Jantungku berdegup sangat kencang, pertamakalinya dalam 18 tahun seumur hidupku, sangat kencang hingga aku takut dia mendengarnya.
"Enola, mau ajari aku?" Aku menoleh kaget dengan permintaannya. Bagaimana aku bisa mengajarinya dengan kondisi jantungku yang berdegup kencang seakan ingin melepaskan diri.
"Hah? Aaaa... aku" belum selesai menjawab dia sudah mengambil sepatu, sarung tangan dan kaos kaki. Dia langsung memakainya tanpa aba-aba. Mendekat kearahku sambil memegang besi pinggiran. Dia mencoba berdiri dan meluncur ke arahku,
Braaaakkkkkk....
"Ahhhhh...." aku mendesah kesakitan karena pak Melvin, eh mas Melvin melakukan peluncuran yang gagal dan menabrakku."Hahahahaa... seru juga." Aku menoleh melihat ekspresinya, dia tertawa. Baru kali ini dia tertawa. Ah sungguh moment langka yang bahkan tak banyak orang tau. Aku berdiri dan memaki dalam hati, melihatnya masih dalam posisi duduk di atas ice rink.
"Malah ketawa, makanya kalau nggak bisa jangan buru-buru meluncur." Aku tidak peduli entah dia captain crew atau pejabat aku memakinya karena kesal setengah mati.
"Kamu keliatannya nggak mau ngajarin aku." Ia mengulurkan tangan kearahku dan mengayunkannya seakan perintah untuk membantunya berdiri.
Aku menggapai tangannya untuk membantunya berdiri dan,
Brakkkkkkkkkkk....."Aaaaaaaaa." Teriak ku terdengar nyaring. Untuk kedua kalinya kami jatuh, memang sepertinya orang ini sama sekali tidak mempunyai keseimbangan tubuh.
Aku dalam posisi duduk mengaduh kesakitan, Aku menoleh kebelakang dan setengah mati kaget dengan jantungku yang berdegup lebih keras dari sebelumnya ketika sama sekali tiada jarak pada wajah kami, aku menyentuh bibirnya dengan bibirku. Seperti ciuman yang tak sengaja.
Rasanya seperti waktu berhenti berputar. Aku tak menyadari posisi yang sebenarnya aku seperti berada dipangkuannya saat terjatuh.
Aku segera membuang wajahku ketika sadar, ini hanya 5 detik namun serasa seperti 5 jam.
"Kamu menciumku?" Aku segera berdiri, terlihat wajahku merah padam. Aku sangat malu. Ini benar-benar tidak sengaja.
"Maa...maaf beneran nggak sengaja. Kalau gitu aku nggak akan bantu kamu berdiri lagi. Berdirilah sendiri dengan bantuan pegangan ini." Aku menjelaskan semua yang aku tau tentang ice skating, perlahan dia mulai bisa berdiri tanpa pegangan.
Aku memegangi dadaku sejenak. Sejak tadi jantungku berdegup kencang sama sekali tidak berhenti. Rasanya aku ingin pingsan karena aktifitas jantungku yang tak beraturan ini.
"Kenapa? Punya sakit jantung?" Dia berbicara seperti itu tanpa beban padahal ini karenanya dari tadi. Aku tidak menjawabnya
"Pasti jantungnya tidak mau di ajak kompromi karena dari tadi tidak berhenti berdegup?"
Kembali dengan wajah sulit diartikan yang baru pertama kali aku sadari. Padahal bulan kemarin aku sempat dinas sebulan dengannya tapi dia seakan tidak punya ekspresi lain."Ya iyalah berdegup. Kalau berhenti artinya aku mati dong." Sahutku jutek.
Tapi kali ini aku melihat beberapa ekspresi luar biasa darinya.
"Atau benar asumsiku kalau tadi itu ciuman pertama mu?"
Kuraaanggg ajaaaaarrrr...
Aku baru menyadarinya sedari tadi,
What the fuck, my first kiss... heu heu"Iya benar. Dan kamu udah ambil itu. Bajingan!" Dengan kemarahanku tanpa sadar aku mengatainya bajingan, buru-buru aku menutup mulutku atas ke khilafan ini.
"Apa kamu bilang? Bajingan?"
"Iya bajingan, aku belum pernah berciuman dan itu yang pertama bahkan dengan orang yang tidak aku kenal, berapa usianya, tinggal dimana, berasal dari mana, ataupun kenap dia disini sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust me, it's WORK.
Random40% Author's PoV Part 1-20 was edited. Nb : VOTE/klik bintang sebelum baca ya ;) -------------------- "Selamat pagi, kereta api Sindang Marga." Dari kejauhan terlihat seorang wanita bertubuh tinggi ramping, berseragam magenta dengan rok yang panjang...