PART 21

839 102 1
                                    

Hari ini Naya jatuh sakit. Gara gara terlalu sering begadang dan melakukan aktivitas ekstra dikeesokan harinya. Dan sekarang hanya bisa bergelung dengan selimutnya. Memejamkan mata, makan, minum obat, tidur lagi. Kira kira seperti itu siklusnya.

Alih alih sakit, Naya justru bersyukur karena dia bisa menghindar dari rapat OSIS hari ini. Dua hari lalu, Gading memberitahu lewat grup whatsapp jika hari ini akan diadakan rapat untuk membahas kesiapan dalam menghadapi acara ulang tahun sekolah. Dan seharusnya dirapat kali ini Naya mempresentasikan brosur dan spanduk yang dibuatnya bersama Aldi. Karena Naya tidak bisa hadir, jadilah Aldi yang menggantikan Naya.

Bosan hanya tiduran dan berguling dengan selimut, Naya bangkit mengambil laptopnya. Seperti kebiasaannya, jika sedang bosan drama korea lah yang jadi pelarian. Untungnya beberapa hari yang lalu Naya sudah nyetok banyak.

"Nay, ada teman kamu nih." Panggil ibunya dari luar pintu kamar.

"Suruh masuk sini aja bu." Jawab Naya tanpa mengalihkan pandangan. Paling juga tiga teman cewek rempongnya yang datang.

Selang beberapa saat, terdengar pintu kamarnya diketuk. Tumben teman temannya ketuk pintu. Biasanya main serobot masuk, terus langsung nelosor dikasurnya.

"Masuk aja nggak dikunci. Lagian biasanya juga nggak pakai ketuk pintu."

Walaupun asyik dengan laptopnya, tapi Naya masih bisa mendengar suara langkah kaki dan suara plastik yang mungkin dibawa serta. Tapi kalau teman temannya kenapa suara langkah kakinya tidak seramai biasanya? Sudah begitu tidak ada suara histeris teman temannya. Otomatis Naya menoleh dan terkejut mendapati Aldi yang kini tengah meletakkan parsel buah dimeja make up-nya.

"Kok lo.. ngapain lo kesini?" Heran betul. Ternyata dugaannya salah. Bukan Nina, Elsa, ataupun Erlin. Tapi ini Aldi. Seorang Aldi menjenguk Naya. Mimpi apa Naya semalam.

"Oh jadi lo beralasan sakit supaya lo nggak ikut rapat?"

Memang ya, Aldi tetaplah Aldi. Kalau sehari aja nggak keluar kata kata pedas bukan Aldi namanya. Suka heran Naya sama dia. Nengokin orang sakit bukannya ucapin semoga lekas sembuh, ini justru nuduh yang enggak enggak.

"Mulut terkutuk lo!"

Aldi menaikkan alisnya, "Kalau lo sakit, ngapain lo nonton drakor. Bukannya istirahat. Jangan jangan lo begadang buat nonton drakor terus lo lupa waktu."

"Terserah lo mau bilang apa." Naya kemudian bangkit menuju meja riasnya. Parsel buah yang dibawa Aldi benar benar menggoda. Kebetulan dari tadi Naya tidak nafsu makan. Mungkin buah bisa sedikit membantu mengembalikan nafsu makannya.

"Eh ngapain comot comot?!" Aldi menepis tangan Naya yang hendak mengambil parsel yang dibawanya tadi.

"Loh bukannya lo bawa buat gue?"

"Nggak usah GR lo." Kemudian Aldi membuka ranselnya dan mengeluarkan flashdisk miliknya. "Nah ini baru buat lo."

Naya menerima flashdisk itu dengan raut kebingungan. Dimana mana orang sakit itu dibelikan obat bukan flashdisk.

"Brosur dan spanduknya udah diacc sama Gading. Tugas lo, nyetak dan lapor lapor ke sekretaris sama bendahara."

Baru kali ini ada orang sakit bukannya disuruh istirahat malah dibebani dengan tugas. Sepertinya badan Naya yang memang panas suhunya tambah naik. Makhluk didepannya ini memang selalu bisa bikin Naya kesal.

"Oh ya, semuanya harus jadi lusa. Gue pulang."

Sumpah, rasanya pengin banget Naya cabik cabik mulut cowok itu. Tapi apa daya tubuhnya yang mendadak seperti tidak bisa digerakkan, dan hanya mampu melihat punggung Aldi yang mulai menghilang.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang