Perlahan Jihan membuka kedua matanya, gadis itu melihat ke sekelilingnya dan sedikit terkejut dengan tangannya yang terinfus. Jihan terbangun dan melepaskan infusannya, namun saat dia ingin keluar pintu kamar rawatnya tiba-tiba terbuka.
"kenapa kau melepaskan infusannya? Lihat tanganmu mengeluarkan darah, berbaringlah!" Byounggon membantu gadis itu kembali berbaring di ranjang. "aku akan memanggil dokter, kau jangan kemana-mana!"
Byounggon langsung keluar dari kamar rawat Jihan, dan perempuan itu menuruti ucapan Byounggon. Jujur saja pria itu sangat panik melihat tetesan darah dari tangan Jihan.
Berapa menit kemudian Haruto datang bersama dengan kedua kakak tingkatnya, mereka di buat khawatir dengan darah yang mengalir di tangan Jihan, responnya tidak jauh seperti Byounggon.
"hei, kau kenapa??" Haruto segera menghampiri Jihan.
"aku akan memanggil dok—"
"tidak perlu, dia sedang memanggil dokter," ucap Jihan dengan suara lemah.
Pintu kamar rawat terbuka ada seorang dokter perempuan dan Lee Byounggon, dokter itu langsung membersihkan darah yang keluar dari tangan Jihan.
"infusannya sudah hampir habis, kau tidak perlu di infus kembali," dokter itu beralih mengecek keadaan tubuh Jihan. "kau bisa pulang sekarang," ucapnya di akhiri senyuman yang begitu indah dan cantik.
Jihan menganggukan kepala dan tersenyum kepada dokter itu, "terima kasih, dokter sandara."
Jihan sudah kenal dengan dokter yang bernama Sandara bahkan bukan hanya dokter Sandara saja yang gadis itu kenal, beberapa dokter di rumah sakit yang telah merawat ibunya dia mengenalinya cukup baik, sebaliknya pun dengan dokter-dokter yang mengenal Jihan.
Dokter sandara meninggalkan ruang rawat Jihan, dan sekarang hanya terdapat Haruto, Byounggon, Hyunsuk dan Junkyu yang menatap gadis itu dengan dalam.
"ada apa?" tanya Jihan, sama sekali tidak takut dengan mereka.
"kau membuat kami khaw—"
"sudahlah Haruto, kau jangan banyak bicara!" potong Byounggon membuat Haruto terdiam.
Jihan, Hyunsuk dan Junkyu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Haruto setelah Byounggon mengomelinya, Haruto menekukan bibirnya ke bawah seperti anak kecil.
"terima kasih," ucap gadis itu sambil tersenyum keempat pria di sekitarnya.
"kau tidak ingin melihat ibumu?" tanya Hyunsuk tiba-tiba membuat Jihan menatap kearah Haruto dalam arti, kenapa kau memberitahu tentang ibuku?
-
Saat ini Jihan ada di kamar rawat ibunya namun tidak dengan Lee Byounggon, Choi Hyunsuk, Kim Junkyu dan Watanabe Haruto. Keempat pria itu menunggu di luar.
Haruto melihat Jihan yang mencium kening ibunya dari kaca pintu kamar rawat, rasanya Haruto sangat merindukan ibunya di Jepang.
Namun dari pagi sampai sekarang ponsel ibunya tidak dapat di hubungi dan Hanbin pun begitu. Entah kenapa hati kecil Haruto sedikit khawatir dan merasakan hal kejanggalan.
"Haruto, sepertinya kau menginap di apartemenku. Hanbin hyung dan June mengerjakan tugasnya dan ya...... Mereka akan pulang pagi."
Haruto membalikan tubuhnya, "loh? Kenapa dia tidak memberitahuku?" tanya Haruto kepada Byounggon.
"mungkin saja ponselnya mati—"
"tapi kenapa? Kenapa harus mati?" tanya Haruto lagi, dengan nada tingginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰
Fanfiction❝𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭�...