PART 16

838 96 0
                                    

Tidak peduli lagi dengan kamarnya yang masih berantakan. Selimut dan sprei yang masih tergulung, handuk yang tegeletak mengenaskan dilantai, dan juga meja riasnya ya dipenuhi oleh make up yang tidak beraturan. Buru buru Naya meraih tasnya dan memasukkan pouch berisi seperangkat alat make up-nya, kemudian bergegas turun menuju meja makan.

Cepat cepat Naya menyambar roti bakar yang baru saja disajikan oleh Wulan. Dengan gigitan besar besar, Naya menghabiskan roti itu. Wulan dan Teguh hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Naya. Memang tadi Naya bangun terlambat dari biasanya. Suara alarm ponsel maupun jam bekernya sama sekali tak ia dengar. Jangan salahkan Naya. Salahkan saja Diana yang membuat Naya kesal hingga sulit tidur.

"Ka Reza mana Yah ?" Tanya Naya setelah menenggak habis susu coklatnya.

"Udah berangkat sepuluh menit yang lalu. Kamu sih lama." Jawab ayahnya yang kini beranjak dari meja makan.

"Itu loh Nay udah ada yang nungguin dari tadi didepan." Ujar ibunya sambil membereskan piring dan gelas dimeja makan. Tanpa basa basi, Naya segera menyalami ibunya juga ayahnya kemudian berlari keluar.

Naya menjulingkan matanya jengah ketika mendapati Aldi lah yang menunggu dengan motor hitam didepan rumahnya. Bukan hal yang asing sebenarnya. Tapi melihat Aldi jadi teringat kejadian semalam dengan Diana yang cukup membuatnya kesal.

Aldi membunyikan klakson motornya melihat Naya yang masih bergeming didepan pintu. Tapi Naya seolah tak mempedulikan bunyi klakson itu. Bukannya berjalan menghampiri Aldi, Naya justru berjalan menuju halte didekat gang masuk perumahannya.

Aldi mendengus kesal. Cepat cepat ia menyalakan motornya kemudian menyusul Naya yang sudah berada beberapa meter didepannya. Tangan kirinya mencekal bahu Naya berbarengan dengan tangan kanan juga kakinya yang menekan rem.

"Buruan naik." Titah Aldi, tapi Naya hanya menatap Aldi sinis.

"Lo kenapa sih ?! Lo nggak sadar ini udah jam berapa ?!" Ujar Aldi mulai kesal.

"Gue sadar banget kok. Jam 06.47. Kenapa ?" Jawab Naya sarkas.

Aldi membuang nafasnya kesal. Ada apa dengan cewek didepannya itu ? "Cepetan naik!"

"Gue bisa berangkat sendiri! Mending lo urusin cewek lo yang sok tahu itu!"

Naya baru saja akan melangkahkan kakinya, tapi urung karena Aldi lebih dulu menarik tubuhnya dan kemudian memaksa Naya untuk segera naik keboncengannya. Ingin berontak juga percuma saja bagi Naya. Raut wajah Aldi sekarang lebih mirip dengan monster berdarah dingin yang membuat nyalinya ciut. Dan didalam hati kecilnya, Naya juga menyadari jika dia tidak mungkin sampai di sekolah tepat waktu jika dia harus berangkat sendiri dengan angkutan umum.

Kejadian beberapa minggu lalu kembali terulang. Aldi melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata rata. Jantung Naya mulai berdebar. Telinganya hanya mendengar deru angin karena kecepatan laju motor Aldi.

"Turunin laju motor lo atau turunin gue sekarang!" Teriak Naya histeris.

Kali ini Aldi kembali tak menghiraukan perintah Naya, buakn karena Aldi emosi, melainkan waktu yang terus berjalan dan hanya menyisakan waktu lima menit untuk sampai di sekolahnya. Tangan Aldi kemudian meraih tangan Naya yang berpegangan pada ranselnya dan diarahkan untuk berpegangan pada pinggangnya. Dari kaca spion motornya bisa Aldi lihat raut ketakutan yang sama seperti kejadian serupa beberapa minggu lalu. Dengan reflek, tangan kirinya mengeratkan pegangan tangan Naya dan menahannya.

***

Jemari jemari kecilnya dengan lincah membubuhkan beberapa produk make up yang dibawanya tadi. Telat bukan jadi alasan untuk tidak dandan bagi Naya. Walaupun tadi sempat ada drama pagi pagi dengan Aldi. Tapi make up tetap harus on point.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang