Haruto terbangun dari tidurnya ketika mendengar sebuah pecahan kaca, dia segera keluar dari kamarnya. Dan lagi Haruto kembali melihat kedua orang tuanya yang bertengkar tanpa henti, membuatnya sangat muak.
Ayahnya mulai memukuli ibunya, air mata pun berhasil keluar membasahi wajah perempuan paruh baya itu. Haruto ikut menangis melihat ibunya tak berdaya.
Setelah membuat keributan ayahnya keluar dari rumah entah kemana perginya. Haruto kembali ke kamarnya, dia tidak akan kuat untuk melihat dan mendengar ibunya menangis.
Di bayangan Haruto, dia ingin sekali memukuli ayahnya membuat pria itu merasakan sakit yang di rasakan ibunya, bahkan Haruto pernah berfikir ingin membunuh ayahnya.
Tapi jika Haruto berbuat jahat, tentu dirinya akan sama seperti ayahnya itu. Dan mungkin ibunya akan sangat kecewa mengetahui Haruto sebagai tersangka pembunuhan ayah kandungnya sendiri.
Tidak, pasti ibunya akan mengaku jika dirinya yang membunuh suaminya demi menyelamatkan Haruto. Haruto tau betul bagaimana sifat ibunya.
Di dalam kamar Haruto hanya bisa duduk bersandaran di pintu kamarnya dengan kedua matanya yang menatap kearah luar jendela, dia terbangun dan berjalan kearah jendela kamarnya.
Mungkin akan lebih baik jika kalimat tersangka di ganti sebagai korban kekerasan di satu keluarga.
"semua akan membaik setelah aku menghilang dari dunia ini."
Haruto membuka kaca jendela kamarnya, udara malam yang dingin langsung menabrak wajahnya, perlahan-lahan dengan rasa takut dia berdiri di ambang jendela.
Brukkk
Sebuah bangku terjatuh, Haruto yang sedang berdiri di jendela menjatuhkan tubuhnya dan segera keluar dari kamarnya untuk ke kamar orang tuanya. Seketika hatinya hancur sehancur-hancurnya melihat ibunya menggantungkan diri.
Haruto melangkahkan kakinya menghampiri ibunya, rasanya sangat sulit untuk dia bernafas. Tepat saat Haruto di hadapan ibunya tangisannya pun pecah.
Bukan, bukan ibunya yang akan menjadi korban, yang Haruto inginkan dirinya lah yang menjadi korban.
"IBUUUU!!" Haruto terbangun dengan nafas yang tidak teratur.
"Haruto kau kenapa?" tanya Hanbin.
Haruto hanya bisa terdiam memikirkan mimpi yang baru saja dia mimpikan, sungguh mimpi itu sangat menakutkan baginya.
Haruto mengatur nafasnya, "hyung, aku.. aku melihat i-ibu bunuh diri!! Bagaimana ini????"
Haruto bersyukur kalau adegan itu adalah sebuah mimpi buruk, tapi jujur saja dia jadi khawatir dan panik. Mungkinkah mimpi itu sebagai tanda dari Tuhan?
Hanbin duduk di samping Haruto, dia memberikan adiknya air putih hangat yang sebelumnya sudah ada di nakas.
"ibu baik-baik saja, barusan aku menelepon dengannya. Lebih baik kau kembali tidur ini masih pukul 01.35 malam."
"bagaimana mungkin aku kembali tidur? Aku-aku sangat takut!" ucap Haruto dengan suara tinggi.
Haruto mengambil hoodie yang tergantung di pintu kamarnya, tidak lupa dia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas lalu segera keluar dari apartemen mereka.
"KAU INGIN PERGI KEMANA???" teriak Hanbin. Jujur saja pria itu sangat khawatir dan bingung.
Haruto berkeliaran tanpa rencana, sampai akhirnya langkah kakinya telah berhenti. Tidak ada tempat untuk beristirahat dengan perasaannya yang kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰
Fanfiction❝𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭�...