Chenle mengisyaratkan untuk Jihan mengikutinya, gadis itu menghelakan nafasnya sangat berat. Masalah dengan Jang Wonyoung dan temannya sudah selesai, namun masalah baru muncul.
Haruto memang benar seharusnya Jihan tidak perlu melibatkan dirinya kedalam masalah orang lain.
Gadis itu berjalan mendahului Chenle, saat mereka ingin menuruni anak tangga Chenle mendorong tubuh Jihan membuatnya terjatuh dan menyebabkan luka di lututnya.
"seharusnya kau tidak perlu menjadi pahlawan!" Chenle menuruni anak tangga menghampiri Jihan yang terjatuh.
Kemudian Chenle kembali berjalan dan Jihan segera berdiri untuk mengikuti pria itu. Jujur Jihan sangat takut berhadapan dengan seorang Zhong Chenle dan temannya itu.
Jihan selalu berusaha untuk hidup sendiri, berusaha untuk membangun dindingnya sendiri, lagi pula tidak akan ada yang memeganginya untuk mengkuatkan dirinya. Tapi tanpa gadis itu sadari Haruto selalu ingin bersamanya kapanpun dan dimanapun.
"masuk!" ucap Chenle saat mereka sampai di gudang tempat dimana Jihan pertama kalinya mengetahui masalah Minjoo.
Di dalam gudang terdapat kakak tingkat yang membully Minjoo, wajah tampan mereka membuat Jihan sangat takut.
Na Jaemin yang awalnya duduk di salah satu bangku di gudang berjalan menghampiri Jihan, pria itu memegang pipi Jihan lalu mengusap dengan sangat lembut sambil tersenyum, tiba-tiba Jaemin memajukan wajahnya.
"kau menginginkan ibumu terbangun saat kau tertidur selamanya? Ah.... atau kau ingin, aku membuat kalian bertemu dengan secepatnya?" tanya Jaemin tepat di telinga Jihan.
Air mata Jihan menetes dengan sendirinya, gadis itu tidak bisa menahan lebih lama lagi. Terlebih saat Jihan mendengar suara kakak tingkatnya itu sangat menakutkan walaupun nada suaranya begitu lembut di telinga gadis itu.
"hyung, apa yang kau lakukan? Lihat dia ketakutan! wajahmu sangat menyeramkan, hyung!" celetuk Chenle yang berdiri di sudut ruang.
Jaemin menggelengkan kepalanya dan tangannya pun menghapus air mata Jihan, " no... aku tidak suka melihat perempuan lemah!"
Plak! Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi kiri Jihan. Jaemin menghelakan nafasnya sangat kasar setelah menampar Jihan, lalu dia tersenyum remeh melihat adik kelasnya itu. Dan Plak! Kedua kalinya telapak tangan Jaemin berhasil mendarat di pipi gadis itu.
"ma-maaf... Aku min-minta maaf... Aku mohon...." Jihan berjalan mundur menjauh dari Jaemin, jujur gadis itu terlihat begitu ketakutan. Matanya melirik sekilas kearah Jeno yang hanya memainkan ponselnya.
Brukk! Pintu gudang terbuka dengan kasar. Jihan membulatkan matanya saat melihat sosok Haruto, Jihan segera berjalan menghampiri Haruto untuk keluar dari gudang, namun Haruto tidak ingin pergi.
"Haruto...."
Jihan menatap Haruto dalam artian, jangan. Namun Haruto berjalan kearah Jaemin , Jihan dapat melihat mata Haruto yang penuh kebencian menatap kakak tingkatnya itu.
"H-haruto, kau sedang apa?" Jihan memegang lengan Haruto sangat kuat, menahan pria itu agar tidak menghampiri mereka. "ayo kita pergi!" Jihan menarik Haruto dengan sekuat tenaganya untuk segera keluar dari gudang.
"Kim Jihan!"
"kau sudah gila? Apa kau sadar, kau menempatkan dirimu ke dalam masalah?" Jihan menatap wajah Haruto dengan ekspresi begitu khawatirnya. "aku tidak ingin kau ikut campur dengan urusanku!"
Jihan berjalan mendahului Haruto, dan Haruto segera mengejar gadis itu, Haruto menahan tangan Jihan membuat langkahnya terhentikan.
"kita di sini untuk hidup, bukan menerima tindasan dari mereka. Bukankah kita teman, sama seperti gunting yang membutuhkan dua bilah?"
Saat Jihan ingin berbicara dengan cepat Haruto menggenggam tangan Jihan untuk kembali ke kelas mengambil tas mereka, lalu segera pulang karena bel pulang sudah berbunyi dari tiga puluh menit yang lalu.
"genggam tanganku jika kau membutuhkan seseorang, datang padaku jika kau membutuhkan bahu untuk bersandar!" ucap Haruto yang masih menggenggam tangan jihan.
Mendengar ucapan Haruto membuat Jihan kembali meneteskan air mata. Jihan selalu merasa bahwa dia begitu bebas karena hidup sendiri, dia hanya peduli pada dirinya sendiri.
Namun kemudian Haruto datang di kehidupannya membuat kehidupannya yang awalnya kosong menjadi terisi. Jihan merasakan bahwa Haruto sangat berbeda dengan pria-pria lainnya, saat dia bersama Haruto entah kenapa begitu nyaman.
"jangan menangis dalam situasi apapun, setiap tetes air mata itu terlalu berharga untuk di tangisi!" ucap Haruto tanpa melihat wajah Jihan.
Sebelum kembali ke kelas Haruto membawa gadis itu ke uks untuk beristirahat sebentar, dia pun berniat mengobati pipi Jihan yang terlihat berwarna merah dan menggambarkan sebuah telapak tangan. Ya bekas tamparan kakak tingkatnya yang bernama Na Jaemin.
Sesampainya di uks Haruto mencari salep yang ada di kotak obat, sedangkan Jihan duduk di salah satu ranjang uks hanya diam karena pikirannya masih ketakutan.
Setelah mendapatkan apa yang di cari Haruto menghampiri Jihan, duduk di samping gadis itu untuk segera mengoleskan salep ke pipi Jihan.
"kau jangan merasa sendiri, aku akan selalu ada di sisimu....." ucap Haruto yang sedang mengolesi pipi Jihan dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat.
Jihan menganggukan kepalanya mendengar ucapan Haruto, dia pun tersenyum melihat wajah Haruto yang sangat fokus mengobati pipinya, dan tiba-tiba tangan Jihan mengusap kepala Haruto dengan sangat lembut membuat aktivitas Haruto terhenti.
Jihan berhasil membuat Haruto tersipu malu, dan karena usapan gadis itu memberikan sebuah kehangatan untuk Haruto. Dengan cepat Haruto menjauhkan wajahnya dari Jihan, dia beralih mengobati luka yang ada di lutut gadis itu akibat terjatuh dari tangga.
Haruto mengembalikan salep itu ke tempat obat setelah selesai mengobati luka Jihan, kemudian dia berbaring di ranjang uks di sebelah Jihan duduki. Haruto tidak habis pikir, dengan beraninya dia berhadapan dengan kakak tingkatnya itu.
"Haruto...." panggil Jihan. Haruto menjawab panggilannya dengan deheman, dia pun menghadap kearah Jihan tanpa ekspresi.
"terima kasih," gadis itu tersenyum membuat Haruto terdiam.
Bukan karena senyumnya yang manis namun arti senyuman itulah yang membuat Haruto terdiam, senyuman yang menggambarkan ungkapan sangat bersyukur.
Awalnya Haruto tidak tahu untuk apa dia hidup kalau selama ini dia merasakan kesulitan dan selalu melihat ibunya yang di siksa oleh ayahnya.
Sekarang, Haruto mendapatkan alasan kenapa dia harus hidup selain menjaga ibunya. Hidup untuk orang lain bisa membuatnya bahagia karena rasa ingin menjaga seseorang.
Ada sebuah gerakan dari tanah yang membuat Haruto beranjak dari tidurnya, pria itu berdiri di hadapan Jihan menatap gadis itu begitu dalam. Haruto membungkukan tubuhnya, kedua tangannya pun menyentuh ranjang membuat Jihan terkunci.
"a-ada apa...." Jihan memundurkan tubuhnya, membuat jarak antara dirinya dan Haruto. Jujur saja gadis itu sangat terkejut.
extraordinary you
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰
Fanfiction❝𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭�...