Pasca Accident

33 6 0
                                    

*Back to Enola's PoV

Sebenarnya apa arti Juno bagiku?

Bahkan aku tidak pernah menyangka akhir-akhir ini banyak sekali yang mengusik kehidupan damaiku.

Aku telalu bodoh untuk menyadari sebuah perasaan, aku terlalu sibuk memikirkan keegoisanku sebagai orang yang tersakiti karena masa lalu, tanpa memikirkan seseorang yang ada di hadapanku.

Ini adalah hari dimana aku benar-benar merasa menjadi seseorang terburuk di kehidupanku.

Pasca kejadian itu, Kereta Api Gumarang menewaskan 67 korban jiwa, Masinis beserta asistennya yang bertugas mengendalikan Kereta juga tidak dapat di selamatkan.

219 orang terluka sangat parah.

Termasuk lelaki bodoh itu,

Juno.

Aku juga terluka sangat parah ketika sadar bahwa aku tidak mempunyai kesempatan untuk meminta maaf kepadanya. Atau bahkan memeluknya sekali saja.

Hari ini aku sama sekali tidak ingin melakukan apapun, ketika mata ku terbuka aku hanya meringkuk memeluk tubuhku yang semakin lemah, telihat pantulan diriku yang menyedihkan di cermin yang berada tepat di depan ranjang tempat tidurku.

Sudah seminggu ini aku tidak bekerja, bu Dora sempat mengunjungi kamarku beberapa hari yang lalu, aku tau dia ingin sekali menyerapahiku karena telah mengosongkan dinasan selama seminggu ini dan dia juga harus bersusah payah mencari crew lain untuk menggantikanku.

Malah dia mengiraku hanya beralasan agar dapat bolos dinas, tapi ketika dia melihat sendiri keadaanku yang terbaring lemah dengan tubuhku yang menyedihkan dia terlihat iba, pertama kalinya dalam kehidupanku melihat tatapan penyihir yang melunak.

Beberapa crew sempat mengunjungi kamarku untuk menjengukku. Hingga kulkas di kamar ini rasanya sesak karena mereka membawa banyak makanan untukku.

Seperti itulah kakak ku yang paling cantik, kak Yane, sedang membereskan dan menata makanan yang di bawa oleh crew yang menjengukku.

"Ni orang-orang goblok kali ya, jenguk orang sakit malah ada yang ngasih beer kalengan."

Aku tersenyum mendengar ocehan kak Yane, setidaknya Nyonya besar konglomerat saat ini sangat peduli terhadapku.

Bahkan sudah 3 hari ini dia meninggalkan kehidupannya sebagai Nyonya besar dan merawatku yang sakit.

"Kak..."

Dia menghampiriku sambil membawa sebuah nampan yang sepertinya berisi sup dan bubur.

"Kamu makan dulu ya?"
Aku menggelengkan kepalaku.

"Lala nggak mau makan kak."

"..."

"Kamu harus makan, kakak suapin. Kalo kamu nggak makan gimana kamu mau ketemu Juno?" Ancamnya.

Aku malu untuk mengakui yang sebenarnya terjadi di antara kami.

"Apa sih kak, malah Juno yang di bahas."

"Kamu itu nggak pernah mau mengakui dan jujur sama perasaan kamu, semua orang tau dari dulu kalau Juno naksir kamu. Kamu nggak pernah sadar."

Aku terdiam. Perasaan dia selalu membuatku marah dan kesal.

"Lalu buat apa dia bertahan sekian tahun di sini, bekerja keras untuk uang? Dia keluarga Alamanda, dek. Harusnya dia hidup santai dan bernafas saja di atas harta karunnya."

"Tapi kak...."

"Dia membuat hidupnya menjadi susah payah demi kamu, dek."

Deg. Hatiku rasanya ditusuk beribu jarum ketika menyadari semuanya. Aku hanya memikirkan diriku sendiri hingga aku tidak pernah sedikitpun menyadari apa yang terjadi sebenarnya. Aku semakin tenggelam dalam kesedihan memikirkan kebodohanku selama ini.

"Lala, kamu selama ini terlalu memikirkan Melvin Julian yang brengsek itu, kamu sibuk mencarinya, menangisinya. Tapi kamu nggak pernah sadar sebenarnya perlahan perasaan kamu udah nggak ada untuk dia..."

"Kamu hanya terobsesi dengan balas dendam yang membuatmu malah semakin menyakiti diri sendiri dan orang lain."

Air mataku sedari tadi mengalir deras mendengar ucapan kak Yane yang seluruhnya menyadarkanku.

Melvin Julian, dia hanya masa laluku. Aku tidak perlu bersusah payah menguras air mataku untuk seseorang yang tidak pantas.

Apa lagi aku sampai menyakiti orang lain dengan obsesiku ini.

Rasanya ingin sekali aku membunuh diriku sendiri jika terjadi sesuatu pada Juno. Aku benar-benar berharap semoga dia baik-baik saja.

"Kamu harus bangun dek. Jangan ikut sakit kayak gini. Kapan kamu bisa ketemu Juno kalau nggak sembuh-sembuh."

Aku memalingkan tubuhku untuk membelakangi kak Yane. Aku menggigit bibirku sendiri agar isakanku tidak terdengar oleh kak Yane.

"Juno..." gumamku lirih.

Mataku terasa sangat lelah dan perih sekali karena banyak menangis dalam seminggu ini, padahal aku juga tau itu tidak ada gunanya. Tapi air mata ku seakan memiliki persediaan melimpah sehingga membuatku berkali-kali menumpahkannya.

"Lala, Kamu mau jenguk Juno sama kakak?" Tanya kak Yane, sontak aku langsung berusaha membangunkan badanku.

"Juno memang belum siuman, tapi kalau kamu janji besok udah agak baikan kakak janji bakalan anter kamu kesana."

Bibirku sama sekali tidak dapat berkata apa-apa selain tersenyum kearah wanita cantik yang berada di depanku ini. Dia yang selalu mengertiku.

Perlahan ku ambil mangkuk sup dan bubur yang di buat oleh kak Yane, dia berjanji akan mengajakku ke tempat Juno jika besok aku sembuh.

Dan aku berjanji besok aku akan benar-benar sembuh agar dapat menemui Juno.

"Kak Yane janji ya besok ajak lala kesana." Aku mulai bersuara meskipun sangat pelan karena sebenarnya aku malu mengatakannya.

Ada sedikit ekspresi kaget dari wajah cantik kak Yane yang kini sedang memandangku, kemudian dia tersenyum hangat sembari mengelus rambut panjangku.

Trust me, it's WORK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang