PART 12

903 118 2
                                    

Matahari sepertinya sedang bersemangat pagi ini. Membuat bulir bulir keringat menetes dipelipis peserta maupun petugas upacara. Tak terkecuali dengan Naya yang kini bertugas jaga dibelakang barisan bersama pengurus OSIS yang lain.

Posisinya yang berada dibawah pohon pun sama sekali tak mengurangi teriknya matahari. Wajahnya mulai memerah dan keringat semakin mengucur deras didahi dan pelipisnya.

Tangannya ingin bergerak mengusap peluhnya, tapi Naya tahan. Takut takut jika make up-nya makin luntur. Topi yang bertengger diatas kepalanya juga sama sekali tak membantu. Naya merutuk kesal. Paling benci jika ada acara yang diharuskan berbaris dan berdiri ditengah lapang ketika matahari sedang terik. Tak tahukah matahari atas perjuangan Naya untuk membuat penampilannya sesempurna mungkin ?

Alisnya bertaut ketika dia menangkap ada tangan lain yang mengulurkan sebuah saputangan. Naya menoleh dan seketika tersentak mengetahui pemilik saputangan itu.

"Muka lo udah mirip air keran." Ujar Aldi kembali menyodorkan saputangan biru miliknya.

Naya mendelik kesal, tapi tak urung dia menerimanya juga. "Makasih."

"Jangan lupa habis upacara selebarannya dibagi. Gue bantu." Setelah mengatakan itu, Aldi kemudian melenggang pergi.

"Eh ? Tumben itu batu jadi baik gini."

***

Upacara sudah selesai satu jam yang lalu. Seluruh siswa juga sudah memasuki kelasnya masing masing dan mengikuti mata pelajaran jam 3-4. Tapi tidak dengan Naya. Justru dia sibuk membagikan selebaran dan juga undangan untuk pemilos besok Rabu.

Bersyukur juga sih Naya karena dengan adanya tugas membagikan selebaran juga undangan pemilos dia jadi diizinkan dimapel Fisika. Dan kemungkinan dia juga akan banyak meninggalkan jam pelajaran untuk mengurus kegiatan pemilos. Jadi bisa saja hari ini dia disibukkan dengan tugas lain lagi hingga Naya tak perlu mengikuti mapel mapel menyebalkan yang jatuh pada hari Senin.

"Udah lo bawa semua ?" Tanya Aldi memastikan. Dia tidak ingin kejadian Naya yang teledor itu terulang dan membuatnya emosi dan hampir saja membuat Naya celaka.

"Udah. Yuk."

Keduanya berjalan menyusuri koridor menuju lantai satu yang merupakan gedung kelas X. Dimulai dari kelas X-1 Naya juga Aldi mulai membagikan selebaran juga undangannya.

Awalnya sih biasa saja. Tak ada yang aneh. Tapi selang beberapa saat Naya merasa jika dia jadi pusat perhatian semua siswa yang dia kunjungi kelasnya, terutama para gadis gadis yang melayangkan tatapan heran, tak percaya, bahkan ada yang terang terangan menatapnya sinis.

Naya akhirnya sadar. Kedatangannya dengan Aldi yang membuatnya kini seolah olah menjadi santapan empuk. Ditambah lagi tadi Aldi mendorong bahunya setiap kali mereka akan keluar menuju kelas lain. Hal itu semakin membuat gadis gadis haus kasih sayang itu seperti ingin menerkam Naya saat itu juga. Tapi Naya cukup kebal. Toh juga itu bukan kehendaknya semua.

Kelas yang akan dituju selanjutnya adalah kelasnya sendiri, X-3. Ah Naya sampai lupa jika dikelasnya ada manusia macam Nina dan Erlin yang mulutnya cablak. Harus siap siap pasang muka badak dikelasnya sendiri.

Begitu keduanya masuk kelas, suasana yang tadinya senyap mendadak dikejutkan oleh suara Nina yang melengking.

"Oh my God!!"

Lengkingan Nina itu langsung mendapat pelototan tajam dari Naya. Tanpa basa basi Naya segera menyampaikan maksud dan tujuannya, kemudian bergegas membagi setumpuk selebaran yang dia bawa.

Naya ingin segera keluar dari kelasnya. Bahkan ada beberapa temannya yang terang terangan menanyakan hubungannya dengan Aldi. Tapi itu semua tak Naya gubris. Selesai membagikan, buru buru Naya berpamitan keluar kelas sebelum Nina ataupun Erlin ngoceh lagi.

Make Up HOLIC (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang