8. Espresso-Matcha Latte

124 12 1
                                    

Aku lebih suka keadaan seperti ini. Mencintai makhluk-Nya dalam diam. Semoga saja tak melebihi cintaku pada Yang Kuasa. Apapun yang terjadi nanti, ini adalah jalannya. Biar saja Tuhan bosan dengan kisahku yang selalu tentang dirinya. Siapa dia? Ah, biarlah tetap menjadi topik diskusiku dengan Tuhan setiap malam.
_____________________________________

Waktu belum terlalu sore. Tapi Sheana sudah tidak ada pekerjaan. Abigail, bos Sheana, juga pulang lebih cepat. Sheana melihat Alysha yang serius menatap layar laptop di depannya. Alysha nampak tenang duduk di kursi kerjanya dengan menyenderkan punggungnya. Jari-jari kedua tangan gadis itu saling bertautan di depan mulutnya. Sesekali Alysha mengerutkan dahinya. Penasaran, Sheana pun menghampiri Alysha.

"Assalamualaikum, Alysha."

"Waalaikumsalam." Jawab Alysha dengan posisi yang tak berubah. Hanya pandangannya saja yang mengarah ke Sheana.

"Kok malah nonton film, si? Kerjaan udah beres semua?"

"Eitss. Udah, dong. Anti dikejar-kejar tugas aku, mah." Ucap Alysha terkekeh.

"Pantesan. Nonton apa kayak serius banget gitu?"

"Ini nih, horror. Kata temen-temen setannya serem banget. Tapi menurutku nggak ada serem-seremnya. Cuma ngagetin. Kamu sendiri nggak ada kerjaan?" Ucap

Alysha merubah posisinya menghadap Sheana. Membiarkan film itu tetap terputar di layar laptopnya.

"Udah beres semua. Pak Bos juga udah balik dari tadi."

"Oh, gitu. Sante juga dong?"

"Iya, nih. Ke Magenta aja, gimana?" Ajak Sheana.

"Eh, boleh-boleh. Beres-beres dulu, ya."

"Oke, aku ambil tas dulu."

Saat mengambil tasnya, layar ponsel Sheana menyala, menampilkan sebuah panggilan masuk. Sheana segera menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum. Kenapa, Bang?"

"Waalaikumsalam. Ini Abang udah beres semua. Kalo kamu udah selese abang jemput sekarang. Sekalian mampir caffe biasa. Udah lama kita nggak ke sana bareng, kan?" Ucap Syaf.

"Oh gitu, Bang. Aku udah selese, ini rencananya mau ke caffe juga. Tapi aku udah janjian sama temenku mau ke sana bareng."

"Temenmu ikut sekalian aja, naik mobil Abang."

"Oke, deh. Makasih, Bang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Cepet keluar, Abang udah deket kantor kamu."

Setelah selesai berberes, kedua perempuan itu melangkah meninggalkan kantor. Dengan ramah mereka menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka, salah satunya Pak Sanip.

"Assalamualaikum, Pak." Ucap mereka kompak.

"Waalaikumsalam. Ini mbak-mbak jam segini mau ke mana?"

"Mau keluar, Pak. Kerjaan udah beres semua, kok. Di kantor nggak ngapa-ngapain." Jawab Sheana.

"Oh, begitu. Hati-hati, ya mbak-mbak."

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang