirain ada yang mau lo ngomongin. Tau gitu gue ikut Enra tadi," kata Real.

"Sekali kali gitu berduaan sama gue, Lyn." Ucap Brarez dengan nada menggoda.

"Ngarep! Kalo gak ada yang penting mending gue cabut." Kata Real.

"Eh ... eh ... jangan, bentar lagi deh."

"Oke."

Setelah obrolan absurd itu, keadaan menjadi hening dan hanya hembusan angin yang seakan berbisik di telinga keduanya.

Kedua nya sama-sama sedang berdebat dengan logika dan hati nya, dan sedang mencari topik pembicaraan yang tidak sensitif di bicarakan.

Karena Real bukan tipe cewek yang suka keheningan dan anti jaim dia memilih untuk membuka suara, "lo gak jijik sama gue?"

"Hah?!" Hanya itu yang mampu diucapkan Brarez karena dia tak mengerti maksud dari ucapan Real, pura pura tidak mengerti lebih tepatnya.

"Lo tau sendiri gimana keadaan gue sekarang, apa lo gak jijik?"

"Buat apa?"

"Ck! kek tai lo!"

Rusak sudah mood Real hari ini hanya karena seorang Brarez Arlando.

"Kalo gue jijik sama lo, udah dari lama gue jauhin lo."

"Iya juga ya."

"Btw, lo gak ada niatan buat berhenti ngerokok gitu?" Tanya Brarez berusaha mengalihkan pembicaraan yang cukup sensitif itu.

"Gak." Jawab Real sambil menyeruput es jeruk miliknya.

"Kenapa?"

"Dia itu udah kayak temen gue disaat terpuruk, dia selalu ada nemenin gue masa gue ninggalin dia gitu aja setelah gue sembuh." Jelas Real.

Brarez cukup mengerti apa yang dikatakan Real, dan dia pun gak akan memaksa Real untuk meninggalkan benda itu.

"Bukannya lo gak suka asep rokok ya? Tapi kok waktu di cafe lo masuk ke area merokok?"

"Kan mau nyamperin lo."

"Jadi lo kesana ngikutin gue?" Tanya Real seraya menatap Brarez.

"Iya lah."

"Kenapa lo selalu ngintilin gue? Mau ngejagain gue? Gue bukan anak TK yang musti di jagain!"

"Gue tau lo bisa jaga diri, gue cuma gak mau kejadian dulu keulang lagi, Lyn." Ucap Brarez.

"Gue cuma antisipasi." Tambahnya lagi.

"Gue minta lo berhenti suka sama gue," ucap Real dengan mata menatap ke arah lapangan basket.

"Kenapa? Bukannya itu hak hati gue? Toh gue gak minta lo buat bales perasaan gue."

"Karena gue gak pantes buat lo suka!" Bentak Real.

"Semua cewek pantes buat di cintai sama gue, termasuk lo." Ujar Brarez.

"Dan hati gue udah milih lo, lo gak usah pikirin perasaan gue biar itu jadi urusan gue," tambah Brarez.

Brarez beranjak dari duduk nya dan menatap kedua manik mata Real.

"Dan satu lagi, jangan minta gue berhentu suka sama lo, karena itu hak hati gue."

Setelah mengucapkan sederet kalimat itu, Brarez melangkahkan kaki nya meninggalkan kantin.

Dan meninggalkan Real yang tengah diam dan bergelut dengan logikanya dalam kebisuan.

TBC

Akhirnya berhasil ngumpulin mood dan bisa update.

Btw maaf kalo part nya kurang panjang, cuma 754 word.








Arrogant Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang