Eps 01

7.9K 199 5
                                    

"Adakalanya Cinta bermula dari sebuah pandangan,Yang Melekat Terlalu dalam Hingga menghadirkan sebuah perasaan,Perasaan Nyama saat bersamanya,Perasaan Rindu Saat Jauh darinya"

Namun Sulit bagi Para Santri mendapatkan Kesempatan itu,Terlebih dengan Ketatnya peraturan Pondok Yang mestinya harus di patuhi,Mungkin Hanya sebatas kekaguman perasaan itu hadir tanpa bisa leluasa mengungkapkan,seperti halnya Yang terjadi dengan Kang Hafi,Harus merelakan Meninggalkan Aldika dengan Perjodohannya ;

Pagi ini Suasanya Cerah Tepatnya di desa Sumbersuko Jln. Gang Ayu,Berdirilah Pondok Pesantren Yang di Asuh Kyai Abdurrohman,Pondok Yg Telah Turun Temurun Mensiarkan Syariat Islam Lewat Para Santri didikannya.
Hafy adalah Santri Senior Yang Sudah Puluhan Tahun Menimba Ilmu di Pondok tersebut.

Pagi ini para santri Senior Putra/Putri di sibukan dengan Pembangunan Penambahan Kamar Santri Putra,Tak Lepas Hafy Juga Turun berperan Mengawasi Pembangunan itu,Dan Para Santri Sengaja Libur bergilir Guna membantu Para Tukang Menyelesaikan Pembangunannya.

Di sela Kesibukan Mengaduk Semen Kasno Yang sudah bermandikan keringat Menampakan kelelahannya,Sambil berdiri Kasno pun Melontarkan sindirannya kepada Hafy.

"Kang Nur....Biasane Yahmene Kopine kih wes Metu,Tumben Koq belum Kunjung datang Juga Yo"
(Kata Kasno salah Satu Santri Kepada Kang Nur yg di sampingnya Sambil Cengengesan)

"Mungkin Sek Macet dalane Kang,Sabar ae"
(Turun Mengmbangi sindiran Kasno)

Mereka Berdua Pun Turun Tersenyum-senyum Karena Asik Menyindir Hafy,Begitu Juga Hafy Tersenyum sambil Melepasan Pandangannya ke arah mereka.

"Heleh....Kang..kang,Ngomong ae Njaluk Kopi Ngono Loh....Kesuweeen"
(Jawaban Hafy beserta Tawanya)

"Kerjo sek seng Temen,Ngko lak Kopine tekan Kene"
(Sambung Kang Hafy)

"Siap Ndaaan"
(Jawaban Kang Kasno Sambil Mulai Mengaduk-aduk Semennya kembali)

Setelah Beberapa saat Kang Hafy Mengobrol dengan Para Tukang,Kembali Kang Hafy menuju dapur Mengambil Kopi Yg sudah Biasa di Buatkan Oleh Mbak Santri Ndalem,

Sesampainya Di Pintu dapur Perasaan Kang Hafy pun Mulai Tampak Aneh,Yang awalnya biasa-biasa saja Kini Tampak Grogi dan Bercampur perasaan aneh yg tak biasanya ia rasakan.

Benar saja Ternyata Yang Membuatkan Kopi adalah Aldika,Salah satu santri Senior Putri atau Mungkin Lebih di kenal Santri Ndalem,Beserta Teman"nya Yang disibukan Membuat makan Siang Untuk Para Pekerja.

Hanya Tatapan sesaat Saja Kang Hafy memberanikan diri Untuk Melihat Aldika,Begitu Pula Aldika Masih saja Menundukan Wajahnya,Hanya Lirikan Kecil Yg terlintas di saat Kang Hafy Tak melihatnya.
Perasaan itu Muncul sudah Terlalu lama,Namun Keduanya Hanya Berani Menampakan Sikap Yg Biasa saja.

"Biarlah Jalan Taqdir Yang Menuntun kita"
(Bathin Keduanya)

Gejolak Tanda Tanya di Hati Kang Hafy terus saja Melontarkan Seribu Pertanyaan.
Apakah ini Yang di Namakan "Withing Tresno Jalaran Sering Mlebu dapur"

(Penulis Mengguyu Membayangkan)

Dalam iringan Langkah dan Lamunannya,Kang Hafy di kejutkan dengan Teguran Ning Aldika.

"Wonten Nopo Kang" (Tanya Ning Aldika memastikan kedatangan Kang Hafy)

"Eh....Niku Ning...Ajeng Mundut Kopi,Sampun di damelaken ta"
(Jawaban Kang Hafy terbata-bata karena Grogi)

"Niki Sampun Kang" (Suara Lembut Ning Aldika Sambil Menyodorkan Kopi yg telah di buatnya"

"Mugo-Mugo Ae Kopine Manis Koyo seng Gawe"
(Sahut Lirih Kang Hafy berharap Ning Aldika tak Mendengarkan)

"Nopo Kang" (Jawab Ning Aldika Yg malu-malu penasaran sambil Menundukan Mukanya)

"Eh Mboten Ning" (Jawab Singkat Kang Hafy)

Tak Kiro Gak Krungu....Tibaknya...(Bathin Kang Hafy)

Lirikan Aldika Juga Mengiringi Kepergian Kang Hafy Yang barusan pergi Membawa Kopinya,Hanya Perasaan Bahagia Yg terlintas dalam Hatinya,Yg tergambar dalam Untaian senyumnya Yg sengaja ia sembunyikan dari Teman"nya.

Hanya Harapan saja Dalam Hati Aldika,Semoga Kebahagiaan ini tak berakhir sampai disini saja.

Pernikahan Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang