PART 20

827 113 3
                                    

Sejak kemunculan Diana beberapa menit yang lalu, suasane benar benar hening. Hanya terdengar suara AC dan sesekali suara mouse. Seperti biasa, Aldi lah yang harus turun tangan untuk menyempurnakan spanduk dan brosurnya. Sedangkan Naya hanya duduk dengan tangan terlipat tanpa melakukan aktivitas lain. Tadi sih cuma memilih beberapa foto saja yang dikiranya cocok. Setelah itu Naya lebih dipercaya untuk duduk diam dan menyaksikan. Toh percuma juga Naya turun tangan, sedangkan dia sendiri tetap tidak mengerti dengan hal hal begituan.

Sesekali Naya menjulingkan matanya, jengah melihat Diana yang berasa sok pintar. Seperti tadi, mereka berdua terlibat perdebatan sengit. Hanya karena Aldi yang mengerjakan semuanya menjadi senjata Diana untuk menyindir Naya. Dan Naya tak suka itu. Akhirnya Naya memilih bungkam seperti sekarang ini.

"Sini biar gue cetak sekalian aja." Ujar Diana setelah Aldi menyelesaikan projectnya.

"Eh lo nggak usah main sabotase kerjaan orang deh." Sahut Naya yang sudah tidak tahan dengan tingkah Diana yang kelewatan.

Sudah tahu itu kerjaan Naya, main sabotase. Naya rasa ini adalah salah satu trik Diana untuk menjatuhkan dirinya. Dengan dia mengerjakan kerjaan Naya, mungkin Diana bisa mencari muka dengan Gading dan pengurus lainnya kemudian menyusun hoax dan mengatakan jika Naya tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.

"Sabotase gimana? Cetak brosur dan spanduk kan juga rinciannya harus gue tahu buat laporan ke bendahara." Balas Diana tak kalah sengit.

Lain halnya dengan dua orang gadis yang sedang berdebat, Aldi memilih untuk acuh. Dengan santainya Aldi membereskan barang barang miliknya, kemudian keluar tanpa kedua cewek itu ketahui.

"Nggak usah sok tahu deh lo. Habis jadi tuh nggak langsung dicetak, gue harus konsul dulu ke Gading. Lagian bukan bagian lo main serobot aja." Pungkas Naya, kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Diana yang setengah mati menahan emosi.

***

Sepanjang koridor, Naya hanya mendumel tanpa berhenti. Sekali kali pandanganya beralih ke ponselnya. Karena pulang lambat mau tak mau Naya harus memesan ojek online, karena Reza pasti sudah pulang, dan mustahil untuk Reza kembali lagi ke sekolah hanya untuk menjemput Naya.

Lelah seharian harus memutar otak, ditambah lagi kejadian beberapa menit yang lalu membuat Naya melangkah gontai menuju halte. Sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang masih setia nongkrong di warteg depan sekolah. Angkot angkot pun sudah jarang berlalu lalang. Naya kemudian mengeluarkan kembali ponselnya. Pukul 5 sore, pantas saja kendaraan sudah mulai sepi.

Naya bersyukur karena beberapa menit kemudian ojek onlinenya datang. Setidaknya dia tidak kena godaan anak anak nakal yang nongkrong di warteg itu.

From: Reza
Ada temen kamu nih. Buruan pulang

Teman? Perasaan Naya tidak membuat janji dengan teman temannya. Naya mengedikkan bahunya tak berniat untuk membalas pesan kakaknya. Paling juga Nina, Elsa, dan Erlin yang datang. Mereka kan pernah bilang pengin minta stok drakor terbaru Naya. Mungkin mereka lagi nggak ada kerjaan juga jadi sekalian main ke rumah.

"Makasih ya pak." Ucap Naya setelah mengulurkan ongkos ke driver-nya.

"Loh kok ada motor Aldi?"

Buru buru Naya masuk kedalam. Dan benar adanya, sudah ada Aldi yang sedang berbincang bincang dengan ayahnya. Yang Naya lihat, mereka berdua terlihat akrab sekali. Padahal kan ini pertama kali ayahnya bertemu dengan Aldi.

"Ngapain lo kesini?" Suara Naya seketika menghentikan percakapan Teguh dan Aldi.

"Nggak boleh gitu Nay sama tamu. Lagian dia kan teman kamu. Udah sana kamu ganti dulu, kasihan Aldi nunggu lama."

Mau tak mau Naya akhirnya menuruti kata ayahnya. Sengaja Naya berjalan pelan dan mengulur waktu. Dengan begitu, Aldi akan bosan dan kemudian berpamitan. Jadi Naya tidak perlu repot repot menemui Aldi.

Untuk mengulur waktu lebih lama lagi, Naya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Naya yakin Aldi pasti bakalan pamit pulang, karena kalau Naya mandi lamanya minta ampun. Belum lagi dandannya yang juga memakan waktu lama. Tanpa sadar Naya tertawa geli membayangkan ekspresi Aldi.

"Mampus lo hahahaha."

Belum puas dengan kesenangannya, suara Wulan sudah menginterupsi agar Naya segera keluar. Padahal ganti saja belum, mandi saja belum, dan rencanya kan belum berjalan. Naya berdecak kesal. Akhirnya Naya mengalah. Lagian Naya juga tidak ingin jadi anak durhaka yang menentang orang tuanya. Padahal dalam hati Naya kesel banget sama ibunya yang menggagalkan rencananya.

"Kamu ngapain aja sih di kamar?" Tanya Wulan heran saat Naya keluar dari kamarnya.

"Ya ganti lah bu."

"Yaudah, nih bawa buat teman kamu." Wulan mulai menata teh dan beberapa camilan dibaki. Kalau sudah begini, Naya hanya bisa pasrah. Kalau tidak, Wulan bisa ngomel panjang lebar kali tinggi. Habis itu kesalahan Naya yang dulu dulu jadi diungkit. Dan Naya sedang malas mendengarkan omelan ibunya, jadi lebih baik dia menurut.

"Nih buat lo."

Naya tidak peduli dia akan dicap tuan rumah yang tidak baik, atau cewek jutek, dan lain sebagainya. Yang Naya rasakan saat itu adalah kesal kesal dan kesal. Padahal sebenarnya Aldi tidak membuat salah. Hanya kemarin saja sempat membuatnya kesal. Tapi entah kenapa Naya benar benar kesal ketika melihat Aldi. Rasanya seperti dia melihat Diana.

"Ngapain kesini?"

Aldi tidak menjawab. Tapi dia terlihat sedang mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. Kemudian meletakkannya diatas meja dan disodorkan tepat dihadapan Naya. Tangan Naya langsung menyambar benda itu. Hampir saja bedak kesayangan yang baru beberapa hari dia beli hilang. Tapi bagaimana bisa bedak itu bisa ditangan Aldi?

"Kok bisa ada di lo?"

"Dimana mana kalau udah ditolong itu bilang makasih." Balas Aldi sembari meminum teh yang dihidangkan untuknya.

"Dimana mana kalau orang ngerusakin barang orang lain itu harus tanggung jawab." Balas Naya tak kalah sengit. Naya masih ingat betul ketika bedaknya jadi pecah gara gara Aldi dan cowok itu hanya mengganti dengan uang 50 ribu. Padahal harga bedaknya setengah juta sendiri.

"Gue ngrusak apa?"

"Lupa ya, lo pernah pecahin bedak gue?!"

"Tapi gue bertanggung jawab."

"Bertanggung jawab apanya. Lo cuma ganti 50 ribu. Padahal harga bedak gue 500 ribu."

"Tapi gue banyak berjasa buat lo."

"Nggak usah ke-PD-an deh lo."

Kemudian perdebatan tadi terus berlanjut hingga suara Wulan kembali terdengar. Dan dalam kurun waktu satu detik Naya seperti tersengat listrik.

"Buruan Nay ajak teman kamu makan malam. Ini udah ibu siapin."

Mampus. Jika sudah seperti itu sudah tidak ada penolakan. Naya hanya bisa kembali pasrah dan menurut. Tapi makan malam dengan Aldi juga bukan hal yang bagus. Bisa bisa Naya kembali jadi bahan bully-an keluarganya.

"Ihh kok lo diem aja sih. Tolak kek." Maki Naya yang hanya dibalas kekehan oleh Aldi.

***

Yeayyy up lagiiiiii😃😃
Seneng batz aku tuuuu. Semoga kerajinan ini terus berkelanjutan biar ceritanya cepet selesaiii dan bisa up cerita baru haha😁

Enjoy yaaa😉
Jan lupa vommentnya, biar makin semangat😊

Lup yu alll😘😘💖💖

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang