18. it's ok

2.1K 533 34
                                    

"Watanabe!" teriak Chenle yang ada di depan pintu kelas membuat semua menatap kearahnya lalu beralih kearah Haruto.

Saat Haruto beranjak dari duduknya Jihan pun ikut beranjak berniat mengikuti Haruto, mungkin ini masalah kemarin yang dengan bodohnya Haruto menyelamatkan Jihan dari kakak tingkatnya.

Guru yang sedang mengajar di dalam kelas tidak peduli saat Haruto di panggil oleh Chenle, padahal guru itu tau apa yang akan di lakukan seorang Zhong Chenle nantinya.

Ah, mungkin guru itu mencari aman dari pada dia di pecat karena menyelamatkan muridnya yang di bully oleh murid yang sangat berpengaruh untuk dana sekolah.

"Haruto, maafkan aku..." Jihan menundukkan kepala, namun kembali mengangkat kepalanya menatap wajah Haruto. "tidak, ini bukan salahku! Kau sendiri yang menaruh dirimu ke dalam urusan orang lain!"

Dengan bodohnya Haruto tersenyum menanggapi ucapan Jihan, pria itu terlihat sangat santai seperti nantinya tidak akan terjadi apa-apa. Padahal di dalam hati Haruto sangat takut, di tambah dia sangat membenci kekerasan seperti dia membenci ayahnya.

"Haruto..."

"kenapa?"

Saat hampir di gudang Haruto menghelakan nafasnya membuat Jihan menatap kearahnya, dan gadis itu dapat mengetahui bahwa saat ini Haruto sangat takut.

Tiba-tiba Jihan menggenggam tangan Haruto membuat Haruto menatap kearahnya dengan ekspresi wajah kebingungan, dengan cepat Jihan membawa Haruto lari menjauh dari gudang tersebut.

"Watanabe Haruto! Kim Jihan!" teriak Chenle.

Jihan tau sejauh apa dia lari pasti Chenle dan temannya dapat menemukan dia. Ya, Chenle hanya memerintahkan ke orang-orang dari ponselnya tanpa bersusah payah mengejar mereka.

"Jihan untuk apa kita lari? Dia tidak mengejar kita, dia hanya—"

"bodoh! Walaupun dia tidak mengejar kita, dia dengan mudahnya dapat menemukan kita, Haruto!" sahut Jihan dengan nafas yang tidak teratur karena berlari.

Jihan dapat merasakan tangan Haruto yang sangat dingin, dia pun menggenggam tangan Haruto dengan erat seperti memberikan kehangatan.

Di saat mereka lari menghindar dari Chenle tiba-tibanya Haruto menghentikan langkah kakinya membuat Jihan ikut berhenti. Jihan menatap Haruto, ekspresi wajah terlihat sangat panik dan ketakutan.

"lari tidak akan menyelesaikan masalah," ucap Haruto membuat Jihan terdiam. "mereka hanya memukuliku nantinya. Dan kau sebaiknya kembali ke kelas tidak perlu menemaniku. Hei, aku ini bukan pria lemah!"

Mendengar ucapan Haruto membuat Jihan mengeluarkan air mata, melihat gadis itu menangis membuat Haruto membulatkan matanya kemudian membungkukan tubuhnya menatap wajah Jihan.

"aku akan baik-baik saja," Haruto mengusap air mata Jihan dengan telapak tangannya yang cukup besar.

"pembohong! Bahkan wajahku merasakan dinginnya tanganmu karena kau takut, Haruto!"

Haruto tertawa melihat betapa khawatirnya gadis itu kepada dirinya, Haruto pun mengusap kepala Jihan kemudian kedua tangannya beralih memegang kedua pundak Jihan membuat gadis itu menatapnya.

"kau tidak perlu khawatir..."

Setelah itu Haruto berjalan untuk kembali menghampiri Chenle dan kakak tingkatnya yang ada di gudang, sedangkan Jihan kembali ke kelas hanya bisa duduk lemah di bangkunya dengan perasaan khawatir.

"Kim Jihan, kau tidak apa-apa?" tanya So Junghwan. Jihan hanya terdiam, bohong kalau gadis itu tidak apa-apa. Jihan benar-benar sangat khawatir dengan Haruto.

Jihan pun beralih menatap punggung Minjoo, karena perempuan itu dia membawa Haruto ke zona yang seharusnya tidak Haruto masuki.

Gadis itu beranjak dari duduknya, dia menghampiri Minjoo yang duduk di depan dekat meja guru. Jihan berdiri di depan Minjoo sambil mengepalkan telapak tangannya karena berusaha menahan amarah, sedangkan Minjoo hanya meliriknya sekilas.

"itu semua karena dirimu, Kim Minjoo!" teriak Jihan membuat semua menatap kearahnya.

Minjoo membulatkan kedua matanya kemudian kembali membaca buku yang sedang dia baca. Jujur Minjoo benar-benar sangat terkejut, untuk pertama kalinya dia melihat wajah Jihan yang terlihat penuh emosi.

"bodohnya aku kembali masuk ke dalam hidupmu!" sambungnya. Minjoo mengangkat kepalanya menatap wajah Jihan dengan senyuman remeh.

Plak! Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Minjoo. Teman kelas dan guru yang sedang mengajar pun membulatkan matanya, untuk pertama kalinya mereka melihat seorang Kim Jihan seperti itu.

Plak! Minjoo pun membalas tamparan Jihan, "aku tidak memintamu untuk masuk ke dalam hidupku!"

Bang Yedam yang duduk di samping kiri Minjoo mencoba untuk menenangkan Jihan dan Minjoo, Jeongwoo pun mencoba menarik tangan Jihan untuk kembali duduk di bangkunya, namun gadis itu masih berdiri menatap wajah Minjoo dengan penuh emosi.

Temannya yang lain hanya bisa menontoni tanpa berniat memisahkan Jihan dan Minjoo, bagi mereka seperti ini adalah hiburan. Sedang guru yang sedang mengajar tadi sudah tidak ada di kelas, ya guru itu kembali ke ruang guru.

"Jihan, sudah!" ucap Jeongwoo berusaha menenangkan gadis itu. Namun Jihan mendorongnya sampai terjatuh di lantai.

Plak! Jihan kembali menampar pipi Minjoo, gadis itu benar-benar sudah tidak bisa menahan emosinya. Wonyoung, Yujin, dan Chaewon benar-benar terkejut melihat gadis yang selama ini mereka kira lemah berubah jadi seperti monster.

"Jihan!! Kim Jihan!!" sebuah teriakan membuat semua mencari suara tersebut, ternyata Kim Junkyu.

Junkyu mencari sosok Jihan, dia sedikit terkejut melihat kondisi kelas yang begitu kacau. Setelah matanya menemukan gadis yang dia cari dengan cepat Junkyu menarik tangan Jihan membawanya keluar dari kelas.

"apa yang kau lakukan?" tanya Jihan, namun Junkyu tidak mau mendengarkannya. "lepaskan tanganku!"

Jihan berniat kembali masuk ke dalam kelas, kembali melimpahkan kekesalannya kepada Minjoo. Namun langkah kakinya terhentikan karena ucapan Junkyu.

"ibumu..."

"ibuku sudah bangun dari tidur panjangnya?" tanya Jihan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat bahagia, gadis itu kembali menghampiri Junkyu berdiri tepat di depannya. "cepat antar aku!"

Junkyu terdiam, tidak berbicara atau bergerak dari tempatnya berdiri. Jihan berusaha menarik tangan Junkyu namun tenaganya masih kalah dengan tenaga seorang pria yang bernama Kim Junkyu.

"jika kau tidak ingin mengantarku, aku akan pergi ke rumah sakit sendiri," dengan cepat Junkyu menahan tangan Jihan saat gadis itu ingin berlari.

"ibumu...." Junkyu menundukkan kepalanya tidak bisa menatap wajah Jihan, kemudian dengan tiba-tiba pria itu memeluk tubuh Jihan.

"kau kenapa?" Jihan berusaha melepaskan pelukan Junkyu, namun pria itu memeluknya dengan sangat erat. "ada apa? Apa yang terjadi dengan ibuku?"

Junkyu merasakan tubuh Jihan yang melemah, dia pun merasakan dadanya yang perlahan-lahan membasah karena sebuah air mata.

"apa yang kalian lakukan?!" teriak Haruto yang ada di belakang Jihan. Dengan cepat Haruto menarik tangan gadis itu membuat pelukan Junkyu terlepas.

Tangisan Jihan pun pecah saat dia melihat wajah Haruto yang babak belur dan penampilannya yang begitu berantakan. Haruto membawa Jihan ke dalam pelukannya, matanya menatap kearah Junkyu dengan ekspresi wajah seperti ingin membunuh.

Junkyu menundukkan kepalanya dan menghelakan nafasnya membuat Haruto mengkerutkan kening, Haruto merasakan sesuatu yang tidak enak.

"ibu mu sudah tiada, Kim Jihan."









extraordinary you

extraordinary you;𝘩𝘢𝘳𝘶𝘵𝘰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang