18

738 46 2
                                    

Di sisi lain, Reyvan tengah duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan gelisah.

"Sial, kenapa gue gak tenang gini, sih?!"

"Realyn ...," gumamnya pelan.

Reyvan membuka handphonenya untuk melihat lokasi Realyn, kakak yang posesif memang. Tapi itu lah Reyvan, ia sangat menyayangi adiknya.

Merasa curiga melihat lokasi Realyn, Reyvan bergegas menyusulnya.

Sebuah panggilan telfon membuat langkah buru-buru Reyvan terhenti, "Halo, ada apa?" kata Reyvan berusaha tenang.

"Bang, Realyn nya ada? Gue mau nitip sesuatu buat Realyn ke lo, boleh 'kan?" ucap lelaki di sebrang telfon itu dengan hati-hati.

"Lo ikut gue sekarang, gua share lokasinya ke lo," kata Reyvan dan langsung memutuskan panggilan.

Entah apa yang membuat dia membawa Brarez Orlando -teman Realyn-. hanya saja ia terlalu khawatir, berjaga-jaga kalau memang terjadi sesuatu kepada adiknya.

Reyvan menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, menyelip mobil-mobil yang coba menghalanginya.

Beberapa menit berikutnya Reyvan sampai di lokasi Realyn, memarkirkan mobil nya dengan asal dan berlari memasuki lift, memencet nomor lantai yang dia tuju.

Saat keluar dari lift, dia melihat sosok Brarez sudah berdiri didepan lift.

"Ngapain kita kesini, bang?"

"Udah ikut aja."

Reyvan berjalan cepat menuju sebuah kamar, menggedor-gedor pintunya tidak ada jawaban tapi dia mendengar suara isak tangis seorang gadis yang sangat dia hafal.

Suara itu menambah kegelisahan Reyvan, membuat Reyvan mendobrak pintu appart tersebut.

Reyvan mencari sumber suara, betapa terkejutnya ia saat melihat adik kesayangannya tidak berbusana dan tengah terisak.

"Re ..."

Sedangkan Brarez langsung mendekati Realyn menyelimuti tubuh polosnya dan mendekap tubuh bergetar Realyn.

Ia pun sama terkejutnya dengan Reyvan, dan ikut merasa hancur melihat kondisi Realyn saat ini.

Reyvan mendekati Realyn dan berkata, "Bilang sama abang, siapa yang ngelakuin ini, Re?!"

Realyn semakin terisak, kejadian yang baru saja terjadi terekam jelas diingatannya.

"Gak gitu bang cara nanya, gue tau lo emosi, tapi liat keadaan adik lo, gak guna lo nanyain itu sekarang!"

"BANGSAT!!" umpat Reyvan seraya beranjak mendekati lemari dan menghantam kaca yang ada di lemari itu.

Realyn memejamkan mata saat mendengar pecahan kaca itu, dia berfikir dirinya saat ini sama dengan pecahan kaca itu. HANCUR.

"Gue terlambat, Rez." suara Reyvan terdengar putus asa.

Dengan tubuh bergetar ia memejamkan matanya di pelukan Brarez. Benar-benar takut jika kejadian di masa lalu itu kembali terjadi padanya.

Brarez membawa Realyn ke kelas nya sembari berusaha menenangkan nya, namun keadaan kelas menjadi hening kala seseorang bermarga Jovanka memasuki kelas itu untuk menemui gadis yang tengah terisak dan merengkuh tubuh nya, memberi kehangatan dan ketenangan.

Setelah nya Reyvan meminta temannya -Putra- untuk mengantar kembarannya.

Saat Realyn dan Putra meninggalkan kelas itu, Brarez selesai menerima telfon dan berencana memberi tahu Reyvan.

Arrogant Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang