PART 9

921 114 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Naya masih berkutat dengan video tutorial make up diponselnya. Hingga petugas piket kelas hari ini selesai mengerjakan tugasnya, Naya masih tetap duduk santai dibangkunya.

"Nggak pulang ?" Tanya Devan yang baru saja selesai menaikkan bangku bangku.

"Ada tugas negara hehe."

"Oh kalau gitu nanti kursinya lo naikkin sendiri bisa kan ?" Naya mengangguk.

"Oke deh gue pulang dulu."

Naya hanya mengacungkan ibu jarinya. Kebiasaan bagi Naya hanya menjawab singkat ketika dia sedang asyik dengan tutorial make up diponselnya. Ditengah tengah video, ponselnya tiba tiba mati. Baterainya habis, dan Naya lupa tak membawa charger maupun powerbank.

"Ah pake abis lagi baterainya." Rutuk Naya sembari memasukkan ponselnya kedalam tas dan memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan basket.

Hari ini seperti perkataan Aldi kemarin, Naya akan menemaninya untuk hunting foto. Naya sendiri tidak tahu fotonya digunakan untuk apa. Yang jelas tugasnya hanyalah membuat pamflet dan selebaran untuk pemilihan ketua OSIS minggu depan.

Sebenarnya malas juga Naya menemani Aldi hunting foto. Dia sudah bisa membayangkan, pasti nanti suasananya bakalan canggung dan krik krik. Tapi setidaknya Naya masih punya hati nurani. Dipikirannya, nanti pasti juga butuh bantuan Aldi juga. Jadi tak ada salahnya kali ini dia berkorban sedikit.

***

'Cekrek'
Jari jari Aldi sudah mulai menari nari dikamera kesayangannya. Lensanya juga sudah tidak sabar memburu objek yang bagus.

Aldi suka membidik semua objek yang ada disekitarnya. Tapi dia sendiri tidak suka difoto. Bisa dihitung foto yang terdapat gambar dirinya. Bahkan itupun dia kadang membelakangi kamera, atau dirinya terlihat kecil. Dimedia sosialnya pun dia jarang mengunggah foto dirinya sendiri.

Dari kejauhan matanya menangkap Naya yang sedang menuju kearahnya. Lensa kameranya tanpa sadari ia arahkan kearah Naya yang sedang menguncir rambutnya. Dan 'cekrek', foto Naya terabadikan dalam kameranya

"Lama." Ujar Aldi begitu Naya sudah berada dibelakangnya.

"Lo bilang jam 2, sekarang kan baru jam 13.45. Bukan gue yang lama, lo nya aja yang terlalu rajin. Nggak sabar ketemu gue ya ?" Celoteh Naya.

Aldi hanya mengedikkan bahunya. Lantas bergegas mengambil ranselnya yang tergeletak dipinggir lapangan.

"Ayo."

"Kemana ?"

Aldi hanya mengarahkan pandangannya ke rooftop. Lalu berjalan mendahului Naya. Sedangkan Naya sendiri masih diam mematung. Sesungguhnya, Naya masih heran dengan Aldi yang sampai saat ini masih pelit bicara. Bahkan hanya untuk berkata rooftop saja hanya dijawab dengan pandangan matanya.

"Tunggu!" Naya berlari menyusul Aldi yang sudah jauh didepannya.

Nafasnya terengah engah. Bukan lebay, hal ini dikarenakan Naya yang memang jarang berolahraga. Dia hanya lari pagi saja setiap akhir pekan bersama Reza. Itupun tidak sepenuhnya dia lari. Paling hanya lima menit, setelah itu kebanyakan jalan kaki.

"Di." Tak ada sahutan. "Aldi." Masih hening, Aldi sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari kamera yang ada ditangannya dan asyik memotret apapun yang dia lalui.

"Aldi!" Kali ini intonasi Naya meninggi.

"Apa ?" Akhirnya Aldi menjawabnya, tapi pandangannya masih tertuju pada kameranya.

"Aldiiii!" Naya mulai kesal. Bahkan kamera yang merupakan benda mati pun sangat dianggap. Sedangkan Naya yang jelas jelas manusia, makhluk hidup, sama sekali tidak digubris.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang