EPS 08

4K 145 16
                                    

 EPS 08

Satu minggu berlalu,Pernikahan Habibah dan Kang Hafi pun sudah di langsungkan Siang tadi,Suasana Acara pun Cukup Meriah,Penuh Keceriaan baik Yang Hadir maupun Pihak keluarga.


Terkecuali kedua mempelai ini,Hanya tampak tersenyum di mukanya saja Namun Hati mereka saling gundah,Saling kaku satu sama lainnya.

Terlebih Habibah belum bisa sepenuhnya menganggap bahwa kang Hafi adl Suami sahnya,ke kakuan Habibah Tampak acuh saja kepada kang Hafi,Membuat Kang Hafi serba salah harus berbuat apa.

Tepat di Malam pertama Mereka,waktu pun Sudah Menunjukan Pukul 10 Malam,Selepas Kang Hafi menemani Teman-temannya sebelum Pulang tadi,Tampak Rumahnya Sudah Mulai Sepi,Dan dinginnya Angin Malam Serasa Menusuk Ketulang,Maklum Saja Daerah Kang Hafi Tak jauh dari Pegunungan.

Setelah Kang Hafi Mematikan Lampu Ruang Tamu,Dia Pun Hendak Masuk kedalam Kamarnya;

"Tampaknya Malam ini Heeemmmmm,Melok-Melok Kang Fatta karo Neila Ahh"
(Bathin Kang Hafi Rodhok Semangat)

Lalu Kang Hafi Masuk ke dalam Kamarnya dan Membuka pintu Kamar.

"Kreeeeeeeeekkkkk"

Suara Pintu kamar pun terdengar di Telinga Habibah Yang belum dapat tidur sedari tadi sengaja menunggu Kang Hafi.Semakin Menambah Horor Malam ini Bagi Habibah,

(Hemmmm...mbathin seng moco...ojo mbayangno sek mblo)

Semakin membuat Habibah Gelisah dan Merinding,Terlebih ketika Kang Hafi melepaskan Baju Muslim/koko nya yang ia gantungkan pada gantungan biasa ia menaruhnya.

Lirikan mata Habibah pun Sedikit mengarah kepada kang Hafi,Meskipun posisinya dia membelakangi Kang Hafi.

"Haduuh...Jangan...Jangan" (Bathin Habibah semakit Takut dan sedih)

Tak terlalu lama terdengar isakan Tangis dari arah Habibah,Sebetulnya Kang Hafi Hanya mengganti bajunya dengan Kaos,Ternyata Cukup membuat Habibah Menangis;

Kang Hafi pun Serba Salah Harus berbuat apa kepada Habibah,Dan cukup bingung pula Kenapa Habibah menangis disaat dia berada di kamarnya.

Dengan Nada pelan Kang Hafi pun Memberanikan diri untuk menegurnya;

Kang Hafi beranjak duduk di tepi Tempat tidur dan arah mereka saling membelakangi,karena Habibah tidur miring membelakangi Kang Hafi.

"Kenapa pean Menangis dik"
(Tanya Kang Hafi dg Nada lembut dan pelan)

Beberapa menit Jawaban Habibah Hanya dengan Suara Tangisannya,menambah kebingungan kang Hafi harus berbuat apa,Namun dia pun tak cukup sampai disitu, Kembali Kang Hafi melontarkan pertanyaannya;

"Wonten nopo sampean menangis dik?? (Tanya kang Hafi)

" Ceritakan saja,aku sekarang adalah Suamimu,jangan kau pendam sendiri masalahmu sehingga membuatmu menangis"
(Bujuk kang Hafi)

Berlahan Habibah pun Membalikan badannya yg masih di sertai tangisnya.

"Gus....Kulo Angsal jujur Nopo mboten"
(Tanya Habibah)

"Engge Angsal...Niku sing sae"
(Jawaban kang Hafi)

Dan Kang Hafi pun Masih membelakangi Habibah,Karena dia tahu,jika dia mendekat/menghadap Habibah,bisa semakin menambah ketakutannya.

"Gus...Saestu Kulo Purun Nikah niki karena Kulo Terpaksa,lan kulo dereng Siap Memenuhi Haq e Suami layaknya seorang Istri,Nanging Umpami njenengan memaksa ngge Monggo,...kulo mek saget pasrah Mawon gus"
(Pinta Habibah)

Dan Habibah pun masih saja menganggap/memanggil Kang Hafi dengan sebutan gus.

Kang Hafi hanya tersenyum mendengar penjelasan istrinya;

"Dik....Mas juga menikah dengan sampean karena ta'dhim pada guru kita,Umapami pean mboten wonten remen kalih kulo utawi njenengan dereng saget memenuhi haq...niku ngge wajar...Karena kita belum saling mengenal Dan Mungkin Kita sedekat ini karena setelah menikah"

"Dik......Dan Mas siap menunggu kapan datangnya Cinta sampean,dan Mas Juga Siap menunggu kapan pean memenuhi haqnya"

"Tapi Mas gadai permintaan untuk Njenengan dik"
(Jelas Kang Hafi)

"Nopo Niku Gus"
(Jawab Habibah dengan tangisannya yg sudah mulai reda setelah mendengar jawaban kang Hafi)

"Njenengan boleh saja memanggil Mas,dengan sebutan Gus seperti itu tadi,tapi mas harap Sebutan itu hanya di Ruangan ini saja,jika di luar ruangan kamar ini,Mungkin alangkah baiknya dengan sebutan Mas"

"Gak penak toh kalih Abah dan Umi jika beliau mendengar,dan pastinya akan banyak pertanyaan Nantinya"
(Jelas Kang Hafi)

"Engge Gus" (Jelas Habibah)

Sesaat mereka pun Saling diam,entah apa yg sedang mereka fikirkan masing-masing,Hingga Kembali Habibah mengeluarkan kata-katanya;

"Sak derenge...Kulo nyuwun Ngapunten ngge gus"
(Pinta Habibah)

"Engge dik...sami-Sami"
(Jawab Kang Hafi)

"Engge Mpun pean Ubuk Mawon"
(ImBuhnya)

Setelah pembicaraan itu Kang Hafi pun Bangkit dari duduknya,Dan keluar dari kamarnya,

Setelah beberapa saat kemudian Kang Hafi kembali masuk membuka pintu kamarnya dan membawa karpet dari Ruang tamu rumahnya.

Kang Hafi menggelar karpetnya di Lantai keramik rumahnya,Tepat di bawah tempat tidur istrinya.
Lalu Kang Hafi Mengambil Bantal Yang dari tadi sebelumnya di samping Tidur Istrinya,Berlahan Kang Hafi Membaringkan Badanya di atas Karpet Serasa Suasana Santri di Pondok Yang pernah di alami sebelumnya;

"Tidur di atas lantai beralaskan Tikar Tipis Dan berselimutkan Sarung"
Kang Hafi Membayangkan Suasana di Pondoknya.

Di bawah Pancaran sinar Lampu Kamar Yang Tak begitu Terang,Terdengar ucapan "bismillah" Kang Hafi mengawali tidurnya;

(Bathine seng moco....opo neh seng Jomblo...Hasyeeem ra sido merangi wong kafir 1000)
Sabar Mblo...kita tunggu waktunya  

Pernikahan Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang