PART 34

799 94 18
                                    

Kini Naya berakhir dimobil Aldi, setelah tadi ketiga temannya tiba-tiba kompak untuk meninggalkan Naya seorang diri. Naya tahu persis apa sebabnya. Walaupun dalam hati, secara gamblang Naya menginginkannya juga. Tapi tetap saja, terjebak bersama manusia batu dibalik kemudi itu membuatnya jadi canggung. Apalagi setelah rentetan kejadian yang terjadi diluar kendali.

Sekali-sekali, Naya mengalihkan pandangannya pada Aldi yang masih fokus dengan kemudinya. Sekalipun ada suara musik dari speaker mobil, tapi ekspresi cowok itu tetap saja datar. Tidak ada suara siulan, gumaman mengikuti lagu, atau gerakan reflek tubuhnya.

Harus Naya akui, Aldi terlihat sangat menawan malam ini. Apalagi dengan pakaian formal yang membalut tubuhnya. Baru kali ini Naya melihat Aldi berpenampilan seperti itu. Biasanya cowok itu hanya berpakaian casual. Celana jeans, kaos dan kemeja flanel.

Melihat Aldi seperti itu, Naya jadi membayangkan acara nanti. Pasti akan ada banyak cowok keren.

Tetapi yang membuat bingung sekarang, bagaimana Aldi bisa menjemputnya? Padahal Naya sama sekali tidak pernah memintanya untuk menjemput.

"Oh ya, btw lo jemput gue disuruh siapa? Perasaan gue nggak pernah minta jemput deh." Ujar Naya membuka pembicaraan setelah sekian menit keadaan hening.

"Reza."

Alis Naya bertaut. Kenapa bisa sampai Reza? Iya sih, dulu juga Reza pernah meminta Aldi menjemputnya waktu itu. Tapi setelahnya, Reza tidak pernah berhubungan dengan Aldi setahu Naya. Dan belakangan ini juga tidak ada gelagat yang menunjukkan kakaknya dan Aldi sedang bersekongkol.

"Kok bisa?"

"Karena kakak lo takut, lo bakal jadi cabe-cabean kalau bareng tiga temen lo itu." Jawab Aldi santai tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Cabe? Apa penampilannya malam ini seperti cabe-cabean? Naya tidak terima. Dia sudah susah payah berpenampilan seperti ini. Naya bahkan rela merogoh koceknya untuk membeli barang-barang yang menunjang penampilannya malam ini.

Selain itu, Naya juga menghabiskan waktu berjam-jam untuk tampil mempesona. Bahkan jauh-jauh hari sebelumnya, Naya mempraktekkan 10 step skincare ala korea.

"Jadi lo samain gue sama temen-temen gue kayak cabe-cabean?" Nada suara Naya mulai meninggi. Dia paling tidak suka jika tampilannya diprotes. Mereka tidak tahu saja susah dan letak keindahannya dimana.

"Kok gue? Kan yang bilang kakak lo. Ya walaupun harus gue akui ucapan kakak lo ada benarnya."

Nafas Naya memburu. Berada didalam mobil hanya bersama dengan Aldi nyatanya tetap membuat dia naik darah. Yang namanya Aldi, ya tetap Aldi. Satu paket dengan mulutnya yang selalu menyediakan kata-kata pedas.

"Nay, jangan sampai diri lo hilang dengan semua make up lo itu." Ujar Aldi dengan intonasi yang merendah. Mendengar itu, Naya menatap Aldi lekat-lekat. Sorot matanya menuntut jawaban dari maksud kalimat yang baru saja Aldi lontarkan.

Disamping membuat naik pitam ketika bersama Aldi, ternyata cowok itu juga sanggup membuat Naya menjadi kebingungan. Kata-kata cowok itu susah dicerna oleh Naya yang IQ-nya jauh dari kata tinggi.

"Coba lo renungin kata-kata gue." Tukas Aldi sebelum mobilnya memasuki gerbang sekolah.

****

Begitu memasuki gedung sekolah, pijar-pijar lampu mulai menyergap penglihatan. Benar-benar mirip dengan konser musik band ternama. Tak kalah dengan panggung meriah itu, yang berdatangan juga tak luput dari penampilan yang berbeda dari biasanya.

Setiap orang mengenakan pakaian terbaik mereka. Tak jarang, murid perempuan menggunakan jasa salon untuk mengubah penampilannya agar lebih menarik. Begitupun dengan murid laki-laki. Mereka juga susah payah menata rambutnya agar terlihat keren.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang