EPS 37

1.9K 64 0
                                    

EPS 37

Derai tangis Air mata Anya,Menghiasi dengung lirih ruangan kamar mandi tokonya,dia berusaha mengahpus air matanya,tetes demi tetes yang membasahi pipinya,meskipun tampak sudah mulai kering,Namun hatinya masih membekas meninggalkan luka dan kekecewaan,

Aku sulit menaruhkan perhatian dan hatiku kepada seorang pria,Namun ketika aku sudah yaqin dengan perasaanku bahwa kang hafi adalah sosok pria yang ku cari selama ini,kenapa hatiku justru harus terluka?

berawal dari sebuah kekaguman menjadikan munculnya benih-benih cinta,Yang sekian hari tumbuh menjadi sebatang pohon bunga.Telah kurawat dan ku jaga benih itu hingga menjadi kuncup bunga,Namun sebelum dia mekar dengan semestinya,Harus layu dan mati dengan batangnya;

Kini hatiku Hancur dan kecewa..........
Pundak siapakah yang siap menjadi tumpuan sandaran ku dalam kesedihan???
Adakah Kang...Kang santri....disana Yang sudi kiranya mendengarkan Curahan perasaanku Yang sakit ini?

Jika Iya.....Tolong Lambaikan Tangannya Kang!!!

Kemudian Anya keluar dari kamar mandinya,Menutupi dengan sikap tegarnya seakan tak terjadi apa-apa;
=============================

Sore hari selepas kang hafi pulang kerumahnya,seperti biasa Habibah selalu menyiapkan air hangat untuknya,dan Sehabis makan bersama dg Habibah,kang hafi menghilangkan lelahnya duduk diatas sofa ruang tengah menunggu habibah membersihkan piring bekas makan mereka,Tampaknya habibah raut wajahnya tak seperti biasanya,seperti ada sesuatu dalam fikirannya;

Setelah habibah menyusul duduk di sampingnya,kemudian kang hafi pun mulai membuka percakapannya;

"Wonten nopo dik....Sepertinya ada yang njenengan fikirkan" (Tanya kang hafi)
"Mboten Ngertos Mas....tiba-tiba saja perasaan adik tidak enak saja" (Jawab habibah)

Mungkin Naluri perasaan Habibah tersentuh saat kang hafi bersama dengan Anya sewaktu siang tadi,Kesedihan itu muncul dengan sendirinya tanpa habibah mengetahui penyebabnya,

Dan kang hafi pun tak berfikir atau mengingat kejadian siang tadi itu,menurutnya tak perlu mengingat atau mengungkit bahkan menceritakan kepada habibah,di samping itu tak penting juga akan justru menambah kecemburuan dan fikiran habibah akan muncul banyak terkaan yang nantinya mengganggu kesehatannya;

"Engge Mpun...lek mboten wonten nopo-nopo kenapa harus sedih" (Jelas Kang hafi)

Habibah masih saja berdiam di samping kang hafi,tak menyuarakan sepatah kata pun,hingga kang hafi kembali menyapanya;

"Nopo Njenengan Kelelahan Sayank.....Pingin mas Pijeti ta" (jelas Kang hafi)
"Mboten Koq mas" (Habibah menutupi)

"Nopo Sakittt" (Tebak Kang hafi sambil meletakan tangannya ke kening habibah)

Setelah kang hafi mengecheck nya ternyata benar habibah demam dan terasa panas tubuhnya

"loh demam pean dik" (Jelas kang hafi sambil memeluk dan mengusap-usap punggungnya)

Kang hafi merasa kasihan dengan istrinya,harus kelelahan dengan pekerjaannya selama ini,bukan saja di dapurnya,namun dengan jahitannya juga;

"Mboten nopo-nopo koq mas....adik baik-baik saja" (Jawab habibah menghilangkan kehawatiran suaminya)
"Baik-baik nopo...panas ngono koq,Mangke ba'da isya berobat mawon kalih mas,umpami sakniki koq tangung sekedap malih magrib sayank" (Pinta kang hafi)

==================================
Setelah mereka pulang dari rumah buk bidan,Kang hafi menuntun ke kamarnya,sepertinya habibah pening,matanya berkunang-kunang saat berjalan,tampak saat berjalan seperti tubuhya mau jatuh,Lalu kang hafi menutunnya masuk ke kamar dan merebahkan tubuh habibah di atas tempat tidurnya,kemudian ia juga mengambilkan air minum untuk meminum obatnya sesuai pesan bidannya;

"Obate di unjuk riyin Ngge" (pinta kang hafi menyodorkan obat dan air minumnya)

Setelah habbibah meminum obatnya,kembali kang hafi duduk di sampingnya,mengusap keningnya dan meneruskan bicaranya;

"Njenengan Ampun di paksakan tenagane untuk menjahit dan bekerja di rumah,Mas tak pernah melarang pean menjahit untuk menghilangkan kejenuhan di rumah,tapi mas juga gak menganjurkan pean memaksakan menjahit,bagaimanapun pean sedang hamil tidak baik terus-terusan duduk di kursi jahitan,jarene ibuk-ibuk seng komen ngono kui sayank....Gak baik utk orang yang hamil" (Pinta Kang hafi)

Habibah Hanya mengangguk dan menatap kang hafi dengan senyuman,merasa bahagia melihat perhatian suaminya memperlakukan dirinya sebaik ini,

"Mas kan sudah punya pekerjaan,meskipun hasilnya tidak terlalu besar namun cukuplah untuk makan kita berdua,jadi mas syarankan mulai sekarang njenengan jangan terima jahitan orang lain dulu,Jika nanti njenengan sudah melahirkan dan ingin kembali menjahit,monggo mas tidak pernah melarang sayank" (Bujuk kang hafi lembut)

"Engge Mas kuh sayank" (Jawab Habibah)

Tak Terasa Air mata habibah pun mulai menetes mengalir jatuh ke pipinya,Tampaknya kata-kata kang hafi menyentuh dan membuat haru habibah,sehingga tak kuat menahan perasaan yang begitu bahagia mendapat perlakuan suaminya,peduli dan kasih sayangnya,menjadikan tetesan air mata kebahagiaan dirinya;

"Koq malah Nangis" (Tegur kang hafi)
"Adik merasa terharu mas....Adik merasa bersyukur mempunyai suami seperti njenengan,di saat lelahe njenengan yang perlu istirahan sepulang kerja,seharusnya aku yang melayani Njenengan,Malah terbalik Adik yang menyusahkan njenengan mas" (Jawab habibah sambil meneteskan air matanya)

Lalu kang hafi menghapus air matanya dengan jari tangannya,dan berusaha menenangkan habibah dari tangisannya;

"Mpun dik.....Ampun menangis,Mas juga sangat bahagia mempunyai istri seperti njenengan,di saat susahnya suami njenengan selalu memberikan semangat untuk mas,di saat kita harus kelaparan tanpa sesuap nasi pun,Njenengan purun menemani mas berpuasa dan menahan lapar bersama,Bagamanapun mas bersyukur untuk itu dik"
(Bujuk Kang hafi)

Setelah kang hafi berusaha membujuknya,kembali habibah tenang dari tangisannya,Kemudian kang hafi pun menyarankan habibah untuk istrihat,Kecupan mesra kang hafi ke kening habibah berharap mengawali tidurnya;

"Mmmmmmmuach....Ngge Mpun Ubuk riyin,Jaga kesehatan pean" (Bujuk kang hafi)

Pernikahan Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang