PART 17

830 109 3
                                    

Teriakan ricuh membahana memenuhi lapangan basket SMA Dharmawangsa. Kesempatan 30 menit sebelum pelajaran dimulai usai senam pagi benar benar dimanfaatkan oleh salah satu siswa kelas dua belas yang kini tengah menyatakan cintanya pada gadis pujaannya tepat ditengah lapangan.

Tak tanggung tanggung, siswa kelas dua belas itu juga turut memanfaatkan pengeras suara yang digunakan sehabis senam tadi. Suara suara histeris siswa lainnya makin menggema ketika sang cewek itu menerima cintanya. Keadaan makin riuh lagi ketika si cowok tiba tiba memeluk cewek yang kini menjadi kekasihnya itu.

Banyak yang tertarik dengan kejadian langka itu, tapi tak sedikit juga yang terang terangan mencibir. Bagi mereka yang turut menyumbangkan suara teriakannya dengan sia sia itu melihat kejadian ini merupakan hal yang sangat spektakuler, romantis, dan bikin baper. Tapi berbeda dengan mereka yang hanya acuh dengan kejadian itu, menganggap bahwa hal itu sangat memalukan.

Mungkin Aldi salah satu orang yang berada dalam golongan kedua itu. Acuh. Melihatnya tak beda dengan melihat drama kacangan yang tayang diTV. Membosankan dan terlalu norak menurutnya. Maka dari itu, sejak tadi Aldi hanya berdiam diri di kelas dengan earphone yang tersumpal ditelinganya lengkap dengan buku 'History of Java'-nya.

Alunan lagu dari daftar putar favoritnya berhenti mengalun. Reflek Aldi menutup bukunya dan mengambil alih ponselnya. Masih ada 20 menit tersisa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Aldi melepas earphone-nya dan meletakkannya asal diatas mejanya. Kepalanya mendongak melihat keluar jendela. Keadaan sudah stabil setelah adegan ricuh tadi. Kemudian Aldi beranjak dari duduknya dan berjalan menuju rooftop.

"Hai my hunny bunny swetie!!" Teriak Kiki yang tiba tiba saja muncul didepan pintu kelas Aldi. Sontak membuat Aldi memundurkan kembali langkahnya.

"Lama nggak ketemu. Nggak kangen aku ?" Tanya Kiki dengan nada yang dibuat buat seperti anak kecil. Tapi tak ada respon dari Aldi. Aldi justru melangkahkan kakinya tapi pintu sudah lebih dulu dihalangi oleh tubuh Kiki.

"Minggir. Gue ada urusan!" Ujar Aldi ketus. Tapi sepertinya cewek dengan wajah kecil itu tidak peduli. Kepalanya menoleh ke belakang kearah lapangan basket yang tadi sempat dijadikan tampungan massa. Senyumnya mengembang ketika petugas sekolahnya belum membereskan pengeras suara ditengah lapangan.

Dengan cepat, Kiki menyambar tangan Aldi dan menyeretnya paksa ke tengah lapangan. Tangan kirinya dengan gesit mengambil pengeras suara kemudian suara khasnya mulai menggema dan kembali menarik perhatian siswa lain. Apalagi ketika mereka menyadari bahwa disamping cewek bertubuh kurus dengan rambut keritingnya itu adalah Aldi.

"Gue juga nggak mau kalah sama Kak Putra tadi. Gue juga bisa dan gue yakin ini bakalan lebih spektakuler dari adegan Kak Putra dan Kak Anggi." Teriakan Kiki itu sukses menggiring siswa yang sudah berada di kelasnya kembali merapat ke tengah lapangan.

Disisi lain, Aldi mulai berontak. Tapi masih bisa Kiki tahan karena Aldi tidak memberontak dengan brutal. Aldi juga melontarkan cacian, ancaman, dan bahkan umpatan untuk Kiki tapi tidak digubris oleh cewek yang jadi kakak kelas satu tingkat diatasnya.

Kini kondisi lapangan sudah kembali ramai. Teriakan nama Aldi dari cewek cewek yang melihatnya juga saling bersahutan. Senyum Kiki mengembang. Berbeda dengan Aldi yang benar benar tengah bersusah payah menahan emosinya agar tidak meluap.

"Hai guys. Hari ini gue mau kasih pengumuman maha penting. Kalian pasti udah nggak asing dengan cowok disebelah gue. Yap, Reynaldi Chandrawira ini adalah milik gue seorang. Milik Rizky Sonya Nasution. Jadi jangan ada lagi yang berani deketin cowok gue!"

"Huuuuu!!" Lapangan kembali ricuh dengan teriakan terutama teriakan siswi yang tidak rela Aldi dengan Kiki.

"Heh! Buktiin kalau si Aldi emang benar benar milik lo!" Teriak salah seorang siswi satu angkatan dengan Kiki yang diikuti dengan teriakan setuju oleh siswa lain.

Kiki meletakkan pengeras suaranya. Kemudian tubuhnya berbalik mengahadap Aldi. Raut wajah Aldi yang sebenarnya sudah berubah menjadi mengerikan itu sama sekali tak membuat Kiki merasa takut. Justru cewek itu makin menjadi jadi.

Tangan kecilnya memegang kedua bahu Aldi. Matanya diarahkan tepat ke manik tajam mata Aldi.

"Saatnya aku buktiin ke kamu babe bahkan ke semua orang yang ada disini."

"Cukup!" Desis Aldi yang diikuti dengan kedua tangannya yang mengepal.

Wajah Kiki mulai mendekat ke wajah Aldi. Pekikan tertahan siswa lain yang melihat pun juga terdengar. Apalagi didalam hati siswi siswi yang menonton jelas sangat tidak terima.

"Pergi jauh jauh dari gue!" Kesabaran Aldi sudah habis. Amarahnya sudah berada diubun ubunnya. Tangannya mendorong kasar tubuh Kiki hingga tubuh mungilnya tersungkur. Tanpa berkata kata lagi, Aldi meninggalkan Kiki yang kini tengah meringis kesakitan sembari meneriakkan namanya berkali kali. Kerumunan yang tercipta pun perlahan bubar diiringi derai tawa siapa saja yang melihat kejadian ini.

***

Kakinya sudah menginjak beton rooftop. Matanya menangkap jelas sosok gadis dengan rambut kuncir kudanya. Kakinya kembali melangkag menghampiri lalu duduk bersila disamping gadis itu.

"Ternyata lo baca." Kata kata itu yang langsung meluncur dari mulut Aldi.

"Tapi gue bukan orang primitif ya. Gue punya HP. Nggak usah surat suratan. Lo bukan Dilan dan gue bukan Milea." Dengus Naya yang kemudian diikuti kikikan Aldi yang membuat Naya seketika menoleh.

"Tapi gue yakin kemarin lo lupa bawa HP."

Tapi memang benar sih jika Naya kelupaan membawa ponselnya kemarin. Ah ya, Naya baru sadar. Baru tahu jika Aldi mengirimkannya surat karena ponselnya tertinggal. Karena sepulang sekolah kemarin, ada pesan dari Aldi ketika Naya mengecek ponselnya.

"Apaan ? Udah mau bel."

"Gue mau tanya."

"Gue jawab."

"Kenapa dengan lo kemarin ?" Tanya Aldi to the point.

Jujur, Naya enggan sekali memaparkannya. Selain karena ini masalah krusial cewek, Naya juga bingung harus menjelaskannya dari mana. Lagian jika Naya menjelaskan pun pasti membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Sedangkan lima menit lagi bel masuk berbunyi. Dan naya tidak ingin kena sanksi akibat telat masuk gara gara hal sepele.

"Kepo. Udahlah gue mau balik ke kelas. Udah mau bel." Naya bangkit berdiri.

"Enak banget lo pergi gitu aja. Sedangkan gue butuh perjuangan buat sampai sini." Ujar Aldi lirih tapi masih bisa Naya dengar.

"Heh ini bukan masa penjajahan tolol! Lagian sejak kapan lo jadi alay gitu. Ohh jangan jangan lo tadi nonton orang yang nembak cewek di lapangan basket kayak yang dibilang Nina ya makanya lo jadi alay ?"

"Lebih tepatnya habis acara kacangan itu, gue yang jadi korban kedua."

Naya tertawa terbahak bahak mendengar penuturan Aldi tadi yang menceritakan tentang Kiki yang memaksanya berada ditengah lapangan dan lain lainnya.

"Nggak lihat cowok nembak cewek live di lapangan basket sih gue nggak nyesel. Tapi gue nyesel kenapa nggak lihat lo yang hampir dicipok cabe cabean ditengah lapangan." Cibir Naya disusul dengan tawa nyaringnya kemudian cewek itu melenggang pergi.

Pergi meninggalkan Aldi yang masih duduk termenung dengan senyum yang mengembang mengiringi tubuh Naya yang mulai menjauh.

***

Huuu syedihhhh aku tu telat post. Udah gitu telatnya pake bangetttt😣. Harap maklum ya kawan kawan. Soalnya jadwal juga oadet bgt bgt bgt. Banyak urusan sana sini.

Beneran, sampe kelupaan kalau ada project nyelesaiin cerita ini.
Semoga part ini menghibur kalian yaaaa😘😘😘

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang