PART 7

971 116 1
                                    

Bukan seragamnya yang Naya sesali saat ini. Tapi bedaknya. Dulu Naya rela tidak jajan dan menabung semua uang sakunya untuk membeli bedaknya sekarang. Dan kini bedak kesayangannya itu jatuh hingga pecah berkeping keping. Udah gitu masih tercampur dengan kuah soto tadi.

Sejenak dipandangnya uang lima puluh ribu yang Aldi beri. Dalam hati Naya berdecih. Uang segitu belum ada apa apanya dibanding harga bedaknya. Dengan berat hati, Naya kembali memungut semua isi pouchnya yang tumpah ruah termasuk bedaknya yang pecah tadi.

Gerakan tangannya terkunci ketika ada sepasang kaki yang berhenti dihadapannya. Bukan sepatu Aldi yang jelas, dan itu juga bukan sepatu cowok. Apakah Elsa ? Nina ? Atau Erlin ?

"Gue suka drama lo."

Naya mendongak dan mendapati kakak kelas yang sudah tidak asing lagi baginya. Si kakak kelas ganjen yang suka genit ke adik kelas terutama Aldi.

"Tapi drama lo kurang receh." Katanya sambil melipat kedua tangannya dan menyunggingkan senyum miring dibibir merahnya.

"Maksud kakak ?"

Kiki menghela nafas kesal. "Drama lo terlalu kacangan buat narik perhatian Aldi. Dan gue mau pesen sama lo. Kalau sekolah tuh bawa buku, bukannya bawa make up. Mau mangkal ?" Selepas mengatakan itu Kiki langsung meninggalkan Naya.

Dalam hati, Naya ingin sekali memaki Kiki. Sok sok bilang sekolah nggak boleh bawa make up. Memangnya dia sendiri nggak bawa make up ?

Naya lantas kembali berdiri dan kembali lagi menuju kelasnya. Sekarang makanan di kantin sudah tidak menarik lagi untuknya. Lagipula, tidak mungkin juga Naya makan dengan keadaan seragamnya yang basah dan kotor ditambah bau soto yang belum juga hilang.

***

Naya melangkah gontai menuju kamarnya. Tragedi bedaknya tadi masih membayangi pikirannya. Tubuhnya meluruh disofa ruang keluarga.

Percuma saja dia bercerita panjang lebar ke teman temannya tadi. Mereka bahkan tidak bisa membantu atau memberi solusi. Hanya kehebohan yang keluar dari mulut mereka yang membuat Naya semakin bete.

"Kenapa Nay mukanya ditekuk gitu ? Terus itu seragamnya kenapa ?" Tanya ibunya yang datang dari dapur sembari membawa secangkir teh.

"Bedak Naya Bu."

"Loh kok bedak ? Kan seragam kamu yang bermasalah."

"Iya Bu. Tapi bedak Naya lebih bermasalah. Bedak Naya udah almarhum."

"Yaudah itu seragam langsung dicuci. Kalau bedaknya udah almarhum ya tinggal beli lagi lah."Balas ibunya enteng sambil menyeruput teh dicangkirnya sambil menyimak acara infotaiment di TV.

"Bu itu tuh bedak naya yang MAC Studio Fix Powder."

"Ya terus apa masalahnya kalau bedaknya MAC ?"

"Ya masalahnya harga lah bu. Ihh ibu mah nggak paham make up." Naya melipat kedua tangannya sambil mengerucutkan bibirnya kesal. Dari tadi Naya bercerita berharap mendapat pencerahan, tapi ternyata hasilnya sama saja.

'Tinggg'
Naya merogoh totebagnya lalu memeriksa ponselnya.

Diberitahukan kepada seluruh anggota OSIS periode lama dan baru, bahwa besok Rabu, 31 Oktober 2018. Pukul 08.00 WIB. Diharapkan kedatangannya guna membahas kepengurusan OSIS periode baru. Terimakasih.

Kalau saja rumahnya ada dihutan, Naya akan teriak sekarang juga.

***

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, tapi Aldi masih berkutat dengan catatan sejarahnya. Dari kecil Aldi memang menyukai mata pelajaran sejarah, jadi maklum jika dia tidak ingin kekurangan catatan untuk mapel satu itu.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang