2O. say yes, please...

2.2K 515 22
                                    

"ibu, aku membawa pesananmu!" teriak Haruto sesampainya di apartemen. Ibunya pun langsung menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Jihan.

"aku sangat merindukanmu...." ibu Haruto mengusap pipi Jihan, kemudian membawa gadis itu ke meja makan meninggalkan Haruto yang terdiam di dekat pintu.

"lihat, kau sampai membuangku!" Haruto menekukan bibirnya ke bawah, benar-benar merasa iri. "dasar perempuan jahat!" umpat Haruto saat dia berjalan kearah pintu kamarnya.

"beraninya kau memanggil ibumu perempuan jahat? Kau ingin namamu ibu coret dari daftar keluarga?" tanya ibu Haruto dengan kedua mata yang membulat.

Haruto pun menghentikan langkah kakinya, dia menghampiri ibunya dan menggelengkan kepala sambil memeluk tubuh ibunya. Dengan cepat ibunya melepaskan pelukan Haruto beralih memeluk tubuh perempuan yang ada di sampingnya, Kim Jihan.

Haruto menghentakan kedua kakinya berulang-ulang seperti anak kecil yang menangis karena ada seseorang yang mengambil permen lolipopnya, wajahnya berubah menjadi masam.

Pria itu pun menatap wajah Jihan dengan ekspresi datar, sedangkan Jihan hanya menjulurkan lidahkan kearah Haruto membuat Haruto menekukan bibirnya ke bawah.

Jihan dan ibu Haruto berjalan ke meja makan karena tidak ingin melihat wajah Haruto, bagi mereka sangat menyebalkan karena wajah Haruto sangat tampan untuk di lihat.

Tak! Sebuah pukulan berhasil mendarat di kepala Haruto, Hanbin memukul kepalanya dari belakang. Hanbin menghampiri Jihan yang sudah duduk di meja makan bersama ibunya.

"bagaimana sekolahmu?" tanya Hanbin ke Jihan. "pasti sangat menyebalkan karena ada anak itu!" Hanbin menunjuk Haruto dengan dagunya.

"aaakkk! Menyebalkan!" teriak Haruto, terlihat begitu frustasi. "adopsi saja dia! Buang aku!" Haruto segera masuk ke dalam kamar, membanting pintu kamarnya dengan kasar.

Hanbin dan ibunya menertawai pria yang sangat menyebalkan bagi mereka, sedangkan Jihan menggelengkan kepalanya dan tersenyum miris. Gadis itu sangat iri melihat keluarga Haruto, sangat bahagia.

Jihan menundukkan kepalanya dan menghelakan nafasnya membuat Hanbin dan ibu Watanabe menatap kearahnya. Jihan merindukan ibunya? Tentu saja, iya! Dia sangat amat merindukan ibunya.

Hanbin mengusap kepala Jihan membuat gadis itu mengangkat kepala menatap kearahnya. "bagaimana? Apa Haruto ada kemajuan?" bisiknya.

"eii! Kau tau hyung, tadi ada adik kelas yang meminta nomorku...." Jihan menghelakan nafasnya dan mengalihkan pandangannya, mengingat sikap Haruto di sekolah. "lagi, dia membuat diriku kesal! Ibu, ada apa dengan anakmu itu?"

"bagaimana jika kau pacaran dengan Lee Jinwoo?" tanya Hanbin, dia pun mendapatkan sebuah pulukan di kepala dari ibunya.

"bodoh! Kau mau menantu ibu di rebut oleh tetangga sendiri? Pantas saja Jennie memutusimu!"

"ibu!" teriak Hanbin, terlihat malu karena ada Jihan.

"heol! Lagi?" Jihan membulatkan kedua matanya dan menggelengkan kepalanya kearah Hanbin, gadis itu pun beralih menatap ibu Haruto kemudian menertawai seorang Hanbin.

Hanbin selalu di putusi Jennie, namun keesokan harinya mereka akan kembali berhubungan. Hubungan seperti apa itu? Sangat konyol, dan bodoh.

Lee Jinwoo adalah tetangga yang tinggal di samping apartemen Hanbin. Jinwoo satu sekolah dengan Jihan dan Haruto, bahkan mereka satu kelas. Jinwoo di kenal sebagai pria yang baik dan imut, semua sangat menyukai dia. Bisa di katakan Jinwoo musuh Haruto selain So Junghwan.

"ibu, aku ingin ke Haruto," Jihan beranjak dari duduknya dan segera menjauh dari meja makan, kemudian dia masuk ke dalam kamar Haruto.

Gadis itu menghampiri Haruto yang sedang berbaring di kasurnya, dia duduk di samping Haruto. Dengan cepat Haruto merangkul lengan Jihan, namun segera tepis. Haruto pun mengubah posisinya menjadi duduk menghadap Jihan.

"bagaimana jika aku menyatakan perasaanku, apa kau—"

"tidak!"

"ah menyebalkan!" teriak Haruto, terlihat kesal. "jangan bilang kau menyukai jinwoo?" perlahan-lahan Haruto mendekati wajahnya ke wajah Jihan.

"kau ingin mati?" gumam Jihan saat wajah mereka sudah sangat dekat. Haruto pun segera menjauhi wajahnya dari wajah Jihan, dia kembali tiduran namun memunggungi gadis itu.

Sudah lebih dari seratus kali Haruto mengatakan perasaannya, bahkan sampai tidak dapat di hitung. Namun Jihan selalu bilang tidak. Walaupun selalu di tolak tidak membuat Haruto menyerah, bahkan rasa suka dia bertambah seiringnya waktu berlalu.

Jihan tidak menyukai Haruto? Tentu saja dia menyukai Haruto! Namun dia sadar, tidak hanya dirinya saja yang menyukai Haruto. Walaupun Jihan tau bahwa dirinya yang akan di pilih Haruto, hanya saja gadis itu tidak ingin mengubah status mereka.

"hei! Aku bilang jika, bukan berarti aku akan mengatakan perasaanku!" gumam Haruto, masih memunggungi Jihan.

"ya, ya terserah kau saja. Aku tidak peduli!"

"kau!" Haruto pun kembali duduk menghadap gadis itu, menatap begitu dalam. "kenapa selalu mengatakan tidak? Apa kau tidak bosan mengatakannya? Aku sangat—"

Jihan beranjak dari kasur Haruto dan segera keluar dari kamar Haruto, sedangkan pria itu hanya terdiam dengan mata membulat. Tangan Haruto memegangi pipinya, kedua ujung bibirnya pun membentuk senyuman.

"ibu, hyung—"

Brukk! Pintu kamar Haruto terbuka berdirinya Jihan di depan pintunya. Gadis itu menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri, namun Haruto menggelengkan kepala dan segera beranjak dari kasur.

Dengan cepat Jihan kembali masuk ke dalam kamar Haruto, dia mengunci pintu kamar Haruto. Gadis itu membalikan tubuhnya menyenderkan tubuhnya ke pintu kamar.

Jihan pun membulatkan kedua mata saat Haruto berjalan menghampirinya dengan senyuman yang membuat Jihan salah tingkah. Bodoh kenapa dia menguci dirinya bersama Haruto?

Kedua telapak tangan Haruto menyentuh pintu kamarnya membuat Jihan terkunci dengan tubuhnya, gadis itu mengalihkan pandangannya kearah samping tidak berniat untuk menatap wajah Haruto. Perlahan-lahan Haruto mendekati wajahnya ke wajah Jihan.

Brukk!! Haruto memukul pintu kamarnya dengan telapak tangannya, Jihan pun terkejut mendengarnya. Jihan dan Haruto hanya bisa terdiam tanpa ada gerakan, mata mereka yang saling menatap membuat mereka sadar bahwa bibir mereka telah bersentuhan.

Saat Haruto ingin memejamkan kedua matanya dengan cepat Jihan mendorong tubuh Haruto sampai pria itu terjatuh di lantai. Mereka saling memandang, tidak ada dari mereka yang memikirkan untuk saling mencium. Terlebih lagi di bagian tubuh yang sangat sensitif, ya bibir.

"i-itu salahmu! Seharusnya kau katakan ya!" Haruto terbangun, dia berjalan ke sana kemari dengan mulut yang menggigiti kukunya.

Haruto menghentakan kedua kakinya, kemudian berjalan menghampiri Jihan yang masih berdiri di pintu. Haruto menggoyang-goyangkan lengan Jihan seperti anak kecil yang meminta ke ibunya untuk membelikan sebuah mainan.

"katakan ya, ku mohon.."





extraordinary you

extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang