Tell me, first!

61 6 0
                                    

Dear readers, thankyou for reading sampe bagian sebelas ini, hehehe. Dan juga maaf karena lama nggak update karena ada sedikit kesibukan yang membuat aku late to post☹️semoga kalian suka dengan part ini. Loveyou all ❤️
———————————————————-

"Pak melvin..."

Aku berteriak untuk yang ke 3 kalinya namun tidak seperti yang aku harapkan, dia malah terus melangkahkan kaki panjangnya.

Aku beranikan diri untuk berlari menyusulnya, aku menghadang jalan tepat di depannya.

"Stop!" Aku mencoba mencari sesuatu yang salah di matanya, namun dia tidak menunjukkan suatu ekspresi yang ingin aku lihat yaitu penyesalan atau bahkan Rindu.

Ah aku merasa tidak tahu diri.

Dia memandangku sejenak, tetap tanpa kata dan akhirnya membuang pandangan seakan enggan melihatku lagi.

"Kenapa?" Tanyaku dengan terbata-bata. Ini bukan aku yang seperti bocah tidak dibelikan lolipop oleh pamannya.

"Kenapa tiba-tiba pindah kesini?"

"Saya buru-buru, Enola. Jangan buat saya telat menghadiri rapat." Tanpa menjawab pertanyaanku dia seakan mengusirku untuk menjauh dan jangan menghadangnya.

Saat dia terlihat segera melangkahkan kembali kakinya, aku mencegahnya dengan memegang tangannya. Memang aku sudah berubah banyak, bahkan mulai berani sekarang, lihat saja aku akan mendapatkan jawabanku segera.

"Apa yang kamu lakukan?" Suaranya yang benar selalu membuatku rindu. mata tajamnya melebar seketika karena kelakuanku menahan tangannya.

"Tell me, first."

"Baiklah kalau kamu disini, saya akan segera meminta untuk dipindahkan ke area lain." Dia melipat payungnya yang mirip dengan payung yang aku pakai saat ini.

"A..apaa?" Aku menahan airmataku agar tidak segera meleleh di tengah gerimis pagi yang perlahan mulai menjadi hujan kembali.

Entahlah ketika di depannya aku tidak dapat mengatakan atau menanyakan hal yang telah ku catat dalam otakku sebelumnya. Padahal aku yakin akan mendapatkan jawabannya segera.

"Ini milikmu, saya kembalikan" dia mengangkat tanganku dan memberikan payung yang telah dia lipat. Aku tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun terlalu shock dengan semua yang terjadi barusan, begitu juga dia yang kemudian berlalu meninggalkanku. Aku hanya menatap nanar punggungnya yang kian menghilang dari pandanganku.

Mataku mengabur pertanda air mataku benar-benar naik ke permukaan kemudian jatuh tanpa di kedipkan.

Masih terngiang di kepalaku, kenapa dia berubah? Bahkan lebih buruk dari awal kami bertemu? Dia dingin bahkan lebih dingin dari awal kami bertemu. Memang wajar saat itu kami belum saling mengenal.

Tapi kenapa sikapnya jadi seperti itu kepadaku? Apa dia membenciku karena sesuatu yang tidak aku mengerti?

Aku menatap payung yang beberapa tahun silam hilang dan barusaja seakan dia kesini untuk mengembalikan payung yang di temukannya.

Aku frustasi karena dada ku semakin sesak ketika memikirkannya, air mataku tidak kunjung kering malah semakin menjadi. Hujan deras disertai petir, aku tidak menghiraukannya.

Tanganku gemetar payung yang kupakai untuk melindungiku dari derasnya hujan jatuh begitu saja, sekarang aku merasakan tubuhku sedang di guyur air es yang sangat dingin, berbeda dengan biasanya aku yang kerap menantikan hujan.

Aku biarkan payung itu tergeletak di tanah begitu saja dan payung terlipat yang ada di tanganku perlahan aku lepaskan juga.

Aku meninggalkan 2 payung kesukaanku berserakan di ponggir jalan, aku tidak ingin memilikinya lagi. Aku membuang mereka semua.

Aku melangkahkan kaki ku dengan lemah. Tubuhku yang basah hanya ingin berjalan entah kemana...

Trust me, it's WORK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang