25. Apa Kabar, Masa Depan?

72 4 0
                                    

Suasana rumah Hamdan hari ini begitu tenang. Bukan tak ada orang, tapi semuanya sedang saling bungkam. Bahkan, Azzam pun ikut terdiam menatap orang-orang dewasa di sana tanpa berniat menyentuh mainan-mainan kesayangannya.

"Bunda?" Azzam memanggil Alysha lirih.

Alysha tersenyum sebagai jawaban.

"Azzam .. Pulang yuk, Nak," Tantri memegang pipi Azzam, "sama Mama, sama Oma dan Opa, Sayang."

Hari ini Tantri dan kedua orang tuanya datang untuk menjemput Azzam dan berniat membawa bule kecil itu bersama mereka.

"Mama dari mana? Kok baru mau jemput Azzam?" Bocah itu bertanya kepada Tantri masih dengan tubuhnya yang menempel manja pada Alysha.

"Mama ada urusan, Nak," air mata Tantri mulai mengalir, "maafin Mama, ya? Sekarang kita pulang, kasihan keluarga Bunda Alysha."

"Bunda? Azzam bikin Bunda, Nenek, dan Kakek susah, ya?"

"Enggak, Sayang. Kami bahagia Azzam di sini." Jawab Alysha penuh pengertian.

Tantri memandang kedua orang tuanya untuk meminta bantuan agar Azzam mau diajak pulang.

"Azzam? Pulang, yuk! Sama Opa, Oma, dan Mama juga," ayah Tantri berusaha memberi pengertian pada cucunya itu, "Nanti, Azzam boleh kok, sering main ke sini. Iya, kan, Bunda Alysha?"

"Iya. Azzam boleh, kok, sering main ke sini."

"Ya udah, deh. Azzam mau ikut Mama. Tapi, Azzam harus sering main ke sini." Ucap Azzam.

"Iya, Sayang," ayah Tantri menggendong Azzam setelah Azzam setuju untuk pulang, "bilang terima kasih dulu, Nak."

"Bunda, terima kasih, ya," Alysha membalasnya dengan senyuman hangat dan mata yang berkaca-kaca, "maaf ya, Azzam udah bikin Bunda susah."

"Kakek, Nenek, terima kasih, ya. Maaf juga, Azzam udah nyusahin di sini."

"Azzam nggak nyusahin, kok. Sering-sering main ke sini ya, Sayang." Ucap Dania dengan air mata yang sudah menggenang.

Memang apa yang bisa Alysha dan keluarganya lakukan? Melarang Azzam pergi dari rumah mereka? Itu terlalu egois. Mereka tak memiliki hak apapun atas Azzam. Meskipun mereka sudah terlanjur menyayangi Azzam seperti anggota keluarga mereka sendiri, tumbuh kembang Azzam akan lebih baik jika didampingi oleh ibu kandungnya.

Setelah menyalami Alysha, Hamdan, dan Dania, ayah dan ibu Tantri membawa Azzam keluar. Sedangkan Tantri memilih untuk tinggal sejenak.

"Kamu yakin kalau Daniel nggak akan ganggu kalian lagi?" Tanya Alysha pada Tantri.

"In Syaa Allah, Lysh. Seperti yang udah aku bilang, sekarang dia dipenjara karena kasus yang berat. Aku akan memanfaatkan itu untuk menghilang dari bayang-bayang Daniel," Tantri memeluk Alysha erat, "maaf, udah bikin kamu dan keluarga kamu repot. Terima kasih banyak juga karena kamu udah mau menjaga Azzam dan merawatnya seperti anak kamu sendiri."

Tantri mengurai pelukannya dan beralih menghadap Hamdan dan Dania.

"Om, Tante, saya minta maaf karena telah seenaknya menitipkan Azzam kepada Alysha. Saya juga sangat-sangat berterima kasih karena keluarga ini mau menerima Azzam."

"Kami senang Azzam di sini. Tapi, kami tidak punya hak untuk menahan Azzam tetap di sini. Jadi ibu yang baik untuk Azzam dan didik Azzam agar menjadi laki-laki yang baik ya, Nak Tantri." Ucap Hamdan.

"Sering-sering ajak Azzam main ke sini, ya." Ucap Dania.

"In Syaa Allah, Tante. Kalau begitu, saya pamit. Sekali lagi maaf dan terima kasih untuk semuanya. Assalamualaikum."

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang