1. Jadi Sekretaris!

516 25 1
                                    

Jangan membenci pada pandangan pertama. Karena kita tidak akan tahu kebaikan apa yang akan terlihat pada pandangan kedua, ketiga, dan seterusnya, yang mungkin dapat merubah bencimu menjadi rasa kagum berkepanjangan.
_____________________________________

Seperti biasa, aku terbangun pukul 2 pagi. Setelah mengambil air wudu, kugelar sajadah unguku menghadap kiblat. Kukenakan mukena putih dengan paduan warna ungu di bagian bawahnya menutupi auratku. Kudirikan salat sunah tahajud. Selesai salat, tak lupa aku berdzikir mengingat Allah. Berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat ibu, ayah, Bang Syafril, aku, dan semua saudara muslimku. Tak lupa aku juga membaca beberapa ayat kitab suci alquran.

Selesai dengan ibadah salat sunahku, aku mulai menyiapkan berkas untuk keperluan melamar pekerjaan nanti. Semoga Allah memberi kelancaran dalam setiap langkah perjuanganku. Kutatap sekali lagi berkas lamaran pekerjaan itu. Berikanlah yang terbaik untukku, Ya Allah.

Aku segera mandi sebelum mendirikan salat subuh. Selesai salat, masih dengan pakaian santaiku aku turun ke dapur membantu ibu menyiapkan sarapan. Meski hanya sekedar maencuci atau memotong bahan-bahan, aku selalu menyempatkan membantu ibu di dapur. Bukan berarti aku tidak bisa masak, hanya saja ibu sering mengatakan, "Selama Ibu masih bisa melayani keluarga Ibu, Ibu akan terus melakukannya. Kalau Ibu butuh bantuanmu, nanti Ibu panggil". Kira-kira begitu yang sering ibu ucapkan. Tapi untuk makan malam, ibu sudah membiarkanku memasak untuk satu keluarga. Rasanya enak, meski tak seenak buatan ibu.

"Nanti kamu jadi melamar kerja, She?"

Aku yang sedang mengupas wortel langsung menoleh dan mendapati ibu yang masih serius memotong wortel yang telah aku kupas.
"Iya, Bu. Insyaallah. Doakan Shea ya, Bu".

"Pasti, She. Ibu pasti doain biar kamu diterima kerja jadi sekretaris di perusahaan itu."

"Doanya jangan cuma gitu dong, Bu. Ditambahin, semoga bosnya Shea bukan kakek-kakek jelek kaya di film-film. Terus bosnya Shea baik dan ramah. Soal ganteng si, Shea anggap itu bonus. Aamiin."
Ucap Shea dengan mengangkat kedua tangan berdoa dan wajah yang dibuat sok serius.

"Ih, kamu ini. Kamu ngarepnya bos kamu itu masih muda, mapan, dan tampan. Terus jatuh cinta sama kamu alias sekretarisnya. Terus kalian nikah dan bahagia selamanya kayak cerita di novel kamu itu?"

"Ya nggak lah, Bu. Orang She cuma bercanda kok. Lagian ya Bu, mau gimanapun bos Shea nanti, Shea bakal menghormati dia, Shea bakal profesional dan bekerja dengan totalitas. Eh, kok Ibu tau novel She, si?" Tanya Shea dengan memicingkan mata curiga.

"Abisnya bosen, She. Nonton TV juga isinya acara-acara azab semua. Iseng deh, baca novel di kamar kamu."

Sheana hanya membulatkan mulutnya sebagai jawaban. Memang sih, Sheana juga terkadang bosan sendiri dengan acara-acara azab yang ditayangkan di televisi.

"Siap-siap sana, She. Nanti telat lagi. Berangkatnya sama Bang Syafril, Kan?"

"Eh iya, Bu. Ya udah, She ke atas dulu ya, Bu. Semangat masaknya, Ibuku tercinta." Ucap Shea sambil mencium pipi ibunya.

Shea memutuskan untuk memakai gamis berwarna biru dongker dengan sedikit aksen warna merah muda. Warna yang tidak terlalu mencolok dan yang menjadi warna favoritnya. Tak lupa ia memakai bedak tipis pada wajah cantiknya. Liptint juga ia oleskan tipis pada bibirnya. Setelah merasa cocok dengan penampilannya, Shea mengambil tas dan berkas lamaran pekerjaannya sebelum turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang