PART 4

1.2K 130 1
                                    

'Kringgg!! Kringgg!!'
Naya meraih jam beker diatas nakasnya lalu kembali mematikan alarm. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sebenarnya Naya sudah bangun sejak jam 4 pagi tadi. Naya sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa bangun sepagi itu. Yang jelas sejak semalam dirinya tidak tentram memikirkan seleksi anggota OSIS hari ini.

Semalam Elsa dan Nina sudah membombardirnya dengan menelepon Naya berkali kali. Mereka harus memastikan jika saat seleksi Naya harus berangkat. Untuk saat ini, Naya benar benar iri dengan Erlin yang pasti tidak akan ikut seleksi karena berhasil mengambil formulir itu dan membuangnya.

Sepuluh menit berlalu, tapi Naya enggan beranjak dari kasurnya. Ingin sekali hari ini dia tidak masuk sekolah. Tapi Naya sendiri tidak punya alasan yang tepat. Memilih alasan keluarga ? Jelas itu tak mungkin, karena Reza pasti masuk sekolah. Sakit ? Ah terlalu klise. Jelas jelas dari kemarin Naya sehat wal afiat. Ya walaupun sebenarnya pikirannya sedikit sakit karena beban seleksi OSIS itu.

Lagu 'Jennie- Solo' diponselnya berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk. Dengan malas Naya meraih ponselnya yang terletak disebelah jam bekernya. Naya mendengus kesal ketika dilayar ponselnya menunjukkan nama Nina. Jarinya lalu menggeser tombol hijau. Dan saat itu juga tanpa menunggu jawaban Naya, Nina sudah menceramahinya agar Naya segera bersiap siap.

"Pokoknya nanti gue jemput lo."

"Nggak perlu. Gue berangkat sendiri." Jawabnya singkat.

"Oke. Awas aja lo nggak berangkat."

Sambungannya diputuskan oleh Nina yang kemudian diikuti dengusan kasar dari Naya. Harusnya Naya yang marah karena Nina seenaknya mendaftarkan Naya diseleksi anggota OSIS itu. Dan seharusnya hari ini Naya tidak sepusing itu memikirkan seleksi yang menurutnya un-faedah.

Baru saja tangannya ingin meletakkan ponselnya kembali ke nakas, lagu 'Jennie-Solo' kembali berputar. Kali ini Elsa yang menelepon. Tapi langsung di-reject oleh Naya. Pasti Elsa akan berceramah panjang lebar seperti yang Nina lakukan tadi. Dan Naya tidak butuh itu.

Masih jam setengah 6 pagi. Naya kembali menarik selimutnya. Hari ini benar benar membuatnya malas. Kalau disuruh pilih antara seleksi OSIS atau bikin video buat youtube, Naya jelas memilih membuat video. Walaupun notabenenya seleksi OSIS itu hanya wawancara. Tapi apapun yang berbau OSIS sebisa mungkin Naya hindari.

"Naya bangun! Udah jam setengah 6. Buruan siap siap!" Teriak ibunya diluar kamar.

"Iya Naya udah bangun." Dengan berat hati, Naya akhirnya bangkit dari kasur empuknya. Lantas menyahut handuk yang tergntung dibelakang pintu.

Sebenarnya jarak sekolah dari rumahnya tidak terlalu jauh. Tapi perlu waktu ekstra untuk Naya bersiap siap. Karena walaupun keadaanya mendesak dan Naya sedamg malas sekalipun, dia tidak boleh melewatkan yang namanya dandan.

Jam 7 kurang 15 menit. Naya masih memoleskan bedak diwajahnya. Naya memang sengaja melakukan aktivitasnya sepelan mungkin, berharap agar dia bisa datang ke sekolah terlambat dan berharap Reza memahami keluhan hatinya. Walaupun itu sepertinya akan mustahil.

"Nay buruan! Kakak ada ulangan nih! Satu menit nggak keluar, kakak tinggal!" Teriak Reza dari meja makan, yang seketika semakin membuat mood Naya rusak.

Benar saja, bayangannya mustahil terjadi. Nyatanya semua ekspektasinya tidak sesuai realita. Ah, hari ini akan menjadi hari yang panjang buat Naya.

***

Naya turun dari motor kakaknya dengan wajah lesu. Tak seperti biasanya yang selalu terlihat sumringah. Bahkan dengan penampilannya dia tidak begitu memperhatikan. Biasanya begitu turun dari motor Naya akan beringsut merapikan kembali rambutnya dan merapikan make up-nya.

"Heh ngapain bengong mulu ? Masuk sana!" Titah Reza sembari mendorong tubuh Naya.

Didepan kelas sudah terlihat Elsa dan Nina yang menunggunya dengan raut wajah berseri seri. Didalam hatinya, Naya mencibir Nina. Setahunya Nina juga anti OSIS, tapi hari ini dia sepertinya antusias sekali.

"Heh diem diem bae lo Nay. Buruan, bentar lagi seleksinya mulai." Celoteh Nina heboh yang dihadiahi lirikan tajam oleh Naya.

"Ih serem amat lo deh Nay. Najong! Buruan gih taruh tas lo didalam." Timpal Elsa tak mau kalah.

"Kalian berdua tuh ya cerewet banget, bikin gue pusing! Gue ikut seleksi kalau Erlin juga ikut seleksi!"

Erlin yang tengah membuang sampah jajanannya seketika menoleh. "No no no. Formulir gue udah musnah." Jawab Erlin mengejek sambil menjulurkan lidahnya kearah Naya.

"Ah kelamaan lo Nay!" Nina yang sudah tidak sabar segera mengambil alih ransel Naya dan menitipkan pada siswa kelasnya yang lewat. Lantas Nina menyeret Naya menuju ruang OSIS diikuti Elsa.

***

Dijalan Aldi mengumpat kesal. Berkali kali tangannya memukul stang motornya. Jalanan hari ini benar benar membuat Aldi emosi sendiri. Pasalnya sedari tadi disetiap lampu lalu lintas Aldi selalu mendapati lampu merah. Padahal waktunya sudah mepet. Hari ini seleksi OSIS dan dia tidak boleh terlambat.

Begitu lampu merah berganti menjadi hijau, Aldi langsung menancapkan gasnya. Entah berapa cepat dia berkendara. Yang jelas hanya suara deru angin yang terdengar. Tidak peduli lagi dengan klakson klakson yang berbunyi dibelakangnya.

Beruntung sampai di sekolah gerbang belum ditutup. Sebenarnya hampir ditutup, telat sedikit saja dia tidak bisa masuk.

Usai memarkirkan motornya, Aldi berlari menuju ruang OSIS. Was was jika seleksinya sudah dimulai dan takut jika namanya dipanggil tapi dia sendiri tidak ada disana. Padahal seleksi dimulai pukul 07.15, dan sekarang masih jam 07.05. Tapi Aldi yang perfectionist itu tidak mau telat walau hanya beberapa menit.

Sesampainya di ruang OSIS, sudah banyak siswa yang berkerumun. Beberapa anggota OSIS juga sudah mulai menyiapkan beberapa peralatan.

"Pokoknya gue nggak mau tahu, gue mau balik ke kelas. Gue nggak mau ikut seleksi!"

"Eh enak aja. Lo jangan curang Nay!" Kata Nina sambil menahan lengan naya agar tidak kabur.

"Heh lepasin gue!" Naya mulai berontak. Tapi tenaganya kalah kuat dengan Nina dan Elsa yang kini menahan lengannya.

Dibelakangnya, Aldi kesal sendiri melihat dan juga mendengar keributan tiga cewek itu. Terutama cewek dengan rambut ponytail yang suaranya paling keras juga penampilan mukanya paling menonjol diantara yang lain, cewek yang Aldi yakini berada di ruang OSIS waktu beberapa hari yang lalu dia mengumpulkan formulir.

Tepat pukul 07.15 seleksi dimulai. Dua anggota OSIS yang ada didepan mulai memanggil peserta satu persatu lalu mempersilakan peserta memasuki ruangan seleksi.

"Lo nggak bisa kabur ya Nay." Ujar Elsa persis seperti penyihir jahat yang tengah menahan Naya.

"Gue pastiin lo yang dipanggil duluan." Timpal Nina tak mau kalah.

"Nggak bisa! Kalian yang bakal dipanggil duluan. Dan gue bakalan cabut dari sini! Lepasin ih, gue mau cabut!!" Teriak Naya, nadanya mulai meninggi.

"Nggak bisa!" Seru Elsa dan Nina bersamaan. Nadanya juga tak kalah tinggi, mengundang siswa siswa lain mengarahkan pandangannya pada mereka.

Begitu juga dengan Aldi. Mungkin tadi dia masih bisa sabar karena seleksi belum berlangsung. Tapi sekarang kesabarannya sudah habis dan seleksi sudah berlangsung. Dia tidak mau ambil resiko jika nanti ketika namanya dipanggil Aldi tidak mendengar dikarenakan keributan yang terjadi tepat didepannya.

"Kalian bisa diem nggak!" Ujarnya. Tidak keras tapi penuh penekanan. Sontak, baik Naya, Elsa maupun Nina menoleh ke belakang dan seketika mereka diam sembari memalingkan muka.

***
Tumben ya aku up pagi pagi gini hehe
Maklum persiapan mau pulkam😅
Ada nggak yg disini di perantauan trus lg pada pulkam ?
Semoga liburan kalian menyenangkan😊

Yuhuuu udah part 4 aja. Mohon dukungan dan doanya ya guys biar aku nggak gampang stuck hehe
Jangan lupa vommentnya ya supaya aku semangat nulisnya😄

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang