The Second Night!

79 7 1
                                    

Paginya, Kulihat jam menunjukan pukul 09.45. akupun bangun tanpa kuperhatikan Bagus yang ada disebelahku. Karenanya aku tersandung kaki Bagus, dan terjatuh, membuat Bagus terbangun kaget. Kulihat melalui kaca Panjang di villa Ronaldo. Dari tempat setinggi itu, aku bisa melihat hingga berkilo kilometer jauhnya dari villa Ronaldo.

“Belum ada yang bangun?” Tanya Bagus.

“Mungkin” jawabku.

“Kau tau, aku mulai berpikir kita kemarin terlalu kekanak kanakan hanya takut karena Soal sepele seperti itu.” kata Bagus.

“Hhh, mungkin” jawabku, walau kuingat muka Bagus sangat ketakutan ketika melihat sosok di pom bensin itu.

“Semoga mereka tak membahas itu lagi” lanjutku.

“Kau ketakutankan?” kata Bagus mengejek sambil Pergi menuju toilet yang ada di samping kamar kami.

Tak ku jawab pertanyaan Bagus, karena aku tak mau berbohong sepenuhnya, karena sebenarnya aku masih terus menerus mengingat kejadian kemarin. Kudengar suara air mengalir dari Toilet, dan teriak Bagus seolah olah masih berumur 1 tahun yang kedinginan.

“Dingin,” teriaknya.

“Bodoh,” balasku sambil terus berdiri di jendela Villa Ronaldo. Kulihat bermil mil jauhnya dari Villa Ronaldo. Berembun, akibat dinginnya hawa yang menyelubungi Puncak gunung Kimment.

“Tolong ambilkan Handuk.” Teriak Bagus dari kamar mandi.

Akupun mengambilkan Bagus handuk dan memberikannya kepadanya melalui celah pintu Toilet yang dibiarkan terbuka oleh Bagus.

“Jangan ngintip ya” goda Bagus sinting.

“Bodoh, -.-“ jawabku sinis.

Akupun pergi menjauh dari toilet setelah memberikan handuk ke Bagus. Kucoba menyalakan sebuah lampu di kamarku. Nyala. Menandakan bahwa arus listrik dirumah ini sudah kembali disambungkan. Akupun pergi keluar kamarku. Kuhampiri pintu pintu kamar Ronaldo dan Nicky.Kutempelkan tellingaku ke daun pintu kamar, terdengar Suara dengkuran keras Ronaldo yang segera di sahuti oleh dengkuran nafas Nicky, menandakan bahwa mereka masih lelap. 

Akupun pergi meninggalkan pintu kamar kamar itu. menuju ke teras depan villa Ronaldo. Ketika ku buka pintu kaca villa Ronaldo yang menyambung ke Teras luar. Dengan segera hawa dingin menusuk ke pori pori kulitku. Angin besar menerpa mukaku, membiarkan rambutku menari nari di belai angin yang datang. Akupun kembali kekamarku, membiarkan pintu kaca villa Ronaldo terbuka lebar, akibat dorongan angin pagi hari disana. Kulihat pintu kamar utama terbuka pelan. Fransisca.

“Hei,” sapaku.

“He, Dingin cak” jawabnya.

“Yaa, padahal sudah hampir siang, tapi dinginnya terus menusuk kekulit kulit.” jawabku.

“Yaa, terlalu bodoh untuk mandi di pagi ini.” jawabnya.

“Kau Benar, dan orang bodohnya ada disana.” jawabku menatap toilet yang digunakan Bagus untuk mandi, kudengar suaranya memanggil manggil diriku, seolah olah aku pembantu barunya di rumah ini. -.-

“Sammm,.. Sammmm,..”

Tak ku pedulikan panggilan bodoh itu. Fransisca kembali kekamarnya, dan akupun kembali kekamarku dengan Bagus. Kututup pintu kamar, dan kulihat Bagus sudah mengunakan baju rumah yang seharusnya sudah ia gunakan kemarin saat dia akan tidur.

2 jam setelahnya, semua sudah berkumpul di ruang makan, memakan makanan yang telah disiapkan pembantu Ronaldo yang selalu datang dipagi hari untuk meyiapkan keperluan kami dan membereskan masalah masalah rumah tangga lainnya. Kulihat kekulkas Villa Ronaldo. Lengkap, dengan botol botol berisi minuman bersoda bukan ber-akohol. Akupun mengambilnya satu untuk ku minum. Dan kuambilkan 8 untuk Mereka yang menunggu di meja makan.

Kamipun makan, dan bercanda, tak mengingat-ingat kejadian kemarin yang membuat kami tak nafsu untuk berbicara walau hanya beberapa kata saja. Ronaldo mengoda Christy, menghina-hina dirinya dengan “Dear Diary,..” yang tak kuketauhi maksudnya. Fransisca terhina hina akibat hubungannya dengan pacarnya yang sedikit tak jelas. Adriana menerima hinaan, tentang mantan mantan nya yang mampu membuat daftar stoke yang panjang, dengan lapang dada. Terlalu bodoh untuk memecah kehebohan hari ini dengan ucapan ucapan bodoh seperti, “Angker cak kemarin” dan lainnya, yang mampu membuat suasana kembali kaku karenanya.

~ || ~

Haripun berlalu, membawa kami ke malam kedua di Villa Ronaldo. Saat jam sudah menunjukan pukul 18.00 , Fransisca menanyakan jam berapa kira kira listrik akan mati.

“Gk tau tapi mungkin sekitar jam 9 an.” jawab Ronaldo.

“Kau tak punya lilin? Kita bisa menghemat batere senter jika menggunakan Lilin” kataku.

“Ada. sebentar kucarikan” jawab Ronaldo. Mencari lilin merupakan hal yang mudah di Villa Ronaldo, karena Malam nya mereka tau bahwa sambungan listrik akan dimatikan.

Setelah sekitar 30 menit berlalu, Ronaldo akhirnya berhasil menemukan 9 buah lilin di rak rak buku divilla Ronaldo.

Kulihat Christy sedang duduk diam disofa keluarga Ronaldo. akupun menghampirinya dan menanyakannya.

“Ada apa?” tanyaku.

“entahlah, aku kembali mengingat kejadian kemarin.” jawabnya parno.

“Ahh sudahlah, mungkin hanya kamu yang berpikir demikian.” jawabku menenangkan.

Christy pun mengela nafas, menandakan bahwa hatinya gelisah akibat kejadian kemarin, padahal tak satupun dari mereka yang memperdulikan soal kemarin. Akupun meninggalkannya sendirian.

3 jam setelah itu, Villa Ronaldo kembali diselumbungi kegelapan. Yaa Lampu kembali mati. Ronaldo memberikan kami masing masing 2 lilin untuk satu kamar. Akupun Menerimanya, dan pergi kekamarku dengan Bagus. Kulihat Bagus menyalakan lilin di toilet karena ingin mencuci mukanya terlebih dahulu sebelum tidur, akupun mencontoh perbuatannya. Akhirnya akupun pergi kekasurku dan tidur. Kudengar Bagus mengunci pintu toilet dan tidur diatas kasur disebelahku. Bunyi derik kasur tertimpa tubuhnya membuktikannya.

Setelah tak ada satupun bunyi yang dapat kudengar, Akupun tertidur.

~ || ~

Entahlah, aku tiba tiba terbangun. Kulihat jam menunjukan pukul 01.23. Masih Subuh. Kudengar dengkur keras Bagus, menandakan bahwa dia tak terganggu dari tidurnya. Akupun kembali berusaha untuk tertidur.

Tiba-tiba terdengar suara yang menyebabkan bulu roma ku berdiri. Seperti bunyi ketika Pintu kamar dibuka.

Krekk,.. Krekk,..

Dan disusul bunyi seperti menyeret-yeret benda berat dilantai,

Srett,.. Srett,..

Akupun terlonjak kaget mengetahui bahwa sumber bunyi itu berada di dekatku. Kupandangi pintu Kamarku dengan Bagus, Berharap agar sudah dikunci oleh Bagus sebelum ia tidur tadi. Akupun turun dari kasurku tanpa membangunkan Bagus karena tak ingin Menganggu tidurnya tanpa alasan yang logis dan masuk akal. Akupun memasang kupingku ke daun pintu kamar. Semakin ku dengar, semakin jelas bunyi tadi, seolah olah berada tepat di depan pintu kamarku, yang perlahan lahan pergi menjauh kea rah yang tak menentu.

Kuputuskan untuk menyelidikinya. Kuambil lilin yang telah dimatikan kembali oleh Bagus, dan mencoba menyalakannya. Api menyala, membakar sumbu lilin. kuambil tempat lilin yang memiliki pegangan, agar mudah untuk kubawa. Akupun membuka kunci kamar dengan pelan, berharap tak seorangpun mendengar suara deriknya.

Akupun pergi keluar. Kulihat pintu kamar Ronaldo Dan Nicky, yang jelas jelas tertutup rapat begitu juga kamar Difo dengan Luigi. Kulihat pintu kamar Fransisca. Anehnya, daun pintu kamar Fransisca terlihat bergoyang goyang tertiup angin, menandakan bahwa tak dikunci. Akupun pergi menghampiri pintu kamar Fransisca. Kulihat kedalam, Gelap. Akupun mengangkat Lilin yang kubawa ke atas. Kulihat diatas Selimut Kasur Fransisca. Tercetak jelas bentuk tubuh Fransisca dan Christy yang diselimuti Selimut villa Ronaldo. Kusadari bahwa seharusnya ada 3 kepala yang tercetak di sana. Menandakan Bahwa seseorang telah pergi keluar, Membuat bunyi bunyi yang membuat ku terbangun akibatnya. Dan aku tau siapa orang itu. Orang yang tak bisa kutemui Tubuhnya diatas kasur yang seharusnya sudah ia tiduri sendari tadi.

Adriana telah menghilang.

Mystery of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang