Shitttt!

34 6 0
                                    

Enola's PoV

"Gue mau pulang, gue mau dines!"

Teriak lelaki berwatak sekeras batu, yang benar saja aku berharap ketika dia bangun dari tidur panjangnya semua akan berakhir indah seperti di Sinetron.

Setidaknya Juno akan bertaubat atau tidak lagi se-bajingan sebelumnya.

Tapi NIL....

Aku terus-terusan menghembuskan nafasku ketika dia terus-terusan merengek seperti bayi. Setelah kemarin dia sadar dan lagi-lagi membuatku bolos berdinas.

Dengan ke-tidak bijaksanaan, aku meng-iya kan permintaannya.

Huft.

"Kamu nggak denger kata Dokter, seenggaknya seminggu lagi kamu baru boleh Dinas." Aku bersikap sabar untuk yang pertama kalinya sepanjang aku mengenal lelaki gila ini.

Meskipun ingin sekali mengumpat kasar seperti biasanya yang aku lakukan ketika berhadapan dengan lelaki ini, tapi tetap aku tahan sebisa mungkin.

Aku ingat benar dengan janjiku. Aku membuat janji pada diriku saat dia kembali bangun aku akan bersikap baik kepadanya apapun yang terjadi. Dan aku akan menepati janjiku sendiri, aku bukan orang yang suka ingkar janji.

Jadi disinilah aku dengan segala kebodohanku,

Aku merasa bodoh karena telah membuat janji yang sukar untuk ditepati, di luar itu semua aku bahkan tau bahwa manusia yang aku hadapi saat ini adalah manusia brensek, bajingan, gila, kelas kakap yang hampir saja mati.

Tapi aku bersyukur, tentu saja. Dia kembali.

Meskipun menyebalkan hingga aku ingin terjun dari lantai 11 rumah sakit ini, tetap saja aku bersyukur dapat melihatnya kembali.

Aku merasa seperti danau yang kering namun sekarang saatnya datang gerimis, perlahan terisi dengan Air...

"La jangan diem aja." Tepat di hadapanku Juno berdiri. Aku sungguh sangat berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa karena telah menyelamatkannya.

Tanpa terasa air mataku mengalir juga.

"Kok lo nangis sih?" Dia mengusap air mataku. Mendengar suaranya lagi dan lagi membuatku semakin menangis sesenggukan.

Aku menatapnya lekat. Kemudian aku rasakan dia memelukku perlahan. Tangisanku semakin menjadi-jadi. Juno tidak lagi bersuara, dia hanya menepuk-nepuk bahuku untuk menenangkan.

Aku merasakan kehangatan di dalam dekapannya, aku membalas pelukannya. Merangkulnya dengan erat kali ini. Aku tidak ingin lagi kehilangannya. Cukup sekali saja dan aku menyerah karenanya.

"I love you."

Satu kalimat yang menurutku sangat segel. Pertama kalinya ku ucapkan kepada orang lain selain orangtuaku.

Aku tidak ingin terlambat mengatakannya.

Juno perlahan melepaskan pelukannya. Dia beralih menatapku. Aku hanya sedikit gugup. Hey! Ayolah ini Juno. Dan hatiku benar-benar sedang menyerupai suasana diskotik.

Jeduk... jedukkk!

"I love you so much, too. Jadi kamu mau nikah sama aku?"

"Kamu becanda?"

Mataku melotot hingga hampir jatuh ke lantai. Aku mendorong Juno karena sangking kagetnya.

Trust me, it's WORK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang