Sebelumnya aku gak bikin bonchap, berhubung ada satu chapter yang kosong karena ada bagian yang di hapus jadilah chapter ini :)
"eonni!" sebuah teriakan membuat Jihan tersenyum bahagia, tidak lama ada yang melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu.
"Hana, apa kabar?" tanya Jihan, perlahan-lahan merendahkan tubuhnya sampai jongkok berhadapan dengan anak kecil yang bernama Hana.
"aku merindukanmu," Hana melingkarkan tangannya di leher Jihan, pelukan anak kecil itu begitu erat dan hangat membuat Jihan sangat nyaman.
Gadis itu tersenyum karena Hana tidak mau melepaskan pelukannya, sudah hampir lima menit anak kecil itu masih merangkul leher Jihan. Bahkan membuat Haruto yang sedari tadi memperhatikannya jadi merasa iri.
Hari ini Jihan dan Haruto berkunjung ke panti asuhan yang mengurus Hana, anak kecil yang selamat dari kecelakaan. Bukan hanya Jihan dan Haruto saja Hanbin pun menemani mereka, lebih tepatnya Hanbin menjadi supir mereka ke panti.
"Hana, coba kau lihat siapa pria di sampingku?" ucap Jihan membuat Hana segera melepaskan tangannya, lalu menoleh ke Haruto.
"ck," Hana mendecak kesal saat melihat Haruto, anak kecil itu mengalihkan pandangannya ke sisi kanan. "eonni, aku masih kesal sama oppaaaaa!"
Haruto yang mendengar rengekan Hana mengkerutkan kening, padahal hari ini untuk pertama kalinya dia kembali melihat anak kecil itu setelah bangun dari koma, tapi kenapa Hana terlihat begitu kesal dengan Haruto?
"Hana, tau tidak oppa yang mengganggumu itu sebenarnya bukan dia, ada seseorang yang—"
"IM HANAAAAAAAA!"
Anak kecil itu terlihat terkejut melihat Hanbin yang berdiri lumayan jauh darinya, lalu matanya melirik ke Haruto. Terlihat Hana sedang bingung melihat Haruto dan Hanbin.
"lama tidak berjumpa?" sapa Haruto, melambaikan tangan dan tersenyum ke Hana.
"HANAAAAAAAA!" teriakan Hanbin membuat Hana kembali merangkulkan tangannya ke leher Jihan.
"sama Haru oppa saja," ucap Jihan membuat Hana langsung beralih ke Haruto.
Haruto menggendong Hana seperti koala, anak kecil itu merengek untuk menjauh dari Hanbin. Sebelum akhirnya menjauh dari pria yang bernama Hanbin, tangan Haruto meraih tangan Jihan membantu gadis itu untuk berdiri.
"ayo tebak di belakangku ada apa?" ucap Hanbin yang perlahan-lahan menghampiri Hana, kedua tangannya kebelakang menggendong boneka monyet berukuran besar.
Anak kecil itu terlihat bahagia ketika Hanbin menunjukkan boneka tersebut, Hana segera turun dari gendongan Haruto, lalu anak kecil itu memeluk boneka monyet yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
"kau suka?" tanya Haruto.
"tentu saja," sahut anak kecil itu masih memeluk boneka monyetnya. "akhirnya aku punya teman baru!"
"ayo kita bawa teman barumu ke kamarmu," ucap Hanbin membuat Hana menghampirinya, Hanbin berjongkok di depan anak kecil itu, Hana pun langsung merangkulkan tangannya di leher Hanbin sampai dia berada di gendongan.
"oppa, tolong bawa temanku," ucap Hana ke Haruto yang berada di gendongan Hanbin. Jujur saja Hana begitu menyukai Hanbin yang selama ini dia sangka adalah Haruto.
Haruto menggendong boneka monyet itu sambil tangannya menggenggam tangan Jihan, menuntun gadis itu berjalan. Haruto tersenyum ketika Hana melabaikan tangan kearahnya.
"oppa, kenapa kau baru datang ke panti? Oppa selalu berbohong kepada Hana, aku membencimu!" ucap anak kecil itu, namun tangannya merangkul leher Hanbin begitu erat. Terlihat bahwa Hana sangat merindukan Hanbin.
"tapi kau sukakan oppa datang?" tanya Hanbin, pipinya langsung mendapatkan sebuah kecupan dari Hana.
"sangat suka!" sahutnya begitu semangat.
Sesampainya di kamar Hana, Haruto menuntun Jihan duduk di atas kasur, lalu Haruto bergabung bersama Hanbin dan Hana yang duduk di bawah.
"oppa, lihat!" teriak Hana sambil memperlihatkan sebuah gambaran. "oppa, Hana, dan eonni..."
"wah eonni cantik sekali, tapi kenapa Hana—"
"aku yang lebih cantik!" ucap anak kecil itu sebelum Hanbin menyelesaikan ucapannya.
"pacarku lebih cantik!" protes Haruto sambil menatap Jihan yang duduk di atas kasur, lalu Haruto menjulurkan lidahnya ke Hana.
Dan berakhirlah Haruto dan Hana beradu argumen merebutkan posisi siapa yang paling cantik, Jihan tertawa mendengarnya, sedangkan Hanbin team memprovokasi Hana.
Haruto melirik Jihan ketika gadis itu meraih tongkat besinya dan beranjak dari kasur Hana, Jihan berjalan kearah pintu kamar.
"ikuti dia," ucap Hanbin ketika Jihan keluar dari kamar Hana.
Haruto segera mengikuti Jihan, membiarkan gadis itu berjalan sendirian. Haruto meraih pundak Jihan ketika gadis itu tersandung, tangannya langsung menyatu menggenggam tangan mungil Jihan.
"kau mengikutiku?" ucap gadis itu.
"mana mungkin aku meninggalkan dirimu," sahut Haruto. "kau ingin kemana?"
"hmmm, ke taman melihat bunga yang aku dan Hana tanam bersama..."
Haruto tersenyum miris ketika mendengar bahwa gadis itu ingin melihat bunga. Hatinya begitu sakit melihat Jihan yang kehilangan penglihatannya. Haruto merasakan hatinya yang sesungguhnya, namun ketika dia melihat gadis itu membuat air matanya mengalir.
Di taman Jihan dan Haruto duduk di bangku yang ada di bawah pohon beringin yang cukup besar. Gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Haruto, matanya memejam menikmati udara yang dia hirup, dan tersenyum indah.
Jihan begitu senang berada di sisi pria yang bernama Watanabe Haruto, gadis itu bisa tersenyum karena berada di sisinya membuat Jihan terasa begitu hangat, gadis itu dapat memiliki kekuatan. Jihan bermimpi dan kembali berdoa bahwa Haruto akan menjadi miliknya.
"terima kasih sudah berada di sisiku, Haruto..." Jihan mendongakan kepalanya keatas, gadis itu tersenyum begitu cantik.
Saat melihat senyum gadis itu Haruto jadi bahagia tanpa alasan, momen demi momen. Karena Jihan, dunia ini tampak berbeda begitu indah. Gadis itu seperti bunga yang begitu berharga, namun saat angin kuat bertiup Haruto takut jika itu akan membawa Jihan pergi.
Keberuntungan Haruto adalah bertemu dengan Jihan, seperti sebuah takdir yang indah baginya dari Tuhan. Haruto bahkan tidak bisa kembali ke zaman sebelum dia mencintainya, kenangan bertemu dengan gadis itu seperti mimpi yang berbohong.
Haruto akan memberikan semua hatinya untuk Jihan, membuat gadis itu tinggal di sisinya selamanya. Haruto akan bersamanya, Haruto akan sangat bahagia jika takdir terakhirnya itu adalah gadis itu.
"aku tidak memiliki apa-apa kecuali dirimu," ucap Jihan kembali menyadarkan kepalanya di pundak Haruto, gadis itu kembali memejamkan matanya.
Haruto menghelakan nafasnya, mengapa dia tidak bisa mengatakan apa-apa ketika memiliki waktu untuk bicara banyak? Rasanya begitu sulit untuk mengatakan bahwa gadis itu sangat berarti.
"tapi apa aku terlalu egois memohon kepada Tuhan untuk kau jadi milikiku?"
"kau tau, kau sangat luar biasa bagiku... Saat kau tengah kesulitan, aku akan muncul di hadapanmu, bersamamu dan menjagamu, hanya untuk dirimu. Karena perempuan yang bernama Kim Jihan membuatku memiliki kekuatan untuk menjalani hidup ini..."
EXTRAORDINARY YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰
Fanfiction❝𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭�...