EPS 05

4.3K 134 0
                                    

 Senandung angin syahdu nan dingin
memanjakan malam yang Sunyi
Langit pun menangis tipis menitik memecah hening

Menggugah rasa pada selembar kisah
tentang penantian tanpa perwujudan

pun sentuhan rindu hanya bayangan malam
berpeluk gerimis Menanti Sebuah Harapan

==================================

EPS 05

Malam Semakin Larut Hanya Suara Cicak Yang Berbaris Di Dinding Terdengar Oleh Kang Hafi,Semakin Menemani Kesunyian Malam ini Yang di Hantui dengan Fikiran Perjodohannya,di sisi lain dia juga Harus Mulai Belajar Melupakan Aldika,Seseorang Ynag Pernah Singgah Menggelitik Hatinya.

"Aldika Maafkan lah Aku.....Kalau Aku Harus Belajar Melupakanmu,Sejujurnya Sulit Jika Secepat ini Harus Melupakanmu,Melupakan Masa-Masa Indah Saat bertemu denganmu...Mungkin itu Hal biasa Bagi Orang Lain,Namun Luar biasa Bagiku Saat bertemu denganmu"

"Aldika...Jika Pilihan itu ada Mungkin Aku Akan Memilihmu,Namun Taqdir berkata lain Tentang Kita,Hanya Mengukir Kisah Berakhir dengan Perpisahan"

(Bathin Kang Hafi dengan Perasaannya)
======================================

1 Minggu Kemudian Abah Juga Mengundang Kedua Belah pihak Keluarganya,Yaitu Orang Tua Habibah dan Kang Hafi,Memperjelas Tentang Perjodohan Mereka,

Ternyata Kedua Belah Pihak pun Sangat setuju dengan Perjodohan ini,Dan Mereka Sepakat 1 Bulan Kemudian Akan Melangsungkan Pernikahan Mereka.

Mendengar Kabar itu,Cukup Menghantam Perasaan Aldika Yang Masih di rundung kesedihan Harus Merelakan Kang Hafi bersama Orang Lain Meskipun Temannya Sendiri.

Semakin Sesak saja Dada Aladika,Hanya Air Mata Yang Terus Berjatuhan Mengambarakan Suara Hatinya,Mungkin dengan Cara itu Mengurangi Kesedihannya,Tertuang Lepas Bersama Air Mata Yang Mengalir Membasahi pipinya.

Beberapa Hari Setelah Kejadian itu,Kang Hafi dan Aldika Masih Saja Menjalani Aktifitas Rutinnya setiap Paginya.

Aldika Pun Tak Menyiakan Kesempatan itu,
"Mungkin Saja ini Yang Terakhir kalinya Untuk berbicara atau melihat Knag Hafi"
(Bathin Aldika)

Seperti Biasa Kang Hafi Masuk Mengambil Kopi Buatan Aldika,Namun Untuk Kali ini Sikap Aldika berbeda tak seperti biasanya,Tampak Murung Dan Diam saja,Hanya Kelopak Matanya Yang Terlihat Membengkak saja.

Aldika Yang dulu Yang Periang dan Mudah Tersenyum,Kini berubah drastis Pendiam dan Murung,Tanpa Menambah Kesunyian Suasana Kang Hafi Mulai Melontarkan kata-kata;

"Sampun Kopine Mbak" (Tegur Kang Hafi Yang sudah di hadapan Aldika)
"Sampun Kang" (Jawab Aldika Tampak Lemas)

Sesaat Mereka Hanya Saling diam,Mungkin Saja Mereka Saling Bingung Untuk Memulai Pembicaraan,Hingga Terdengan Suara Lembut dan Lirih Aldika.

"Kang Kulo Angsal Tanglet" (Tanya Aldika)
Sejujurnya Aldika Tak Kuasa Menahan Tangisnya,Namun kali ini dia berusaha bersikap biasa di hadapan kang Hafi,Menyembunyikan Apa Yg Terjadi pada dirinya Selama ini.

"Monggo Mbak...Njenengan Mau Tanya Nopo" (Jawab Kang Hafi)
"Aldika Mireng Njenengan Ajeng Nikah Yo Kang" (Tanya Aldika Yang Masih Menundukan Mukanya)

"Koq Njenengan Tahu" (Jawab singkat Kang Hafi)
"Engge Kang....Banyak Anak-anak Menceritakan" (Jawab Aldika Singkat Yg Mulai Menitik rintik-rintik Air Matanya di Lereng Kelopak Matanya)

"Selamat Ya Kang,,,Semoga Njenengan Berjodoh dengan Mbak Habibah"
(imbuh Aldika)

"Semoga Njenengan Juga...Enggal di Pertemukan Jodohnya"
(Jawab Kang Hafi)

Kang Hafi tidak Mungkin Menjelaskan Tentang Perasaannya Kepada Aldika selama ini,dalam Suasana dapur Yang di penuhi dengan Santri Putri Yang sibuk dengan Aktifitasnya Masing-masing,Hanya suara Bathin Saja Yang berbicara di Hadapan Aldika,

"Biarlah Perasaan ini Aku Pendam,Dan Aku berharap dirimu Juga Melakukan itu"
(Bathin Kang Hafi)

Kembali Tenang Suasana Mereka,Hingga Kang Hafi pun berpamitan Membawa Kopinya,Lirikan tipis Kang Hafi Melihat Aldika,Yang Terlihat Hanya Rona wajahnya Yang sudah Mulai berubah.Agar Tak Menambah Kesedihan Aldika,Kang Hafi Pamit Keluar Meninggalkan Aldika.

" Kopine Kulo Bekto Ngge" (izin Kang Hafi pada Aldika)
"Engge Kang" (Jawab singkat Aldika)

Setelah Kang Hafi Melangkahkan Kakinya Meninggalkan Aldika,Perlahan Aldika Mengangkatkan Mukanya Melihat Kang Hafi Melepaskan Kepergiannya Untuk Yang Terakhir Kalinya.

Aldika Meng Helakan Nafas,Hanya Ucapan Sabar....Sabar....Dan Sabar Dalam Hatinya;

"Kamu Kuat Aldika" (Bathin Aldika)

Begitu Juga Kang Hafi,Sepanjang Perjalannanya Menuju Para Pekerja Memikirkan Aldika Yang di Landa Kesedihan,Sejujurnya Tak Tega Namun Tak Kuasa Untuk Menghiburnya.
Hanya Iringan do'a saja Semoga Aldika di Pertemukan dengan Jodohnya.

Tak Lepas Juga Habibah di dalam Rumah Yai Sambil Merapikan dan Membersihkan Rumahnya,Memikirkan Kang Hafi Calon Jodohnya,Yang Sama sekali Belum Mencintainya dan Mengenal keperibadiannya.

Sulit Untuk di Terima Namun apalah daya,Hanya Harapan Yang terlintas di Hati Habibah,dapat bersabar Menjalani itu semua.

"Haruskan Aku Berteriak dengan kencang Agar beban ini terasa Ringan?
Haruskah Aku Menangis Tiap hari Agar Perasaan ini Menjadi Tenang?,

Tidak......Semua itu tidak merubah keadaan !!! " (Bathin Habibah)

Hari Demi Hari Semakin Berlalu Kang Hafi dan Habibah pun Berpamitan Pulang untuk Mempersiapkan Penikahannya,Yang Hanya Terhitung hari saja.Kepergian Kang Hafi dari Pondoknya,Semakin Menekan Perasaan Aldika Bahwa Pernikahan Kang Hafi benar Terjadi.  

Pernikahan Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang