Seventeen

7K 539 63
                                    

Hazel itu perlahan terbuka, saat sinar mentari yang mengintip melalu celah gorden menerpa wajahnya.

Masih enggan beranjak,mengingat dirinya baru saja memasuki alam mimpi sekitar pukul 5 pagi. Dan dia hanya tidur selama 2 jam.


"Sial! Kalau tidak ada meeting aku ingin melanjutkan tidur sampai siang!" Runtuknya lalu berjalan ke arah kamar mandi.

.

Para pelayan telah bersiap di tempatnya masing-masing. Tampak ada beberapa koki juga yang sengaja di datangkan hanya untuk membuatkan sarapan untuk tuan besar.

Mata hazelnya menelisik, menyusuri setiap sudut ruangan. Mencari sosok yang sejak pagi sudah mengisi fikirannya. Namun hasilnya nihil. Sosok itu tidak ada.


"Dimana Jungkook?!"

"Maaf tuan, tapi bukankah tuan Jungkook sudah meninggalkan rumah ini sejak satu bulan yang lalu?"

Jawaban sang pelayan membuat rahang nya mengeras. Entah kenapa dia bisa lupa jika pria yang berstatus sebagai istrinya itu telah lama meninggalkan rumah ini.


Kakinya melangkah menuju pintu keluar, mengabaikan makanan yang telah tersaji di atas meja. Selera makannya hilang.




***


"Kau oke Tae?" Namjoon memperhatikan sang adik yang sejak tadi tidak pernah fokus terhadap sekitar.

"Aku baik-baik saja hyung" Taehyung sendiri tak yakin dengan perasaannya. Dia merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.

"Bagaimana Jungkook? Ku dengar dari Mama, istrimu itu sedang hamil."

Mendengar nama Jungkook disebut membuat tubuh Taehyung menegang. Ia tidak tau jawaban apa yang harus ia berikan untuk Namjoon. Haruskah ia berbohong jika Jungkook baik-baik saja? Dia sendiri tidak yakin, karna mengetahui keberadaan Jungkook pun tidak.

"Aku bertanya, dude."

"Jungkook baik hyung. Nafsu makannya semakin bertambah semenjak hamil" tentu saja jawaban bohong yang ia berikan.

Taehyung tidak tau bagaimana jika keluarga nya sampai tau bahwa Jungkook sudah pergi meninggalkan rumah mereka.

"Ku rasa itu bagus, dia seperti Jinie. Akhir-akhir ini dia lebih banyak menghabiskan makanan dan mulai bermalas-malasan, apalagi usia kandungan nya sudah memasuki bulan ke 7 sekarang"

Taehyung hanya tersenyum getir. Seperti nya Namjoon benar-benar memperhatikan pasal kehamilan istrinya. Sedangkan Taehyung, ia bahkan tidak tau berapa usia kandungan Jungkook sekarang.

"Kapan-kapan ajak Jungkook berkunjung ke rumahku. Aku yakin, Jinie pasti senang dengan kehadiran Jungkook"

Namjoon benar, Seokjin hyung benar-benar sangat menyukai Jungkook. Seokjin bilang, senyum Jungkook itu menggemaskan.

Menjadikan Taehyung merindu akibat terbayang senyuman dari pria yang selama ini ia sakiti.


"Sial! Kenapa kau selalu muncul di dalam kepalaku!!"


***

Pukul 10.00pm, Kim Taehyung baru saja sampai dirumah.

Semuanya terasa sepi. Para pelayannya sudah berdiam diri di dalam kamar masing-masing.

Biasanya Jungkook yang masih setia menunggu, tak perduli jam berapapun dirinya pulang, Jungkook akan selalu menunggu.

"Saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda mandi tuan."

"Jungkook?!" Taehyung menoleh dengan cepat. Namun sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi datar lagi, karna yang berada di hadapannya hanyalah seorang pelayan.

Menjadikan Taehyung melangkah dengan gontai menuju kamarnya.


.


Jujur saja ia benar-benar merasa hampa saat ini. Berendam di dalam air hangat menjadikannya lagi dan lagi teringat akan sosok Jungkook.

"Kau yang biasanya selalu menyiapkan air hangat dan baju untukku, Jung" Taehyung meremat dadanya "Kenapa disini rasanya hampa sekali"

Tak ingin larut dengan perasaan menyedihkan seperti ini. Taehyung memilih menghubungi sang kekasih.

Namun ponselnya Mina tidak dapat di hubungi. Seharian ini juga, Mina tidak memberinya kabar sama sekali. Hanya menghubungi Taehyung ketika dirinya membutuhkan uang, setelah mendapatkannya, ia menghilang.



"Sial! Kau kemana baby!"


Ponselnya kembali menghubungi seseorang, namun kali ini berbeda. Bukan Mina yang ia coba hubungi, tapi..


"Kau sibuk Jim?"

"...."

"Tidak. Aku hanya ingin minum. Kita bertemu di tempat biasa"

Taehyung bergegas pergi saat panggilan sudah berakhir.



***

"Ada apa dengan wajahmu, Kim?"

"Apa? Memangnya ada apa?"

"Kau tampak murung"

Taehyung mengendikkan bahu acuh "Entahlah. Aku hanya tidak bisa menghubungi Mina seharian ini"

Jawaban itu memang benar adanya. Tapi entah mengapa, rasanya itu bukanlah jawaban yang tepat atas alasan wajahnya mendadak murung.

"Kau masih berhubungan dengannya?" Anggukan kepala menjadi jawaban.

"Ku rasa kau harus mendengarkan perkataan Jungkook, Tae"

"Jungkook?"

Jimin tersenyum tipis melihat raut wajah sahabatnya. Jimin paham, Taehyung merindukan Jungkook.

"Kau mulai menyesali kepergian Jungkook?"

"Sial!" Taehyung memukul lengan Jimin cukup keras "Untuk apa aku menyesal! Aku cukup bahagia tanpa kehadirannya!"

"Ya ya ya. Kau terlalu bodoh dalam urusah berbohong, Kim!" Jimin terkekeh sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ku dengar dari Jungkook, bahwa Mina sebenarnya tidak benar-benar mencintaimu!"

"Tcih~ tau darimana dia. Kenal dengan kekasihku saja tidak"

"Banyak hal yang dia ketahui Tae. Ku rasa tidak ada salahnya menuruti perkataannya untuk meninggalkan Mina!"

Taehyung tersenyum miring "Aku tak mungkin meninggalkannya, Park. Aku mencintai Mina"

"Benarkah?" Jimin mengangkat sebelah alisnya tak percaya.


"Kau meremehkan ku?"

"Tidak. Aku hanya meremehkan otakmu. Ku fikir kau cukup pintar untuk menilai sesuatu!"

Jimin melirik arloji nya. Sudah pukul 01.00 dini hari.

"Aku harus pulang Tae"

"Hei. Ini masih terlalu dini untuk pulang"

"Seseorang bisa memenggal kepalaku jika dia sampai tau aku meninggalkan kelinci gendut sendirian malam-malam begini"

Jimin melangkah pergi meninggalkan club. Tanpa perduli dengan umpatan dari Kim Taehyung.

"Kelinci gendut?"

Kalimat itu terus terngiang di kepalanya.


"Apa kelinci gendut itu kau, Jungkook?"











Tbc


Rasakan pembalasanku Tae:"

50 coment buat next chap😋

TIME (TAEKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang